Penulis: Ainu Habibi
Allah memastikan bahwasanya Rasulullah Saw.
Adalah sosok yang memiliki suri tauladan sempurna dalam dirinya. Maka
seharusnya menjadi pedoman bagi setiap orang-orang yang mengharap keselamatan,
kebaikan, dan ridha Allah Swt. Suri tauladan Rasulullah Saw. Mencakup semua
aspek kehidupan. Rasulullah Saw tidak hanya mengajarkan kepada kita ibadah
kepada Allah, tetapi juga memberi tuntunan atas berbagai hal, dimulai dari hal
yang terkecil dalam kehidupan, hingga yang paling besar sekalipun. Dalam
tuntunan tersebut adalah tuntunan Rasulullah Saw terkait pengobatan.
Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah
Saw bersabda: Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
Swt daripada orang mukmin yang lemah. (HR. Muslim)
Melalui hadis shahih kita dapat menelusuri
cara-cara pengobatan yang dilakukan Rasulullah Saw. Beliau banyak mengobati
penyakit yang timbul pada zamannya, baik bersifat fisik, seperti demam, diare,
bisul, dan lain-lain. Luar biasanya pengobatan yang diajarkan tak lekang oleh
zaman. Bahkan, perkembangan ilmu kedokteran justru menginformasi kehebatan cara
pengobatan yang beliau ajarkan. Pengobatan Rasulullah Saw terbukti ampuh
sejalan dengan ilmu pengetahuan yang terus berkembang.
Selain itu Rasulullah juga mengajarkan
kiat-kiat dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengajarkan pola-pola hidup
sehat, mulai dari menjaga pola makan, minum, tidur, olahraga. Rasulullah
sendiri mengaplikasikan hal tersebut secara langsung. Dengan pola hidup sehat
beliau tampil sebagai pribadi yang sehatnya luar biasa, hampir tidak pernah
terganggu sakit yang serius kecuali saat menjelang ajal beliau. Dengan bekal
sehat itulah beliau bisa memaksimalkan melakukan kegiatan pribadi, berkeluarga,
dan melakukan tugas sosial kenegaraan, termasuk berjuang menyebarkan dan
membela agama Islam.
Mengapa Rasulullah jarang sakit? Pertanyaan
yang menarik untuk dikemukakan. Sederhananya Rasulullah Saw jarang sakit karena
beliau mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan
kata lain, beliau sangat menakankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Satu
diantara banyaknya contoh; perintah untuk menutup hidangan, mencuci tangan
sebelum makan, bersiwak, larangan bernafas sambil berminum, tidak kencing atau
buang air di tempat yang tidak mengalir atau di bawah pohon, merupakan contoh
praktis dari sekian banyak tuntunan Rasulullah Saw. Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw telah menetapkan dalam salah satu
sabdanya,
“Apabila kalian mendengar adanya wabah di
suatu daerah, janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di
daerah itu, janganlah meninggalkannya.” (HR. Bukhari dari Usamah bin Zaid)
Dalam suatu hadist diceritakan, Rasulullah
Saw. Pernah menegur sahabat yang kurang memperhatikan kesehatannya jasmaninya.
Sahabat tersebut terlalu berlebihan dalam beribadah. Padahal menurut Rasul
kesehatan adalah hak bagi tubuh. Sehingga setiap individu wajib menunaikan hak
tersebut.
Nizar Abazhah adalah seorang guru besar Sirah
Nabawiyah kelahiran Damaskus Syria. Dalam kitabnya, beliau
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak
hanya bersih secara lahiriyah (tubuh dan lingkungan), tetapi juga bersih
hatinya, lisan, dan pergaulannya.
Nabi SAW sangat memperhatikan kebersihan tubuh. Setiap hari beliau mandi.
Begitu pun saat menghadapi momen khusus, seperti sebelum salat Jumat, di hari
raya Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Arafah. Beliau sangat menganjurkan kaum
muslim mandi pada momen-momen tersebut.
Adapun prinsip-prinsip kebersihan yang dicontohkan Nabi terangkum dalam hadis
yang diriwayatkan Sayyidah Aisyah radhiallahu anha; "Ada sepuluh hal
termasuk bagian dari fitrah atau kesucian, yaitu memotong kumis, memelihara
jenggot, bersiwak, menghirup air dengan hidung (istinsyaq), memotong kuku,
membasuh sendi-sendi tulang jemari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu
kemaluan, istinja' dengan air." Zakaria berkata bahwa Mu'shob berkata,
"Aku lupa yang kesepuluh, aku merasa yang kesepuluh adalah
berkumur-kumur." (HR. Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi, An-Nasai Ibnu Majah)
0 komentar:
Posting Komentar