Moh. Rizal Khaqul Yaqin
Part
3.
Kisah
Ajisaka masih menjadi misteri, mengutip artikel berjudul Mitos dan Peradaban
Bangsa karya Profesor Agus Aris Munandar, banyak sekali kisah yang mengiringi
perkembangan dan kemajuan bangsa, salah satunya adalah kisah Ajisaka. Mengapa
kisah Ajisaka dianggap sebagai bagian penting dari sejarah peradaban bangsa?. Pada
pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan, bahwa pada kisah Ajisaka ini ditandai
sebagai fase melek Aksara, walau kisah dan periodesasinya masih diragukan oleh
beberapa kalangan, tetapi dalam kurun waktu tersebut, dimulai pada kisaran abad
ke 8 M sampai abad ke 16 M budaya Aksara khususnya pada kerajaan di tanah Jawa
ditandai dengan berbagai bukti arkeologis seperti prasasti sudah berkembang.
Bahkan menurut Profesor PJ Zoetmulder pada
periode tersebut, yang dimaksud perkebangan atau titimangsa/cikal bakal
perkebangan bukan hanya sekedar Aksara melainkan juga bahasa Jawa kuno atau
sastra Jawa kuno.
Kembali pada atikel Profesor
Agus Aris Munandar sebelumnya, dalam artiel tersebut kisah Ajisaka sebenarnya
adalah rekaan yang sarat makna dan megandung perlambangan masuknya pengaruh
India ke Jawa. Kisah yang dimaksud adalah versi yang mengisahkan Ajisaka
berasal dari India, berangat dari India Ajisaka bersama abdinya singgah ke
Champa baru sampai ke Jawa.
Dimulai
dari nama tokohnya sediri Ajisaka, berasal dari dua kata Aji dan Saka. Kata
“Aji” berasal dari kata dalam bahasa jaw kuno “Haji” yang memiliki arti raja,
selanjutnya adalah kata “Saka” yang berasal dari nama kaum saka, kaum saka
sendiri dikatakan berasal dari dataran asia tengah sampai selatan atau ada juga
yang mengatakan berasal dari India. Sehingga bias diartikan “raja dari
orang-oang saka”. Sehingga mengisyaratkan bahwa kemungkinan Ajisaka atau
merupakan kaum kesatrya datang di awal-awal Masehi dari India memiliki tujuan
atau pengaruh khusus, diataranya adalah menyebarkan pengaruh kebudayaan.
Selajutnya dikatakan bahwa Ajisaka berasal dari Negeri Atas Angin atau sebutan
lain dari daerah India. Karena di masa silam para perantau dari India berlayar
menggunakan perahu, memanfaatkan angin atas yang bertiup untuk sampai ke daerah
tujuan, maksud pelayaran mereka utamanya adalah berdagang. Dengan ini negeri
asal mereka dinamakan Atas Angin.
Dilanjutkan
pada salah satu babak dalam kisah tersebut, diceritakan Ajisaka salampai di
tanah Jawa dan singgah di rumah salah satu petani setempat.
Selama beberapa
hari ia tinggal di rumah petani itu yang mempunyai seorang anak gadis. Aji Saka menyaksikan si gadis itu
sedang memotong-motong daging hewan hasil
buruan, namun bukan dengan pisau dari besi, melainkan dengan batu pipih yang tajam. Rupanya petani tersebut belum
mengenal peralatan logam. Ajisaka meminjamkan pisaunya
kepada si gadis anak petani dengan pesan jangan digunakan untuk memotong apapun di antara
kedua kakinya yang terbuka. Nasib berbicara
lain si gadis lupa pada pesan Aji Saka, maka ketika dia memotong daging dengan kakinya yang terbuka, pisau itu
masuk kedalam rahimnya. Ia mengadu kepada
bapak-ibunya, dan petani itu pun mengadu kepada Aji Saka. Sang pangeran dari negeri Atas Angin hanya tersenyum
dan berkata, bahwa ia akan mengandung dan
melahirkan anak seekor Ular Naga yang harus dinamai Baru Klinting. Jika sudah lahir Baru Klinting harus mencari Aji Saka dan akan
diaku anak olehnya. (Agus
Aris Munandar: 2012)
Pada
bagian yang mengisahkan Ajisaka meminjamkan pisaunya kepada pribumi yang saat
itu belum mengenal peralatan berbahan besi dapat ditafsirkan bahwa orang-orang pendatang dari India-lah yang mengenalkan peralatan berbahan dari besi kepada penduduk Jawa Kuno, karena sebelumnya memang telah dikenal benda-benda dari perunggu yang lebih
lunak dari besi. Lalu kisah saat pisau masuk ke
dalam rahim gadis desa, ini dimaksudkan adalah telah terjadi perkawinan antara
pendatang dari India dengan penduduk pribumi Jawa, atau juga msuknya pengaruh
kebudayaan india ke tanah Jawa.
Pada babak kisah selajutnya, kedua abdi Ajisaka yang rela bertarung sampai
akhirnya keduanya sama-sama mati, baru setelahnya Ajisaka menciptakan Aksara Jawa.
Dikatakan bahwa ini jelas merrupakan metafora dari awal penciptaan huruf Jawa,
artinya maksud tersirat dari kisah ini adalah bahwa orang-orang India-lah yang pertama kali menciptkan atau memperkenalkan
aksara kepada penduduk Jawa Purba.
Lanjut pada bagian
akhir kisah yakni Dewata Cengkar
yang doyan daging manusia, atau
dalam versi lain bahkan ssecara umum masyarakat Jawa kala itu, bukan hanya
Dewata Cengkar saja yang doyan makan daging manusia. Matafora ini menggambarkan
keadaan msyarakat Jawa kala itu yang sebelum datangnya orang pendatang adalah
masyarakat yang gemar melakukan kanibalisme, tetapi ini masih manjadi pertanyaan
apakah benar sperti itu atau tidak. Selanjutnya sat Dewata Cengkar dikalahkan
oleh Ajisaka dan berkuasanya Ajisaka di tanah Jawa maksudnya adalah
perlambangan meluasnya pengaruh asing yakni India dan menggeser kebudayaan
prasejarah.
Secara keseluruhan
kisah tentang Ajisaka menggabarkan masuknya pengaruh budaya India di Nusantara
atau tanah Jawa secera khusus. Dalam kisah tersebut dapat ditafsirkan bahwa budaya India dibawa dan disebarluaskan oleh golongan kaum kesatrya,
kenapa bisa kaum kesatrya?, ini bias dilihat dari sosok Ajisaka sendiri. Selanjutnya
mereka mengalahkan penguasa pribumi digambarkan oleh Dewata Cengkar yang masih berbudaya lama dan melakukan
kanibalisme, atau juga pada saat Ajisaka memperkenalkan budaya logam besi
kepada masyarakat pribumi, juga terdapat makna masuknya budaya yang dibawa oleh
masyarakat India. Orang-orang India pula dikatakan yang mengajarkan kemampuan baca-tulis kepada penduduk Jawa, dan
membentuk pemerintahan yang teratur dalam
sistem kerajaan.
Banyak orang yang
mendukung versi penafsirah atas kisah ini, karena dianggap ini terus-menerus
digaungkan karena bertujuan untuk melemahkan mental anak bangsa, karena segala
kemajuan dan perkembangan dibawa dan disebarluaskan oleh orang asing.
Bagaimana untuk para
pembaca sekalian, apakah setuju dengan versi penjelasan atau penafsiran ini?,
atau bahkan masih beranggapan bahwa cerita Ajisaka itu benar adanya. Semua
tergatung dan seberapa luas kita membaca dan memahami semua sumber yang ada.
Terimakasih, semoga
bermanfaat.
Maaf penulis, izin bertanya. Apa maksud dari kalimat paragraf kedua dari bawah?
BalasHapus"Banyak orang yang mendukung versi penafsirah atas kisah ini, karena dianggap ini terus-menerus digaungkan karena bertujuan untuk melemahkan mental anak bangsa, karena segala kemajuan dan perkembangan dibawa dan disebarluaskan oleh orang asing."
Menurut saya penyataan tersebut blm bisa dijustifikasi karena mengandung unsur yg bertolak belakang, mengapa versi penafsiran tersebut banyak didukung sedangkan dianggap melemahkan mental anak bangsa?
Sekian pertanyaan dari saya
Terima kasih penulis.
Salam rindu.