![]() |
Source Image: https://www.jangkauan.com/wp-content/uploads/2021/04/keluarga.jpg |
Oleh: Izzat Imaniya
Sebagai
mahluk sosial kita tidak bisa berdiri tegak dimuka bumi ini hanya dengan
seorang diri. Berinteraksi dengan lingkungan sekitar tentu menjadi rancangan
hidup yang tidak bisa kita lepaskan. Akan tetapi interaksi sosial itu tidak
selamanya berjalan lurus, ada lika-liku dan tanjakan dari diri orang sekitar
yang harus bisa kita lewati dengan cara memahaminya. Iya, setiap orang meiliki
hak atas kehidupannya untuk melakukan suatu tindakan. Tapi perlu diingat bukan
berarti dengan hak yang dimiliki kita bisa berbuat seenaknya, kita harus bisa
memahami orang disekitar, entah itu teman-teman, guru, bahkan keluarga
sekalipun. Beragam cerita akan kita ukir untuk menjadi sejarah dalam hidup, ada
yang tertawa ada pula yang menangis, ada bahagia ada pula yang bersedih. Selama
masih hidup roda kehidupan akan terus berputar, ada kalanya diatas, ada kalanya
pula dibawah dan tertindas.
Seiring
berjalannya waktu, usia kian bertambah. Waktu dan lingkungan akan menuntut kita
menjadi diri yang lebih kuat dan pemikiran yang lebih dewasa. Dihadapi oleh
berbagai masalah merupakan proses kehidupan. Setiap orang pasti pernah
merasakan sakitnya menghadapi masalah. Masalah yang dihadapi seseorang
berbeda-beda berdasarkan tingkatannya. Misalnya, seorang bayi masalah yang
dihadapinya adalah tida bisa minum ASI, anak-anak masalanya adalah bertengkar dengan teman
bermainnya, remaja masalahnya bertengkar merebutkan teman istimewa, anak kuliah
dihadapi dengan masalah tidak bisa mengatur waktu dengan baik, ibu-ibu dan
bapak-bapak akan dihadapi dengan masalah dalam keluarganya. Begitulah, semakin
bertambanya usia, maka masalah yang kita hadapi semaikin berat, masalah sosial,
ekonomi, ataupun pendidikan.
Menjadi
seorang mahasiswa bagi saya merupakan kesempatan emas. Karena pada masa ini,
kita memiliki kesempatan untuk menentukan kualitas kehidupan dimasa depan.
Kadang berbagai jenis masalah harus dihadapi dalam satu waktu, seperti permasalahan
ekonomi, permasalahan dalam belajar, bahkan yang paling sering terjadi
dikalangan mahasiswa adalah bermasalah dengan kekasih hatinya, pernyataan dari
beberapa orang itu adalah permasalahan paling berat. Hihihi , saya kurang paham
mengenai hal itu. Karena masa ini adalah kesempatan emas, tentu kita harus bisa
bijaksana dalam menghadapinya, baik dalam mengatur waktu untuk belajar,
berorganisasi, dan waktu untuk diri sendiri. Bagi saya, untuk mendapatkan
kebahagiaan dalam hidup kuncinya hanya dengan bersyukur kepada Allah, seberat
apapun masalah yang dihadapipun harus tetap disyukuri. Mengapa? Karena dengan
adanya masalah itu terdapat pelajaran dan penglaman yang bisa diambil. Semakin
besar masalah yang dihadapi, maka semain baik pengalaman yang didapati. Tapi
bukan berarti saya menyukai dan selalu ingin mendapatkan masalah yaaa. Salah
satu contohnya adalah ketika kita bermasalah karena hal sepele dengan seorang
teman. Dalam hal ini kita lebih baik mengalah, dan memahami sifat atau karakter
yang dimiliki oleh teman tersebut. Dibalik permasalahan dengan seorang teman
ini secara tida langsung kita melatih diri agar bisa bersabar dan husnuzon.
Teman tersebut jangan dibenci, tapi disyukuri. Karena Allah menitipkan
kesabaran untuk kita melauinya. Itu adalah contoh kecil dan ringan. Contoh yang
lebih berat misalnya ketika kita melakukan kesalahan besar nan fatal. Allah
selalu memberikan jalan dan kesempatan untuk hamba-Nya dalam menuju kebaikan. Penyesalan
tidak akan perna membuat kita merasa tenang. Akan selalu ada kerisauan yang
menghantui. Lagi-lagi cara yang paling tepat untuk mengahadapinya adalah dengan
menanamkan rasa syukur atas kesalahan yang pernah dilakukan. Berangkat dari
kesalahan yang dilakukan kita merasa menyesal, kemudian kita mendekatkan diri
kepada Allah dengan meningkatkan ibadah seperti tahajjud, bermunajat kepada
Allah ditengah heningnya malam, tanpa disadari dari hari kehari kita akan
terbiasa dan merasa berat jika tidak mendirikan shalat tahajud. Nah, untuk
menguatkan diri dalam ha ini kita harus bersyukur dari kesalahan itu ahirnya
kita jadi meiliki kebiasaan untuk sholat tahajjud. Tapi bukan berarti kitab
oleh terus-terusan melaukan kesalahan ya, melakukan suatu kesalahan boleh,
asalkan jangan sampai jatuh kedalam lubang yang sama.
Bagi
mahasiswa perantau, kondisi kantong juga terkadang menjadi masalah yang
mandarah daging. Dikasi uang jajan dua juta, pengeluarannya tiga juta. Ada yang
uang jajannya satu juta, Alhamdulillah cukup. Ada juga yang uang jajannya lima
juta perbulan tapi masih aja merasa kurang. Kok bisa?. Mungkin salah satu penyebabnya
adalah kurang rasa syukur, ngelihat mahasiswa lain pakai sepatu Converse
Sneakers Shoes yang dibandrol dengan harga 900.000-1.500.000 harus juga pakai
seperti itu, melihat mahasiswi pakai tas merk Guess yang dibandrol dengan harga
1.000.000-2.000.000 merasa harus juga pakai tas seperti itu, melihat mahasiswi
pakai jilbab merk DOA yang dibandrol dengan harga 200.000-400.000 bertekad
untuk pakai yang seperti itu, melihat teman-teman yang makan direstoran maka
harus juga makan direstoran. Jika seperti itu kita tidak akan pernah merasa
cukup sehingga tidak bisa tumbuh rasa syukur yang memebrikan kebahagiaan.
Padahal yang kita butuhkan hanya sepatu yang bisa melindungi kaki, yang kita
butuhkan hanya tas untuk menaruh buku dan laptop, yang kita butuhkan hanya
jilbab untuk menutup aurat, yang kita butuhkan adalah sebungkus nasi kucing
sebagai sumber energi untuk beraktiifitas.
Maka dari
itu, bersyukur adalah sumber dari kebahagiaan. Kita tidak bisa mengukur
kebahagiaan hanya dari harta yang dimiliki. Artis konglomerat yang uangnya
berkececran dimana-manapun masih bisa merasakn stress dan tidak bahagia. Karena
bahagia itu dari hati, bukan dari materi. Adanya keluarga, ustadz/ah, sahabat,
teman-teman dan lingkungan yang mendukung menuju kebaikan adalah hal yang
paling patut untuk disyukuri. Setiap cerita yang kita jalani akan menjadi
sejarah kehidupan diri. Bagaimanapun cerita itu, syukuri. Agar selanjutnya kita
bisa melakukan hal yang lebih bearti.
0 komentar:
Posting Komentar