Oleh Muhammad Fajar Maulana
Manusia terlahir ke dunia dengan bentuk yang
sangat sempurna sebagai mana Allah telah menyempurnakan penciptaan manusia baik
dzohir atau batin, seperti yang telah di jelaskan
Allah Swt dalam surat At-tin “Sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk sebaik-baiknya”. Kemudian, disebutkan dalam tafsir Zubdatut
Tafsir Min Fathil Qadir/ Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar menafsirkan siapa
pun yang mentaddaburi firman Allah (ayat ke-4 Surat At-tin ) dia tidak akan
berani menghinakan manusia ciptaan Allah dan tidak pula ia akan menghinakan
setiap makhluk ciptaan Allah yang dipuji olehNya.
Kemudian manusia diberikan anugrah
berupa kemampuan merasa dan membutuhkan makan, minum serta kebutuhan biologis
lainya, selain itu manusia diberikan rasa ingin tahu dan kemudian dari
keingintahuan tersebut menghantarkan mereka kepada sejumlah penemuan hingga
lahirlah sebuah ilmu. Perangkat aturan yang telah tersusun secara sistematis
untuk mengetahui sesuatu itu maka Allah bekali manusia akal untuk berfikir.
Akal manusia dalam berfikir tentu berbeda-beda,
namun sumbernya tetap Allah Swt. Apapun sesuatu yanag disandarkan
kepada Allah Swt maka tidak ada yang Namanya kekurangan atau kecacatan,
tergantung bagai mana manusia menyikapi
Anugrah yang Allah berikan kepadanya, ada Sebagian yang bersyukur diberi ilmu
yang banyak sehingga itu ia dapat menyelamatkan manusia dari ketidaktahuan,
kebodohan dan kesesatan serta ia sadar apa yang dia
tahu karena Allah. namun ada pula manusia yang khilaf atau tidak
sadar bahwa semua yang ia ketahui hanyalah seizin Allah, maka ia tidak akan
bisa mengetahui sesuatu jika Allah tidak memberinya
ilmu.
Ilmu tentang Allah adalah asas dari segala
pengetahuan. Karena, keberadaan segala sesuatu tergantung pada keberadaan-Nya, Maha
Menciptakan segala jenis ilmu tanpa terkecuali
ilmu tentang-Nya dan teramat sangat membutuhkan-Nya untuk merelisasikan
keberadaan-Nya. Dalam dunia para kaum sufi konsep ma’rifatullah
merupakan hal yang tidak asing didengar, akan tetapi kemungkinan banyak juga
pengertian yang dikonsepkan oleh berbagai bidang keilmuan islam
lainya. Baik filsafat, kalam, fiqih, hadits, tafsir, maupun tasawuf. Dalam
khazanah islam terdapat istilah ma’rifatullah, yang secara Bahasa
memiliki arti, mengenal Allah Swt. Puncak dari seluruh keilmuan yang telah
tersebar di alam semesta. Dalah mengenal Allah(ma’rifatullah). Mengenal
Allah adalah subjek yang paling utama yang harus disempurnakan oleh setiap
orang muslim, dan tidaklah seseorang bisa mencapai derajat ma’rifatullah
sampai ia benar-benar menghancurkan sifat nafsiyahnya dan hanya memandang bahwa
Allah lah yang mengatur dan memegang pangkuan Alam semesta ini.
Ada dua jalan menuju Allah Swt 1. Suluk orang
mengalami kesadaran bahwanya ada sesuatu yang tergerak dalam hatinya untuk
mngetahui siapa yang mengatur alam Semesta ini. 2. Majdub orang
yang dijemput Allaah untuk kenal dengan-Nya. Tidaklah orang yang bisa wusul
kepada Allah kecuali dia telah menghancurkan sifat nafsiyahnya dan menggantinya
dengan asma’-asma’ Allah yang di tanam dalam dirinya. Ketika seorang hamba
sudah menemukan jalanya unntuk mengenal Allah maka dia akan fana’ dan hanyut
dalam alunan-alunan dzikir kepada Allah. maka akan hanyut dalam nikmat’nya
merasakan ketenangan dalan dirinya dan selalu menggantungkan semua urusan kepada
Allah Swt, dan akan Allah berikan sesuatu yang tidak diberikan kepada semua
makhluk Allah Swt, yaitu Maqam yang Tinggi disisinya sehingga ia bisa memasuki
alam lain dengan izin Allah Swt.
Ada Maqam atau Alam -Alam kebatinan yang disebutkan para Ulama suffi yang
berjumlah 5 maqam dan pada puncak Alam
kelima adalah alam dimana Rasulullah Saw pernah memandang dan bercakap-cakap
kepada Allah Swt.
1. Alam Nasut ( Alam
nyata/alam manusia )
2. Alam Malakut ( Alam
Malaikat Umum )
3. Alam Jabarut ( Alam
tempatnya kerajaan-kerajaan para Nabi , Auliya’ dan para pembesar Malaikat )
4. Alam Lahut ( Alam
keilahian/ketuhanan )
5. Alam Hahut ( Alam dimana
bisa memandang, berkalam dengan Allah Swt )
Pertanyaanya apakah
kita bisa menembus Maqam-maqam tersebut? ia pasti bisa dengan kita menggandeng kekasih Allah yaitu Nabi Muhammad Saw dan meminta syafaat
yang berupa bisa mengenalkan diri dengan Allah melalui kekasihnya Muhammad Saw,
sebagaimana ketika Rasullulah diisra’dan mi’rajkan oleh Allah Swt
pada malam yang sangat luar biasa, dan tidaklah mungkin orang bisa mempercayai
kejadian malam itu kecuali orang-orang yang beriman dan diberikan hidayah Oleh
Allah Swt.
Akan tetapi, dari karomah dan Maqom yang Allah
berikan yang paling besar adalah maqam Istiqomah, yang mana
selalu senantiasa berusaha dan untuk berkomitmen mengenal Allah dan terus lebih
dekat kepadanya, sehingga meninggal dunia ini dengan keadaan Husnul Khotimah dan benar-benar bisa memandang Allah yang Haqiqi di
Akhirat kelak. Karena kenikmatan yang diberikan Oleh Allah Swt di Akhirat nanti
adalah bisa memandangnya tanpa adanya hijab yang menghalanginya.
0 komentar:
Posting Komentar