Sumber gambar: kompasiana.com
Oleh Ahmad Zahrowii Danyal Abu Barzah
Dari balik jendela kutatap titik air yang berjatuhan
Sembari merenungkan alunan lagu hujan
Hingga tak sadar airnya telah jatuh tanpa kepedulian
Dan bertanya-tanya mengapa ragaku tak dapat merasakan
Sebuah kepedihan dari berbagai arah rangsangan
Aku menengadah ke sudut paling temaram
Kemudian membuang pandang terdalam
Tuk berharap hujan tak terlalu larut pada kelam
Yang mengungkapkan pertanda alam datangnya malam
Agar beranjak dari derasnya suram
Anomali pertanyaan hujan perlahan terungkap
Tentang aporisma sengap
Di belakang temperamen melodi yang hinggap
Dalam rangkaian bahasa rangkap
Semakin aku terbiasa dengannya
Semakin aku terbuka pula padanya
Rintik-rintik hujan itu mewujudkan alasan tua
Sehingga merubah kalbuku menjadi tunawicara
Setelah mengetahui aksara fakta sebenarnya
Sejenak berkata...
Hujan...
Bagaimana aku mendapatkan kesempatan ke depannya
Sedang tak kuabdikan dirimu pada hembusan pawana?
Lantaran ingin kuteguhkan bahwa
Kehadiranmu mendatang tak lagi membuat hatiku mati rasa
Sejenak berkata...
Hujan..
Bagaimana aku dapat merubah takdir terhadap asmaraloka
Sedang tak kureka ulang reminisensi yang sebelumnya tiada?
Lantaran ingin kuteguhkan bahwa
Kehadiranmu mendatang tak lagi menampakkan rentang masa
Malang Tengah Malam, 16/02/22
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar