“Sejarah
Keislamaan dari Tanah Ngapak”
Nurmati Habib
Syekh Abdul Kahfi
Al-Hasani merupakan salah satu keturunan bangsa Arab yang menyebarkan agam
Islam di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Ia menjadi cikal bakal
berdirinya peradaban Islam di daerah Kebumen Jawa Tengah lebih tepatnya di desa
Sumberadi yang dahulu bernama Somulangu. Saat ini desa Somulangu atau Sumberadi
menjadi salah satu tempat pembelajaran pendidikan agama Islam di Kebumen dengan
sejarah kuat yang begitu melekat. Melalui Pondok Pesantren al-Kahfi inilah
membuktikan adanya usaha yang sangat luar biasa dari ulama besar Syekh Abdul
Kahfi Al-Hasani. Hasil kegigihan Syekh Abdul Kahfi menjadikan desa Somulangu
dan Maqom Lemah Lanang memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Kebumen.
Silsilah Syekh Abdul Kahfi
Syekh As-Sayyid Abdul Kahfi al-Hasani
dengan nama asli Syekh Sayyid Muhammad Ishom Al-Hasani merupakan salah satu
ulama Arab dari Hadhramaut Yaman yang menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Beliau lahir di desa Jamhar Syihr pada tanggal 15 Syaban 827 H atau 1609 M. Sel
ain itu beliau juga merupakan keturuanan
ke-22 Nabi Muhammad SAW dan masih memiliki silsilah dengan Syekh Abdul Qodir
Jailani. Ayahnya bernama Syekh Abdur
Rasid bin Abdul Majid Al-Hasani dan ibunya yang bernama Syarifah Zulaikha binti
Mahmud bin Abdullah bin Sayyid Shahabuddin Al-Huseini. Menurut penuturan salah
satu pihak keluarga, silsialah hidup Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani atau Syekh
Abdul Kahfi Awal sangatlah jauh jika di diceritakan secara runtut pada zaman
sekarang. Jarak yang berabad-abad inilah yang menyebabkan banyaknya cerita yang
timbul di dalam masyarakat sekitar terutama masyarakat desa Somulangu Kebumen.
Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani meninggal pada 15 Sya’ban 1018 / 12 November 1609 M
yang bertepatan pada malam Jum’at yang di di makamkan di bukit Lemah Lanang.
Kisah Hidup Syekh Abdul Kahfi
Menurut Kyai Sabiq selaku sesepuh Pondok
Pesantren Al-Kahfi, bahwasanya kisah perjalanan Syekh Abdul Kahfi tidak
terlepas dari penyebaran islam di kerajaan Demak, beliau diperintahkan untuk menyebarkan
agama Islam di wilayah Jawa Tengah lainnya terutama kabupaten Kebumen. Dari
sanalah Syekh Abdul Kahfi beserta keluarga pindah ke daerah Kebumen untuk
menyebarkan agama islam dengan mendirikan Pondok Pesantren Al-Kahfi Somulangu
yang merupakan salah satu basis pondok pesantren tertua. Pondok Pesantren
Al-Kahfi Somulangu pada tanggal 4
Januari 1475 M atau 25 Sya’ban 879 H yang tertulis dalam sebuah prasasti.
Setelah didirikannya pondok, Syekh Abdul Kahfi bermukim dan mengajar para
santri yang ingin menimba ilmu di pondok pesantren tersebut. Bangunan masjid
sederhana manjadi saksi kisah perjalanan penyebaran agama Islam di
Somulangu.Syekh Abdul Kahfi tetap manjadi ulama karismatik yang sangat disegani
oleh masyarakat Kebumen, karena sosoknya yang menjadi cikal bakal penyebaran
agama islam pertama kali di wilayah ini. Pada saat itu, masyarakat sekitar
masih memluk erat agama hindu dan adat kejawen yang sangat melekat. Secara
telaten Syekh Abdul kahfi menyebarkan dan mengajarkan agama islam di masyarakat
Somulangu. Hingga saat ini Pondok Pesantren Al-Kahfi Somulangu telah berganti
pengasuh setiap generasinya dan telah melahirkan santri-santri yang ahli dalam
bidang agama. Beberapa inovasi baru terus di ciptakan guna mengikuti
perkembangan zaman dengan mendirikan lembaga pendidikan formal namun tetap
mengedepankan pendidikan salafi.
Sejarah Lemah Lanang
Berdasarkan hasil dari wawancara bersama salah satu sesepuh pihak keluarga
tentang sejarah lemah lanang yang sangat fenomenal bagi masyarakat Kebumen. Beliau
mengatakan cerita yang beredar di masyarakat tentang sejarah maqom lemah lanang
dengan apa yang diceritakan oleh pihak keluarga banyak sekali perbedaan.
Dikarenakan banyaknya cerita yang secara turun temurun dari para leluhur
terdahulu yang diceritakan kembali oleh masyarakat sekitar. Maqom Lemah Lanang
terletak di desa Krajan, Candimulyo kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. Maqom ini memiliki keunikan yaitu terlihat dari letak maqom yang berada
lebih tinggi di atas pemukiman warga, bukan tanpa alasan maqom-maqom di daerah
sekiatar berada di atas pemukiaman atau mungkin diatas gunung, dikarenakan
sering terjadinya bencana banjir di wilayah ini setiap musim penghujan turun.
Cerita yang beredar di masyarakat tentang adanya Maqom Lemah Lanang berawal
dari adanya seorang ibu hamil yang memasuki trimester akhir masa kehamilan,
ternyata meninggal dunia, dan di makamkan di Lemah Lanang bersamaan dengan bayi
yang sedang di kandungnya. Singkat cerita, setelah beberapa di makamkan
ternyata anak yang di kandung oleh ibu tersebut menangis di dalam kuburan. Hal
tersebut di dengar oleh penjaga maqom tersebut dan di sampaikan kepada
masyarakat sekitar, sehingga membuat para warga berbondong-bonndang untuk
melihat proses pembongkaran maqom itu kembali. Setelah di bongkar kembali,
ternyata bayi yang sedang dikandung ibu tersebut masih hidup dengan suara
tangisan yang mengiringinya dan bayi mungil nan gagah inilah berjenis kelamin
laki-laki. Kata lemah lanang[1]
sendiri berasal dari bahasa Jawa.
Setelah cerita sejarah lemah lanang inilah yang begitu cepat beredar dalam
masyarakat sekitar dan diceritakan secara turun-temurun setiap generasi. Maqom
lemah lanang sendiri menjadi fenomenal pada saat penyebar agama Islam di
wilayah Kebumen dan pendiri Pondok Pesantren Al-Kahfi yakni Syekh Abdul Kahfi
Al-Hasani meninggal dunia dan di maqomkan di pemakaman ini. Sejak saat itulah
para masyarakat Kebumen dan berbagai daerah di Jawa Tengah mulai menziarahi
maqom tersebut. Selain Syekh Abdul Kahfi, banyak juga ulama besar yang di
makamkan di pemakaman ini, seperti Syekh Abdul Kahfi Tsani dan Syekh Khanifudin
dan ulama-ulama lain yang merupakan para pengasuh penerus Pondok Pesantren
Al-Kahfi.
Saat ini, pemakaman Lemah Lanang yang berada di perbatasan desa Sumberadi
dan Candimulyo ramai dikunjungi para penziarah tidak hanya masyarakat Kebumen
ataupun Jawa Tengah melainkan banyak sekali masyarakat luar pulau Jawa yang
ingin menziarahi maqom Syekh Abdul Kahfi. Bertepatan dengan milad Pondok
Pesantren Abdul Kahfi inilah yang menjadikan momen para penziarah memadati
maqom tersebut. Seperti halnya pada bulan maulid dan awal bulan suci Ramadhan
banyak sekali yang berziarah ke Maqom Lemah Lanang. Rombongan bus-bus besar
memadati area parkiran yang hanya berada
di pelataran masjid. Selain itu, saat ini di area pemakaman tersebut telah di
bangun tempat peristirahatan ataupun musholla kecil untuk para penziarah dan
dibangun oleh para santri Pondok Pesantren Al-Kahfi dan sebagai tempat penjaga
maqom tersebut yang dijaga oleh para santri-santri.
Asal Usul Desa Somalangu
Catatan sejarah asal-usul desa Somalangu tidak terlepas dari penyebaran
agama islam pertama yakni Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani. Sebelum islam datang,
desa Somulangu dikenal dengan nama “Alang-alang Wangi”, karena pada saat
Syekh Abdul Kahfi melakukan penyebaran agama islam ke wilayah Somulangu yang
watu itu masih kental dengan tradisi agama hindu, dan dengan harapan yang besar
dari Syekh Abdul Kahfi untuk menjadikan Desa Somulangu sebagai tempat
pembelajaran dakwah keislaman. Mulai saat itu, masyarakat mengetahui adanya
kehidupan baru di desa ini, dan secara bertahap pula masyarakat penasaran
dengan adanya corak baru keislaman yang diajarkan oleh Syekh Abdul Kahfi.
Asal-muasal kata Somulangu berawal dari pimpinan kerajaan demak yakni Raden
Fatah yang memberikan perintah untuk Syekh Abdul Kahfi melakukan ekspedisi
penyebaran agama islam di wilayah Jawa Tengah lainya dengan diberi nama
menggunakan bahasa Arab ‘Tsuma’dau”[2]
.Akan tetapi pada saat itu, masyarakat sulit untuk mengucapkan kata tersebut
sehingga kata Tsuma diucapkan dengan kata Soma, sedangkan kata dau diucap
dengan kata langu. Sehingga kata desa yang awalnya Tsumadau diucapkan
dengan penyebutan Somulangu yang mudah diucapkan oleh masyarakat sekitar.
Desa Somulangu menjadi salah satu
desa tertua di wilayah Kabupaten Kebumen.Menurut cerita warga sekitar desa
Somulangu atau masyarakat lebih sering menyebutnya dengan Semlangu yang
merupakan penggabungan dari beberapa desa-desa seperti Semlangu Kulon,
Semlangu Wetan, dan Kemejing[3].
Sejak saat itulah desa Somulangu mulai dikenal oleh masyarakat. Sampai saat ini
masyarakat Kebumen tetap menyebutnya dengan Semlangu karena sudah menjadi
penyebutan secara turun temurun setiap generasi.
Sejarah lain menyebutkan, Desa Somalangu sangatlah penuh akan sejarah
peradaban baik bangsa Hindu maupun Islam. Terlihat dari peninggalan situs-situs
candi bersejarah peradaban kerajaan hindu
dan ukiran batu prasati di dalam masjid Pondok Pesantren Al-Kahfi yang
bertuliskan tanggal berdirinya pondok tersebut. Setelah di teliti oleh para
arkeologi, batu prasasti yang berada di dalam masjid Pondok Pesantren Al-Kahfi
ternyata memiliki elemen unsur kimia seperti Al,Cr, H, K, O, dan Si.
Setelah berabad-abad desa ini menggunakan nama Somulangu sebagai
penyebutannya. Pada tahun 1950 saat tragedi secara besar-besaran kelompok AOI
(Angkatan Oemat Islam) yang menyerang desa Somalangu, sehingga menyebabkan
pemberontakan besar yang terjadi. Dari sanalah, mulai muncul strategi baru
untuk menghilangkan jejak dengan cara mengubah nama Somulangu menjadi Semlangu
dan strategi lain dengan mengubah nama wilayah menjadi desa Sumberadi. Hingga
saat ini desa ini tercatat dalam status pemerintahan sebagai desa Sumberadi,
walaupun masyarakat sekitar lebih mengenal kata Semlangu sebagai tanda pengenal
antar desa di wilayah ini. Bukan tanpa alasan hal itu terjadi, karena banyaknya
cerita sejarah besar yang mengiringi hadirnya peradaban islam dengan nama desa
Semlangu.
[1] Lemah lanang merupakan kosa kata bahasa Jawa yang berarti Lemah itu tanah dan Lanang
itu laki-laki.
[2] Tsuma’dau
merupakan istilah bahasa Arab yang diberikan Raja Demak nntuk Syekh Abdul Kahfi
yang berarti silhkan anda menempati.
[3] Kata Kulon,
Wetan dan Kemejing merupakan kosa kata bahasa Jawa. Kata Kulon berarti
barat, kata Wetan berarti timur, dan kata kemejing adalah nama sebuah pohon. Kata-kata tersebut
dalam konteks ini memiliki fungsi untuk menunjukan letak suatu bagian dari
desa.
0 komentar:
Posting Komentar