Oleh Hariski Romadona
Pria bisa menjadi godaan buat wanita
dan juga wanita bisa menjadi godaan buat pria. Yang dipermasalahkan yakni aspek
godaanya. Yang menggoda dan membuat orang keluar jalur dari cinta yang
sesungguhnya. Tidak lagi di jalur yang lurus dan berada di jalan yang belok
belok. Kecenderungan hati kepada lawan jenis baik pria atau wanita itu adalah
fitrah. Intinya jangan menyesali kalau suka terhadap lawan jenis. Makanya
banyak yang bilang kalau cinta itu anugerah. Jangan disesali, terhadap siapa
saja, karena alhamdulillah kita bisa merasakan apa yang disebut dengan cinta.
Akhir akhir ini banyak orang susah
mencintai, akhirnya banyak timbul kebencian dimana-mana. Maka berterimakasihlah
kepada Allah yang telah memberikan cinta. Cuma yang menjadi problem yaitu cara
kita mengelola cinta itu. Kalau cinta itu sudah jatuh kepada lawan jenis,
selanjutnya bagiamana cara mengelolanya. Kalau sampai salah maka kita akan
keluar jalur. Maksud keluar jalur ini ialah menabrak apa yang dianggap baik di
masyarakat.
Lantas bagaimana cara kita memilih
pasangan yang baik ? Sebenarnya yang utama yang kita pilih ialah yang ada
passionnya. Ada rasanya, kalau tidak ada rasa hambar jadinya. Dalam agama
disebut tidak hanya mahabbah, tetapi lebih dari itu yakni mawaddah,
mahabbah yang sangat dalam. Bahkan lebih ada juga yang lebih dalam dan luas
lagi yang namanya rahmah. Hanya sampai level itu kita bisa hadir pada
wilayah yang namanya sakinah. Dari semua itu maka cinta yang paling
utama yakni passion atau rasa.
Mahabbah sendiri jika diterjemahkan
gampangnya ialah ketertarikan pada physical. Laki laki suka pada perempuan yang
cantik, yang kalau dilihat menggetarkan hati, membuat terpesona. Lah ini kalau
semakin dalam, melampaui dari ketertarikan dari segi fisik saja, ini yang
namanya mawaddah. Makanya kalau ada pasangan yang baru menikah maka akan
didoakan menjadi pasangan yang mawaddah warahmah. Jangan hanya mahabbah,
karena kalau mahabbah saja tidak lama itu akan hilang. Karena kecantikan
atau kegantengan fisik itu durasinya tidak panjang.
Lebih dalam lagi yakni rahmah,
kalau mawaddah ini dalam tapi fokusnya jelas yakni ya engkau sang
kekasih satu satunya. Sedangkan rahmah, cintanya sudah meluas tidak
hanya untuk kekasih, tapi semua yang berhubungan denganya. Termasuk ayah, ibu,
keluarga, masyarakat itu semua dicintai. Makanya islam itu disebut rahmatan
lil alamiin dia menyebarkan kita ke seluruh penjuru alam. Maka cinta yang
biasa yang physical namanya mahabbah, semakin mendalam ia menjadi
mawaddah, meluas ia menjadi rahmah.
Pada hakikatnya cinta itu perlu
rasa, jangan gembleng (pokonya ada pasangan). Dan menikah jangan sampai
terlintas di pikiran hanya coba-coba, bahaya sekali. Setelah ada rasa, boleh
kita meminjam petunjuk-petunjuk tertentu agama. Lihat fisiknya, lihat hartanya,
lihat nasabnya, dan yang puncak yakni lihat agamanya. Kalaupun empat hal ini
ada, tetapi kalau tidak ada rasa ya jangan nekat. Menurut Imam Al Ghazali,
agama disini yang paling diutamakan adalah akhlak atau karakternya. Setelah itu
parameter nilai kereligiusan yang lainya. Setelah itu baru hartanya, cantiknya,
nasabnya, pokok yang kita utamakan yakni akhlaknya dahulu. Kalau kita urut dari
awal tadi, rumusnya mencintai ialah ada rasanya, karakter pekerti akhlaknya
baik, setelah itu silahkan tambah sendiri tidak masalah.
Harta,
tahta, wanita itu bisa jadi ujian dan bisa juga menjadi kebaikan bagi kita.
Semuanya tergantung diri kita melihat, maka dari itu kita harus bisa melihat,
harus punya cahaya.
Diolah
dari penjelasan Dr. fahruddin Faiz
0 komentar:
Posting Komentar