Oleh Nurmiati Habib
Hujan kembali
hadir pagi itu, dengan begitu nyenyaknya kabut mengelilingi matahari hingga
enggan untuk memunculkan dirinya. Hujan pagi-pagi membuat sebagian orang malas
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang seharusnya bisa dilaksanakan saat tak
hujan. Ada yang memutuskan untuk rebahan, tidur atau sekedar menonton Netflix,
youtebe atau yang lainnya dengan asumsi menghabiskan waktu dikala hujan. Tak
salah memang, karena cuaca memang salah satu penyebab seseorang tak ada
keinginan untuk keluar. Walau sebenarnya sudah ada jas hujan, payung atau yang
lainnya yang bisa menghindari dari air hujan. Tapi entah mengapa rebahan
menjadi godaan terbesar bagi sebagian orang, tanpa terkecuali daku ini.
Memaksakan
diri untuk memulai aktifitas dengan keadaan hujan adalah salah satu hal yang
butuh semangat tinggi, memutuskan untuk mandi dengan kedinginan yang menemani,
membungkam kata untuk tidak mengeluh dengan keadaan, mempersiapkan diri untuk
menghadapi hari yang lebih bersemangat dari pagi hingga malam seperti hal yang
dilakukan Sela pagi itu. Ia langsung bergegas mandi di bawah guyuran angin yang
sangat menusuk tulang yang menjadi ciri khas air-air daerah pegunungan. Tanpa
menunggu waktu lama setelah mandi, ia bersiap-siap untukl memulai kegiatannya
pagi itu. Tak lupa juga untuk sholat dhuha sembari diiringi lantunan surat al-Waqiah.
Bergegas berangkat dengan hujan yang
tetap sabar membersamai. Jas hujan yang mejadi saksi bagaimana derasnya air
hujan pagi itu, genangan air yang mengembung disana-sini, saluran air yang
penuh dengan derasnya curah hujan. Mobil-mobil berjalan dengan santainya, para
pekerja dengan kendaraan bermotor yang harus ekstra hati-hati karena liciknya
jalan. Sellapun sama seperti pengguna jalan lainnya, menjalankan motor dengan
kecepatan rendah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan malah bisa
merugikan orang lain saat menjalankan motor dengan kecepatan tinggi. Iapun
larut ikut memadati perjalanan pagi itu dengan ramainya orang yang ingin
melakasanakan kegiatan.
Dibalik lancarnya perjalanan pagi
itu, tanpa ada rasa apapun motor dari belakang menyalip dengan seenaknya
sendiri dengan menerjang genangan air yang ada di depannya yang secara otomatis
membuat genangan air membelah jalan dan membasahiku yang sudah sedari tadi
berhati-hati. Kesal, marah itu pasti apalagi dalam kondisi terburu-buru dan tidak
membawa baju ganti, ditambah hujan. Serasa pagi itu menjadi momen yang paling
sial dalam hidup. Sudah hujan, telat
“Arrghhh, pak-pak gak tau ujan apa gimana sih, bisa-bisanya gitu” umpat
Sella dalam hati .
Bagaimanapun keadaan Sella pada saat
itu, tetap harus melanjutkan perjalanan karena memang jam kerja kantor sudah
menunjukkan waktunya untuk memulai kegiatan. Dengan hati yang panas, mulut yang
ngedumel, baju yang basah ia tetap mengendarai motornya. Tanpa terasa ia
melihat bapak-bapak yang tadi menerjang kubahan air dalam genangan yang sedang
berdiri di pinggir jalan dengan memegang hpnya. Inginku mendatanginya dan
menyampaikan uneg-uneg kemarahan yang sedari tadi sudah memuncak. Akan tetapi
amarah itu seketika luntur saat melihat bapak yang berseragam ojeg online yang
mengantarkan makanan kepada nenek tua yang menunggunya di pinggir jalan sembari
berteduh dibawah rindangnya pohon diiringi hujan yang terus mengalir. Terlihat
kasih sayang seorang anak kepada ibunya begitupun sebaliknya. Seorang anak yang
rela menerjang hujan untuk membawakan makanan kepada sang ibu, dan sang ibu
yang setia menunggu anaknya di bawah pohon rindang dalam keadaan hujan untuk
menghargai usaha anaknya mengantarkan makanan.
Rasa iba itu muncul secara sendiri,
dihadapkan dengan realita yang terpampang nyata. Amarah yang sebelumnya sudah
memuncak seketika menjadi haru yang mengganti. Penyeselan itu muncul, karena
sebelumnya sudah berfikir negatif terhadap bapak-bapak tersebut yang sudah
dengan seenaknya sendiri menerjang genangan air saat hujan. Kejadian ini
mengingatkan Sella untuk tidak seharusnya marah dengan kata-kata yang tidak
seharusnya keluar dari mulutnya. Tidak cepat menyimpulkan situasi yang ada.
Pasti ada sebab kenapa seseorang melakukan hal itu. Bapak itu memang salah,
karena membawa motor dengan kecepatan tinggi disaat genangan air yang
menyebabkan beberapa orang pengguna jalan disekitarnya menjadi basah kecipratan
air dari genangan. Tapi Sella juga salah karena sudah berasumsi yang tidak
jelas ke Bapak gojek itu. Ternyata segala hal yang bisa membuat spontanitas
kita menjadi marah saat ditelusuri lebih lanjut bisa membuat kita lebih sadar
bahwa semulus apapun rencanamu ataupun serapih apapun hal yang ingin kau gapai
akan ada kejadian-kejadian yang tidak terduga di depannya . Bisa jadi harapanmu
tak sesuai dengan keadaan yang kua harapkan, atau malah hasil yang di dapat
melebihi ekspektasimu sendiri. Kuasa Allah itu nyata adanya, sampai kita aja
gak tau satu, dua detik kedepan akan terjadi apa dalam kehidupan kita. Kita
bisa berencana keadaan punya kenyataan.
0 komentar:
Posting Komentar