KH. M. Syuhud Zayyadi lahir pada tahun 1930, dari pasangan KH. Zayyadi dan Nyai. Hj. Salmah yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Madukawan, Pamekasan Madura. Beliau dibesarkan di lingkungan keluarga pesantren yang kental akan ilmu agama yang kuat. Masa kecilnya dihabiskan untuk bermain dan belajar tentang mengaji al-Qur’an seperti anak kecil yang lain di kampungnya.
Sejak kecil ia
belajar ilmu agama kepada sang ayah dan ibunya. Setelah itu, menginjak usia
remaja beliau melanjutkan belajar memperdelam ilmu agama di Pesantren Bata-Bata
Madura yang diasuh oleh pamannya sendiri, KH. Abdul Majid bin Abdul Hamid bin
Itsbat. Kemudian untuk menambah wawasan tentang kedalaman spiritual keagamaan
beliau melanjutkan perjalanan menimba ilmunya di Pondok Pesantren Syaikhona
Kholil Bangkalan yang saat itu diasuh oleh KH. Imron Kholil.
Setelah
beberapa tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, beliau
melanjutkan studi keilmuannya di Makkah Al-Mukarromah. Di Mekah beliau berguru
kepada beberapa masyayikh ternama seperti Sayyid Amin Al-Kutbi dan
Sayyid Alwi Al-Maliki yang merupakan ayah dari Sayyid bin Alwi Al-Maliki. Di sana
KH. Syuhud mendalami ilmu al-Qur’an dan tafsir dengan menghafalkan al-Qur’an.
Selain belajar ilmu agama, beliau juga mempelajari ilmu-ilmu umum yang membuat
dirinya semakin kaya akan ilmu pengetahuan baik spiritualitas kegamaan maupun
kehidupan dunia. Dari sanalah KH. Sayyid bisa dengan lancar menngkhatamkan
hafalan tiga puluh juz al-Qur’an.
Lima
tahun berada di Makkah beliau memutuskan untuk kembali ke Indonesia dengan pengetahuan
yang sangat mumpuni. Kembali ke
daerahnya Pamekasan Madura yang sudah tidak asing lagi baginya. Setelah kembali
dari Mekkah ia mengajar ilmu al-Qur’an di pesantren milik ayahnya. Setiap
harinya dihabiskan untuk menyimak hafalan al-Qur’an para santri yang mondok di Pesantren Madukawan. Secara telaten beliau
mentashih satu persatu santrinya hingga khatam.
Tak
berselang lama setelah kepulangannya dari Makkah dan mengajar ngaji di pondok
milik ayahnya, beliau diperkenalkan dengan wanita sholehah asal Malang Jawa
Timur yang merupakan seorang anak Kyai terkenal pada saat itu. Namanya Nyai Hj. Masluhah Muzakki anak kedua dari sembilan
bersaudara keturunan KH. Muzakki dan Ny. Hj. Saudah. Keduanya dijodohkan dengan
keadaan belum mengetahui sama sekali bagaimana wajah calon pendampingnya.
Mereka baru mengetahui ketika dihadapkan dimeja pelaminan pada hari
pernikahannya pada tahun 1959.
Setelah menikah KH Zayyadi dan sang
istri masih tinggal di Madura. Keduanya mengajar di pondok pesantren milik
ayahnya. Pada tahun 1963 mereka berdua berpindah ke desa Karangsuko kecamatan
Gondang Legi mengikuti sang suami yang menginginkan untuk mendirikan dan
merintis pesantren di desa tersebut. Dengan pemberian wakaf tanah dari
seseorang warga masyarakat di desa tersebut, mulailah pembangunan pondok
pesantren. Pesantren itu diberi nama Pondok Pesantren Al-Khoirot. Pesantren ini
lahir berkat bantuan mertuanya yang menginginkan KH Zayyadi untuk mendirikan
pondok pesantren dan sebagai pengasuh.
Awal mula berdirinya pondok
pesantren Al-Khoirot KH. Zayyadi banyak mengalami rintangan karena pada saat
itu, masyarakat sekitar lingkungan desa Karangsuko mayoritas masih memegang
erat tradisi kejawen dan masih minim akan pengetahuan keagaamaan serta tingkat
kejahatan yang sangat tinggi. Bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana cara
mensucikan diri sesuai syariat agama Islam. Secara perlahan beliau mulai
membuka pengajian di lingkungan pesantren. Berawal dari delapan belas santri
putra yang mukim di pesantren dan lambat tahunpun semakin bertambah. Beliau dan
sang istri juga mengajarkan ngaji terhadap orang sekitar desa Karangsuko
tepatnya setiap hari Jumat siang yang sampai saat ini kegiatan pengajian
tersebut masih terus berlangsung, dilanjutkan oleh putranya yang merupakan
pengasuh di Pondok Pesantren Al-Khoirot
Diantara para santri pertama Kyai
Syuhud yang saat ini sudah banyak berhasil dengan menjadi pengasuh pondok
pesantren, guru dan wiraswasta seperti KH. M. Syamsul Arifin yang saat ini merupakan
pengasuh pesantren di Pamekasan Madura dan KH. Abdul Rohman yang juga menjadi
pengasuh pesantren di daerah Ampelgading Malang. Pada tahun 1964 mulailah
didirikannya pondok putri Al-Khoirot dengan santriwati pertamanya yang bernama
Shofiah yang berasal dari desa Brongkal.
Dari pernikahan keduanya lahirlah
lima putra dan empat putri yang semuanya saat ini telah menempuh pendidikan
baik di dalam maupun luar negeri. Beliau berdua dengan telaten mendidik
anak-anaknya untuk menjadi anak yang sholeh dan sholehah dengan bekal agama
yang kuat dan sebagai penghafal ayat-ayat Allah yakni al-Qur’an. Untuk para
putrinya beliau mendidik sendiri di rumah, menyimak hafalan ke empat putrinya dan untuk para putranya diperbolehkan untuk
menimba ilmu baik di dalam maupun luar negeri.
Diantara anak-anak beliau seperti
Kyai Amin Hasan Syuhud yang merupakan salah satu pengasuh di Pondok Pesantren
Bata-Bata Pamekasan, putri keduanya Nyai Bisyaroh saat ini menjadi istri salah
satu pengasuh di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Nyai Luthvia saat ini sebagai
pengasuh di pondok Al-Khoirot putri, Nyai Faizah sata ini pengasuh di Pondok
Sumbergayam Madura, Kyai Ahmad saat ini pengasuh pondok Al-Khoirot putra, KH.
M. Ja’far Shodiq Syuhud, KH. Hamiddurrohan Syuhud, KH. M. Humaidi Syuhud dan
yang terakhir Nyai Husna yang keempat-empatnya menjadi dewan pengasuh dan
pengajar di Pondok Pesantren Al-Khoirot.
Di sisi lain beliau sangat
menanamkan kebersihan hati karena dari hati yang bersih semua ibadah terasa
lebih dekat dengan sang pencipta. Walaupun beliau dengan pribadi yang
sesungguhnya orang yang tertutup tetapi mampu mensyiarkan agama islam dengan
beberapa rintangan yang harus dihadapi di dalam masyarakat. Dari situlah KH.
Syuhud Zayyadi menjadi orang yang ditokohkan di masyarakat desa Karangsuko.
Selain memiliki keturunan-keturunan
dengan spirilitualitas yang kuat, beliau juga dikenal sebagai ulama yang
tawadhu, rendah hati, pekerja keras serta pemimpin yang bijaksana. Beliau juga
terkenal dengan keahliannya dalam membuat syair-syair pujian sebagaimana yang
ia tulis bersama guru-guru beliau di Makkah yaitu Sayid Amin Al-Kutbi dan Sayid
Alawi Al-Maliki. Syair-syair pujian tersebut diberinama sholawat Al-Khoirot
yang sampai saat ini masih menjadi syair
pujian yang secara rutinan dilantunkan oleh para santrinya di pagi dan
sore hari. Beliau juga merupakan orang yang sangat memprioritaskan dalam
mencari ilmu pengetahuan. Dibuktikan dengan seluruh anaknya yang sukses baik
urusan dunia diimbangi dengan pengetahuan agama yang begitu kuat.
Pada tahun 1993 KH. Syuhud Zayyadi wafat
dalam usia 63 tahun. Beliau meninggalkan lima putra dan empat putri diantaranya
ada yang sudah menikah dan yang lain masih menempuh studi di beberapa lembaga
pendidikan di dalam maupun luar negeri. Setelah beliau wafat kepemimpinan
pesantren diteruskan oleh menantunya yakni KH. Zainal Ali Suyuthi yang
merupakan suami dari putri ketiganya Nyai Hj. Luthfiyah Syuhud yang masih
memiliki hubungan kekerabatan sepupu dengan mertuanya KH. Syuhud.
0 komentar:
Posting Komentar