sumber gambar: pngtree |
Oleh: Hany Zahrah
“Apa kabar?
Aman tah?”
Pertanyaan yang
simpel tapi cukup
sulit dijawab. bak mengerjakan soal fisika yang harus mengotak-atik rumus untuk
mengetahui jawaban yang pasti. Menjadi anak perempuan pertama, dan cucu pertama
memang menyenangkan, tapi itu dulu. Tidak saat sudah beranjak dewasa. Bertahan
dalam keadaan yang tidak sesuai keinginan, bukanlah hal yang mudah untuk Amira.
Lahir dari keluarga yang serba berkecukupan, membuat pundaknya semakin berat.
Karena bisa jadi ini adalah tantangan Amira untuk dituntut lebih dari keluarganya yang sekarang, baik dari
sisi pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, dan juga pasangan hidup.
Merantau ditanah jawa, yang mayoritas kehidupannya
berbanding 90 derajat. Mulai dari makanan, cara berpakaian, cara bergaul, dan bahasanya.
Membuat amira harus belajar beradaptasi.
“Huft”
Celengan rindu
yang sudah tak mampu lagi dibendung. Konon katanya pertemuan akan sangat
berarti jika melibatkan rindu. Itulah yang dirasakan Amira saat ini. Memang, support
system terbaik adalah diri sendiri.
“Ah sudahlah”
Mungkin semua
rasa sudah pernah dirasakan. Sampai berpura-pura bahagia pun sudah tamat.
Apalagi sekarang Amira sudah menginjak semester akhir, yang mana Ia harus
bersiap menyelesaikan study nya itu. Jurusan yang tak sesuai dengan passion
Amira, membuat Ia harus belajar ekstra mengejar teman-temannya. Berlari saja
tak cukup, mungkin butuh roket untuk bisa setara dengan mereka.
Teringat
perkataan seseorang, “ketika satu urusanmu dipermudah, maka satu doa ibumu
dikabulkan”. Mungkin saja alasan Amira masih sanggup bertahan sampai tahap
ini adalah doa dari ibunda tercinta. Sempat teringat beberapa bulan yang lalu,
Amira meminta restu kepada kedua orangtua saat sebelum konsultasi judul. And
then, taraaaaaa…. Betapa mengejutkan sekali, Amira lolos pengajuan judul
tahap pertama. Jika diukur kemampuan, bak langit dan bumi, sangat jauh dan
mustahil sekali. Mulai dari sinilah Ia percaya, betapa dahsyatnya doa orangtua.
Segala yang mustahil bisa terjadi, dan yang jauh bisa menjadi dekat, kemudian
sebaliknya yang dekat bisa menjauh hanya karena keajaiban doa.
Keajaiban tidak
hanya berhenti disana, satu bulan yang lalu sebelum pengumpulan kompre. Amira
pun melakukan hal yang sama. Dan keajaiban itu terjadi terulang lagi. Amira
lulus.
“Cieee lulus
kompre, selamat ya”
perkataan yang
dilontarkan zakia dengan penuh semangat. Melihat tatapan mata zakia, Ia tau ada
kesedihan disembunyikan dibalik matanya. Hanya pelukan hangat yang membalas
ucapan zakia. Benar saja, air mata sudah tak bisa dibendung lagi, pundak Amira
basah dibuatnya.
“gapapa, nanti
aku bantu ya. Bantu doa maksudnya”
“hahahaha”
Tangisan pun
pecah menjadi tawa. Zakia adalah salah satu teman dekat Amira. Memang mereka
belum kenal lama. Karena se-frekuensi lah yang membuat mereka dekat
dalam waktu singkat. Bersyukur sekali karena dari dulu Amira dipertemukan
dengan orang-orang yang baik. Mungkin pertemuan ini salah satu doa dari ibu.
Masih ada dua
tahap lagi untuk bisa menambah buntut diakhir nama. Yups, gelar sarjana. Amira
berharap ridho orangtua selalu menyertainya. hanya perlu keistiqomahan dan
semangat yang tak boleh kendor. Mengingat usia orangtua yang terus
bertambah, Ia hanya berharap umur panjang dan kesehatan untuk kedua
orangtuanya.
“Mah,Pak, bulan
ini zakia daftar sempro, doain ya mah, pak”
“Semangat neng,
semoga dipermudah segalanya”
Moodbooster banget ketika membaca balasan pesan tersebut. Dan sampai
saat ini, restu orangtua menjadi candu. Semoga banyak keajaiban yang muncul
setelah ini.
Bagus amirah adalah representasi mahasiswa semester akhir. Semangat amirah semester akhir memang berat tapi restu orang tua buat kita kuat 🔥
BalasHapus