Buruh Petik
Moh.
Rizal
Tanganku
sebagai wali
Dengannya
membekas sidik di paku suara
Bergantian
sebagai wakilku
Dan
mungkin ribuan tangan lain sebelumku
Seketika
jejak kala itu teringat
Tentang
seorang wanita yang menangis jeru
Lantang
suara, mewakili penuh hasrat
Di
bilik sunyi, tatap ku tajam meradang
Ibarat
kebun teh
Kami
pucuk daunnya
Tinggi,
diatas segalanya
Tapi
mengapa selalu kami yang harus dipetik?
Pengorbanan!
Saut
wanita tadi yang kini jadi buruh petik
Hahaha,
Lucu sekali
Gelak
tawa santai sang buruh memecah
Tenang,
jangan serius, jangan tegang
Hei
tuan, hidup kupertaruhkan
Nyawa
sanak di genggamku
Asa
ku titipkan
Adakah
yang lucu?
0 komentar:
Posting Komentar