Hari Sial Terbesarku
Oleh : Meisya Eva Natasya
“Kring….kriinggg!!”
Ishh…suara apasih itu? Ganggu banget! Nggak tau apa kalau aku
sedang tidur?!
“Krriingg… krriinngg!!!”
Suara itu pun semakin kencang dan hampir membuat gendang telingaku pecah. Akhirnya perlahan aku
menyoba membuka mata. Ternyata asal suara itu dari jam bekerku. Pantas saja
berbunyi. Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi
dan sudah saatnya bangun untuk melakukan sholat subuh dan aktifitas pagi.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar dan membuatku kaget.
“Tok tok tok, bangun… bangun…!!! Subuh… subuh… subuhhhhh…!!!
Ternyata suara yang menggangu itu adalah suara mbak-mbak penguruh
pondok bagian ubudiyah. Beliau sering berkeliling kamar-kamar untuk
membangunkan para santri setiap subuh. Sebenarnya, aku tidak suka dibangunkan
dengan cara seperti itu yang membuatku semakin jengkel dan malas untuk bangun
pagi. Lagi pula tidak perlu di beri tahu pun, aku juga sudah tau kalau ini
sudah pagi! Menyebalkan sekali!! Membuat suasana pagi yang tenang ini menjadi
panas aja!
Dengan kesal aku menjawab dengan suara sedikit lantang.
“Iyaaaa…” teriakku dari dalam kamar.
Tiba- tiba ketika aku beranjak dari tidur tangan dan kaki kiriku mendadak keram akibat tertimpa badan temenku
yang gemuk ketika tidur. dan posisi tidurku yang tidak beraturan yang membuat
badan pegal dan sakit semua.kemudian aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk
ambil air wudlu dan akhirnya…..
“GGUUBRAKK!!!”
Aawww…rasanya sakit sekali. Sepertinya kaki kiriku terkilir deh!
Huh… Menyebalkan sekali pagi ini! sudah dikejutkan oleh teriakan pengurus dan
sekarang terpeleset di depan kamar mandi! Ehh …kok perasaanku nggak enak ya?
Seperti ada sesuatu yang akan terjadi lagi setelah ini. Aneh sekali!
Tiba-tiba aku mendengar suara tertawa dari balik badanku. Begitu
aku menengok kebelakang ternyata teman-teman kamar yang menertawakanku. Mereka
itu memang menyebalkan! Tidak membantuku berdiri malah menertawakanku.Akhirnya
dengan sepenuh tenaga aku berdiri dan
melanjutkan untuk masuk ke kamar mandi, kemudian bergegas pergi kemasjid
untuk melaksanakan sholat subuh berjama’ah.
Jam menunjukkan pukul 06.30, aku bergegas keluar dari kamar
kemudian pergi ke Madrasah yang jaraknya
tak jauh dari kamar. Dengan jalan yang
bertatih-tatih, aku pun mulai keluar dari kamar. Kulihat ketua kamarku
melihatku dengn sangat heran.
“Kakimu kenapan Na? kok jalanmu seperti itu?” Tanya ketua kamar.
“Habis keserempet gajah kali mbak” sambung Laila sambil nyengir
Karena sebal aku pun menginjak kakinya. Sepertinya dia merasa
kesakitan.
“Aaww..sakit tau!” sahut Laila dengan kesal.
“Bodo amat, wekkk!” Memang siapa yang mulai duluan?!” tanyaku
dengan ketus.
Hustt, sudah…sudahh. Jangan bertengkar terus. Cepat berangkat sana,
nanti telat masuk kelas loh.”
“Eh, Na. kenapa itu kakimu?” Tanya Rara sahabatnya.
“Habis kepeleset di depan kamar mandi tadi subuh.” Jawabku.
Aku dan Rara pun bergegas berangkat ke madrasah. Untung belum
terlambat. Ternyata terkilir itu tidak enak ya?! Kakiku makis sakit jika di
pakai berjalan. Tapi, aku paksain saja. Dari pada nanti terlambat masuk kelas,
kan berabe urusannya!
Tiba-tiba aku berjalan melewati got, ada sebuat batu kerikil kecil
tepat berada di depanku. Dan…
“Brrukk!!”
Semua anak-anak yang berpapasan denganku pun langsung tertawa.
Bagaimana tidak, aku terjatuh dengan badan telungkup menyentuh tanah dan kaki
kiriku masuk ke dalam got. Rara pun kaget dan langsung membantuku berdiri.
“Na, kamu nggak apa-apa kan?” Tanyanya
“Enggak apa-apa apanya?! Orang jatuh begini!” Jawabku dengan kesal.
“Ya makanya, jalan tuh hati-hati. Mata jangan di taro dengkul! Jadi
begitu kan?” ledeknya sambil nyengir.
Hah! Rara sama aja dengan Laila, suka sekali menertawakan orang
yang tertimpa musibah! menyebalkan sekali!!
“Ah, ya sudah lah kita langsung masuk kelas saja. Bentar lagi bel
masuk berbunyi!” kataku.
Tak berapa lama, bel masuk pun berbinyi. Semua anak-anak masuk ke
kelasnya masing-masing, termasuk aku dan Rara. Ia membantyku berjalan masuk
kelas. Hah,hari ini menyebalkan sekali!
Pelajaran pertama pun dimulai. Ustadzah Reni sudah masuk ke kelas.
Beliau adalah guru bahasa arab kami. Cocok sekali jika dia mengajar bahasa
arab, karena beliau lulusan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.
“shobahul khoir!” sapa ustadzah Reni
“shobahul bahjah wa surur!” jawab anak-anak serempak.
“Baik, hari ini kita akan belajar memperkenalkan diri dalam bahasa
arab. Karena minggu lalu ustadzah sudah mencatatnya di papan tulis, sekarang
kalian akan ustadzah panggil satu per satu dan mempraktikkannya di depan kelas.
Akhirnya semua murid pun di panggil satu persatu. Beberapa anak
sudah di panggil dan berhasil mempraktikkannya dengan lancar. Tak berapa lama
kemudian, aku pun di panggil juga. Diluar aku terlihat santai, tapi di dalam
hati aku merasa gelisah dan deg-deg an. Takut terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, pasti ujung-ujungnya akan ditertawakan seperti tadi saat aku jatuh
di got samping kelas.
“Nana, silahkan maju ke depan dan perkenalkan dirimu !” seru
Ustadzah Reni
Aku pun maju ke depan dan mamulai perkenalan.
“Ismi Nilnal Muna, Ana Qoodimatun min Malang, Wa mutakhorrijatun
fii madrasah ibtidaiyah al hukumiyah wahid Malang. Syukron!.”ucapku sambil
membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih dan kembali ketempat duduk
semula. Tiba-tiba hal yang tak terduga datang menimpaku. Ketika aku hendak
duduk di kursi, ada seseorang yang usil menarik kursiku kebelakang. Dan …
“Gubbrrakk!!”
Semua mata tertuju kepadaku. Dan terdengar suara menggemparkan
membuatku malu setengah mati. Kalau dihitung-hitung, sudah 3 kali aku terjatuh.
Menyebalkan sekali! Membuatku kesal saja! Sebelum aku hendak berdiri lagi,
suara bel istirahat mengkagetkanku.
“Tinnngg…tinnggg!!”
Semua anak-anak pergi berhamburan keluar kelas. Sedangkan aku dan
Rara pergi ke kantin madrasah.sedari tadi Rara melihatku dan sambil terus
tertawa. Nggak tau apa kalau aku lagi kesal! Benar-benar menyebalkan! Huh…
“Ha…ha…ha, kasian banget lo Na. dari tadi jatuh mulu. Udah jatuh 2
kali lagi!! Serunya sambil tertawa.
“Bukan 2 kali tapi 3 kali! Kataku membenarkan.
“Hah, 3 kali? Serius? Ya ampun, parah banget sih!” serunya lagi
sambil tertawa.
“Bukanya sedih lihat temen kena musihan , malah ketawa mulu! Nggak
lucu tau!” kataku dengan ketus.
“Aku ketawa apa adanya Na. siapa juga yang nggak ketawa liat kamu
jatuh kayak tadi!” ucapnya.
Ih…sumpah deh! Nyeselin banget si Rara!
Aku dan Rara pun bergegas pergi kekantin dan memesan makan siang
yang akan kami santap. Suara bel pun berbunyi, aku dan Rara kembali masuk ke
kelas lagi. Seluruh anak-anak yang berada di luar pun ikut masuk menuju kelas
masing-masing. Lagi-lagi musibah datang menimpaku. Ketika masuk kelas, ada
sebuah plastik bekas minuman es yang di buang sembarangan di situ. Aku tidak menyadarinya,
karena aku sedang terburu-buru. Well, aku pun terpeleset ke sekian kalinya.
“Geddebbuukk!!”
Dan lagi-lagi semua anak tertawa melihatku. Di tambah kakiku yang
terkilir tadi, membuatku semakin susah berjalan. Rara pun melihatnya dan
membantuku berjalan memasuki kelas. Sungguh hari yang hebat bukan!
Akhirnya 2 jam pun berlalu. Bel pulang pun kembali berbunyi. Semua
anak berhamburan keluar kelas dengaribut dan berdesak-desakan. aku pun pulang.
Di perjalanan aku terus melamun sambil memikirkan kejadian yang meninkaku hari
ini. bayangkan saja dari tadi pagi aku terjatuh 4 kali berurut-urut. Baru kali
ini sepanjang kesialan yang pernah aku alami, hari inilah yang terparah!
Benar-benar hari sial! Mungkin benar yang dikatakan Rara tadi, kalua hari
inilah hari kesialan terbesarku. Kenapa harus akau yang mengalami kejadian
seperti ini? padahal aku tidak melakukan suatu kesalahan apa pun!
Setelah sampai di pondok aku langsung masuk ke kamarku. Aku
benar-benar capek dan kesal. Hari ini adalah hari yang sangat sial bagiku.
Belium pernah seumur hidupku, aku mengalami kesialan separah ini. sebenarnya,
apa sih salahku? Tiba-tiba ketua kamarku mbak Salsa menghampiriku sambil
membawakan segelas air putih untukku. Sepertinya dia tau kalua aku sedang kesal
hari ini.
“Kamu kenapa, Na? pulang-pulang kok wajahmu kesal? Memangnya apa
yang terjadi di Madrasah tadi?” Tanya mbak Salsa dengan lembut.
Akhirnya aku pun menceritakan semua kejadian yang ku alami hari ini
kepada mbak Salsa. Setelah ku ceritakan semuanya, mbak Salsa pun tersenyum
kepadaku. Aku tidak mengerti apa maksud dari senyuman itu.
“Kau tau tidak? Kalau sekarang ini kamu baru saja diberi cobaan
ringan!” kata mbak Salsa
“Cobaan ? Maksudnya apa mbak? Aku sama sekali tidak mengerti!”
jawabku dengan bingung.
“Kau tau Na, banyak orang di dunia ini juga mengalami hal yang sama
sepertimu. Bahkan ada yang lebih parah. Semua itu Dia lakukan semata-mata untuk
menguji hambanya untuk berbuat sabar dan tawakal. Bukan sebaliknya. Dari
pengalaman ini, kau harus mengambil satu hikmah. Kau harus bisa berubahagar
busa menjadi lebih baik nanti” kata mbak Salsa menjelaskan dengan sabar.
Aku pun terdiam dan mulai memikirkan semua yang dikatakan mbak
Salsa padaku. Jadi… semua ini… semua kejadian yang ku alami ini adalah ujian
dari Tuhan padaku untuk menguji kesabaranku, apakah aku bisa menghadapinya atau
tidak. Dan ternyata, aku tidak bisa! Selama ini aku selalu marah dan terus menyalahkan
keadaan. Padahal itu semua telah di atur oleh-Nya.
Dari dalam hati, aku bersyukur. Aku telah diberi ujian ini dari
oleh-Nya. Bukan karena Tuhan benci padaku, melainkan karena sayang padaku. Aku
tau itu bukan hanya dari ibu, tetapi aku pun juga merasakannya.
Oke, sekarang aku coba belajar bersabar dan selalu Positif Thinking
pada apa pun yang akan terjadi nanti. Ini bisa menjadi bekal buatku untuk
menjalani kehidupan yang nanti akan ku tempuh. Ya… kali aja, aku berhasil
mengahadapi ujian lain yang diberi oleh-Nya!
Perasaanku sekarang jauh lebih tenang. Rasa sakitku pun jauh lebih
baik (ya sebenarnya masih sakit dikit). Ternyata rasa sakit akibat luka jatuh
itu bisa hilang jika kita bisa berbagi penderitaan kita pada teman atau siapa
pun itu yang membuat kita merasa baik jika berada didekatnya. Untung saja dari
4 jatuh kali itu, terdapat hikmah yang sangat berharga untuk merubah sikapku ke
depan.
Keesokan harinya, aku bangun dengan penuh semangat. Tidak ada lagi
perasaan kesal dalam hatiku. Kini aku akan selalu bersabar dan yang penting
positif thinking!
Aku pun keluar dari kamar. Tiba-tiba aku melihat tangan kiri laila
diperban menggunakan kapas dan kain kasa. Sepertinya itu luka karena terjatuh.
“Tanganmu kenapa, lail?” tanyaku.
“Gak tau!” jawab Laila ketus.
“Kemarin dia terpeleset saat ujian praktek membuat pisang cokelat
di Madrasahh. Kulit pisangnya sengaja di buang sembarangan. Gara-gara tidak
hati-hati, yah… jadi begitu akhirnya!” sambung mbk Salsa.
Ternyata di dunia ini masih adil ya! Dan sekarang kena batunya dia!
Hahahaha, aku puas sekali!
“Nah, sekarang siapa yang ceroboh?” tanyaku dengan senyum penuh
kemenangan.
Sedangkan Laila hanya diam dan menahan rasa sakit di tangannya
akibat kecerobohannya.
0 komentar:
Posting Komentar