Oleh: Syifaul Fajriyah
Tanjakan demi tanjakan ku lewati
Tikungan demi tikungan ku susuri
Bumi pun berubah menjadi jejak kaki
Untuk meraih impian yang hampir mati
Tak henti kaki melangkah
Jika lelah, surat yang lusuh ku buka
Ada kata pembangkit asa
Dari sosok yang ku panggil bunda
Tenang dan tegar, dibalik wajah yang sepuh
Hati yang kuat tapi sesungguhnya rapuh
Mengeluh hampir mustahil terdengar pecah
Tapi bagi tuhan, sudah menjadi munasabah
Ku hampir tiba dengan lari yang tergesa-gesa
Sayangnya, bendera kuning menyambut Ananda
Dengan lambaian dan iringan tangisan
keluarga
Ku coba tegar, namun arus pun ikut membawa
Jejak kaki itu telah terhapus rintik hujan
Surat lusuh yang telah menjadi warisan
Pembangkit asa telah meredup perlahan
Dan kini impian itu sudah tak bertuan
0 komentar:
Posting Komentar