Oleh: Siti Fathimatuz Zahro’
"Hai fi.. lagi ngapain?" begitulah sekiranya aku menyapa. Namun siapa sangka jika respon yang diberikan Fifi bukan respon yang sama seperti yang aku berikan. Dia mendongakkan kepala kemudian menatap orang yang baru saja menyapanya dan kemudian dia menangis. Sebuah respon otomatis, aku memeluknya dan menanyakan dengan kalimat mengapa. Bukan jawaban yang aku terima melainkan air mata sesenggukan yang aku dengar. Semakin eratlah aku mendekapnya dan mengelus punggungnya. Sekiranya agar mampu meredakan emosinya dan memberikan rasa nyaman serta nyaman.
Entah mengapa imajinasi ku saat itu menceritakan hal tersebut. Ada banyak hal yang aku imajinasikan sebagai penyebab kesedihannya. Perihal ibunya yang pernah aku dengar dari kawanku, jika beliau sedang sakit dan Fifi lah yang merawatnya. Penyebab kedua yakni ia merasa posisinya sebagai kakak tergeserkan oleh sosok temannya yang lebih dekat dengan adik perempuannya.
Tidak sekali dua kali dalam diriku terjadi obrolan-obrolan spontan seperti itu. Bahkan terkadang tokoh didalamnya lebih dari dua orang. Hahahaha entah apa yang terjadi dalam diriku. Pernah suatu ketika aku menuliskan apa yang aku rasakan ini dalam tugas kuliah psikologi klinis karena aku pernah khawatir jika ini ada sebuah hal yang tidak umum hehehehe.
Ketika tetiba tersadar maka aku akan berkata kepada diriku "Hei... apa yang sedang kamu obrolkan?" dan kemudian obrolan-obrolan itu juga akan terhenti dengan sendirinya hahahahah.Obrolan-obrolan ini terjadi secara sadar dan bahkan diriku yang sesungguhnya juga ikut menjadi tokoh di dalamnya.
Inti dari tulisan ini adalah kebiasaanku dan topik beberapa hari yang lalu tentang Fifi.
Semoga ibumu lekas sehat dan diberikan umur yang panjang untuk senantiasa menemanimu tumbuh kembang. Pastinya akan selalu banyak hal yang ingin diceritakan oleh anak perempuan kepada ibunya.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar