Oleh : Hany
Bulan rajab sangat identik dengan peringatan
isra’ mi’raj yang sangar popular sekali
di kalangan masyarakat kita bahwa isra’ mi’raj itu terjadi pada tanggal 27
Rajab. Namun, tanggal
ini tidak disepakati oleh seluruh ulama bahwa peristiwa tersebut terjadi di
tanggal tersebut. Terdapat sejarah yang mengatakan bahwa ada beberapa ulama
berbeda pendapat mengenai kapan terjadinya isra’ mi’raj itu sendiri.
Ada yang mengatakan bulan rabiul awal sewaktu nabi dilantik sebagai
nabi tahun itu. Ada pula yang mengatakan bulan Ramadhan. Ada yang mengatakan
tahun ke-10 hijriah, ada yang mengatakan setahun sebelum nabi hijrah,
macam-macam pendapat. itu sebabnya ada suatu kelompok yang mengatakan bahwa
tidak perlu diperingati isra’ mi’raj, apa dasarnya memperingati, sama seperti
hal nya perayaan maulud nabi.
Kita memang bisa berbeda pendapat mengenai kapan terjadinya isra’
mi’raj, bahkan ada pendapat yang berkata “itu kan yang popular isra, mi’raj”. Itu
memberi kesan bahwa sebenarnya satu peristiwa yang mempunyai dua sisi. Ada
isra’ dari masjidil haram ke masjidil aqsha. Dari situ ulama juga berbeda
pendapat. Tapi yang pasti peristiwa itu telah terjadi. Seperti yang terdapat
dalam Qs. Al-Isra’ ayat 1 :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ
لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي
بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Ada hal yang menarik mengenai uraian
surat dalam al-quran ini, ternyata pada satu surat dalam al quran terdapat
muqoddimah pada surat sebelumnya, seperti halnya surat al – isra’ ini terdapat
muqoddimah yang tertulis pada surat an nahl (surat ke-16). Dalam uraian tentang
isra’ terdapat penekanan menyangkut hal itu. Dengan melihat an nahl bisa
mendekatkan kita pada pemahaman mengenai isra’.
Terdapat ulama
yang memberikan contoh pendekatan mengenai isra’, dicontohkan seekor lalat dan
manusia yang naik pesawat. Katanya ada seekor lalat yang masuk ke pesawat
bersama manusia tersebut. Pesawat dengan tujuan Jakarta-Malang. sampai
pesawatnya kembali lagi ke Jakarta. Hingga ada celah barulah lalat itu keluar
dan menghampiri kawan lalat yang lain. Dan bercerita bahwa ia habis dari malang
bolak balik. Akan tetapi, kawan lalat yang lain tidak percaya. Karena lalat
tidak mempunyai kekuatan terbang sebegitu jauhnya. Lalat tersbeut bukan
terbang, tapi ia diterbangkan oleh pesawat. Namun tidak ada yang percaya.
Begitupula nabi
Muhammad, beliau tidak mengatakan saya pergi kesana. akan tetapi, أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ
(Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya). Dijelaskan pula dalam Qs. Al-Isra’ ayat 107 :
قُلْ ءَامِنُوا۟ بِهِۦٓ أَوْ لَا تُؤْمِنُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ مِن قَبْلِهِۦٓ إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا
Katakanlah:
"Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah).
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud”.
Sebagaimana
dijelaskan dalam tafsir, bahwa sifat dan ciri-ciri Al-Qur'an diatas
adalah berimanlah kamu kepadanya, yakni Al-Qur'an, atau tidak usah beriman, itu
sama saja bagi Allah. Jika engkau beriman, engkau mendapat manfaat dari
keimananmu. Dan jika engkau ingkar, engkau juga yang mendapat kerugian. Tidak ada manfaat sedikit pun bagi
Allah dari keimanan kamu, dan tidak ada pula mudarat bagi Allah dari keingkaran
kamu.
Sesungguhnya orang yang telah
diberi pengetahuan sebelumnya, yakni ulama ahli kitab yang beriman kepada nabi
Muhammad, mereka diberi pengetahuan tentang wahyu Allah sebelum turunnya
Al-Qur'an, apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan
wajah, yakni menjatuhkan wajahnya untuk bersujud mengakui kebesaran Allah dan
kebenaran firman-Nya. Dan dalam kondisi bersujud mereka berkata, mahasuci tuhan
kami dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan; sungguh, janji tuhan kami
bahwa dia akan menurunkan wahyu dan mengutus rasul-Nya pasti dipenuhi, dan
telah dipenuhi janji itu dengan diutusnya nabi Muhammad dan diturunkannya
Al-Qur'an.
0 komentar:
Posting Komentar