![]() |
https://media.xtra.com.my/2020/10/story-header.jpg |
Oleh: Siti Rahmatillah
Kekuatan baca generasi di negeri ini masih menjadi problematika,
hal itu terbukti dengan data yang dikeluarkan oleh UNECSO, di sana tertera
bahwa daya dan minat baca masyarakat Indonesia berada di titik terendah. Upaya
perbaikan terus dilakukan, baik oleh pemerintah seperti kebijakan gerakan
literasi sekolah maupun masyarakat seperti terbentuknya komunitas dan relawan
literasi bahkan dari lembaga pondok pesantren, seperti Pondok Pesantren Darun Nun
dan Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah dan mungkin masih ada beberapa
pondok pesantren literasi lainnya yang belum dijamah oleh penulis.
Tetapi, kenapa kok rajin baca bisa menjaga budaya bangsa, budaya
apa yang perlu kita jaga? Budaya bahasa. Sesuatu yang perlu kita ketahui
bersama, budaya tidak hanya soal nilai-nilai tradisi yang ada di sekitar kita
atau adat istiadat masyarakat setempat
yang perayaannya diadakan di setiap tahunnya. Tetapi bahasa juga termasuk
budaya. Kenapa? Karena bahasa adalah kebiasaan kita dalam keseharian. Hal ini
juga dikemukakan oleh seorang antropolog Indonesia yakni Koentjaraningrat
(baca:unsur budaya).
Lalu, apa hubungannya baca dengan bahasa? Hubungannya adalah sama
seperti aku dan kamu ketika menyatu, kehehe. Ketika orang membaca pasti akan
menyatu dengan bahasa (khususnya bahasa Indonesia). Jika membaca menjadi
habituasi maka istilah-istilah indah, ilmiah, halus, sopan dan keramahan bahasa
Indonesia tidak dipertanyakan lagi dan yang paling penting tidak menjadi generasi
yang asing dengan bahasa sendiri, cukup bahasa asing yang dirasa asing jangan
bahasa kita berdua.
Malas baca berimplikasi pada kurangnya intelektual kebahasaan atau
bagi penulis akan mengalami miskin diksi. Banyak dari kita yang kaidah
penulisan kata, kalimat bahkan paragraf di caption Ig misalnya masih terlihat
salah. Ini hal sepele tetapi mencederai identitas bahasa bangsa juga ikrar suci
sumpah pemuda yang menjadi lambang perjuangan mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Jika bukan karena bahasa Indonesia yang menjadi lambang persatuan perjuangan
kala itu, kemungkinan besar aku, kamu dan kita semua tak bisa tidur nyenyak
layaknya anak-anak Palestina ketika diserang oleh Israel.
Yuk jangan hanya rajin baca perasaan ayang :)
0 komentar:
Posting Komentar