Oleh: Syahrul Alfitrah Miolo
Saat ini Pondok Pesantren Darun Nun mulai kondang di mata pondok
pesantren lain se-Malang Raya. Tidak hanya itu Pondok Pesantren Darun Nun juga
mulai dikenal publik non-pesantren se-Malang Raya. Hal tersebut disebabkan
motto dari Pondok Pesantren Darun Nun yang selalu digaungkan, yaitu berbahasa
dan berkarya. Motto tersebut dibuktikan dengan program-program yang sangat luar
biasa dan prestasi-prestasi yang telah ditorehkan oleh para santri Darun Nun.
Darun Nun sebagai pondok pesantren yang didirikan oleh KH. Halimi
Zuhdy, M.Pd., MA akibat kekeringan atau kegersangan literasi yang terjadi di
lingkungan pondok pesantren. Darun Nun memiliki tujuan menjadi pondok pesantren
terdepan dalam bidang literasi. Namun, tidak hanya dalam lingkungan
kepesantrenan, Darun Nun juga ingin menyuburkan literasi di Indonesia umumnya.
Dalam mewujudkan hal di atas diperlukan suatu wadah yang dapat
merangkul orang-orang yang belum terpapar literasi. Tidak hanya itu, diperlukan
suatu wadah yang dapat membantu jalan komunitas atau organisasi yang bergerak
dalam bidang literasi. Dalam hal ini sebuah komunitas atau organisasi sangat
cocok dalam mewujudkan hal di atas. Komunitas yang pernah diinisiasi oleh
santri-santri Darun Nun ialah Komunitas Pena Nun.
Komunitas Pena Nun berangkat dari kebutuhan Darun Nun dalam
menjangkau komunitas dan organisasi literasi untuk diundang dalam beberapa
kegiatan Darun Nun. inisiasi ini telah direncanakan dari jauh-jauh hari, tapi
baru bisa diwujudkan pada saat persiapan salah satu kegiatan Darun Nun, yaitu
Apresiasi Sastra (ASTRA) pada tahun 2020. Namun, Komunitas Pena Nun ini tidak
ditetapkan dan diresmikan oleh pengasuh Darun Nun, hanya diizinkan untuk
dikembangkan.
Akibat dari pandemi Covid-19, kegiatan Apresiasi Sastra Pondok
Pesantren Darun Nun tidak terlaksana yang mana Komunitas Pena Nun kembali
menjadi rencana yang belum diwujudkan. Dalam hal ini, untuk mereaktifkan
kembali Komunitas Pena Nun ini sangatlah besar peluangnya, karena santri-santri
Darun Nun yang telah meningkat dari sisi jumlah dan mereka memiliki skill-skill
yang dapat digunakan dalam proses pereaktifan Komunitas Pena Nun.
Jika
Darun Nun ingin menjangkau lebih banyak khalayak lagi yang berasal dari
non-kepesantrenan, maka Komunitas Pena Nun inilah yang menjadi solusinya. Tidak
seperti Darun Nun yang merupakan pondok pesantren yang dianggap kurang linier
untuk masuk ke dalam komunitas dan organisasi yang berlabelkan literasi. Adapun
Komunitas Pena Nun dapat masuk ke dalam komunitas dan organisasi tersebut,
karena kelinieran keduanya. Oleh karena itu, Komunitas Pena Nun harus
direaktifkan kembali dan diresmikan agar dapat menjalankan tujuan-tujuan yang
diembankan kepada Pena Nun. Untuk tujuan yang lebih besar lagi, Pena Nun dapat
menjadi penerbit agar Darun Nun dapat menerbitkan buku secara mandiri dan dapat
memudahkan pondok pesantren yang ingin menerbitkan buku-buku mereka.
0 komentar:
Posting Komentar