![]() |
https://bincangsyariah.com/wp-content/uploads/2019/02/Imam-Syafii-malas-meladeni-orang-bodoh.jpg |
Oleh: Siti Laila
‘Ainur Rohmah
Sebuah buku yang berjudul Biografi Imam Syafi’I ini merupakan buah karya fenomenal dari Dr. Tariq Suwaidan. Buku ini menceritakan tentang beberapa kisah perjalanan dan pelajaran hidup sang mujtahid kharismatik di seantero dunia. Saya kira, tidak ada yang tidak mengenal Imam Syafi’i, terlebih masyarakat Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i. Dalam buku ini, sosok keteladanan sang imam diuraikan secara jelas dengan bahasa yang mudah difahami, sehingga pembaca dapat menangkap inti bacaan lebih mudah. Beberapa sifat yang dapat diteladani terangkum dengan ringkas pada bab 6 dengan judul “Keteladanan Imam Syafi’i”.
‘Alim
Imam Syafi’i adalah seorang yang faqih, taat ibadah, ‘alim dalam bidang ilmu ushul fikih dan keimanan. Beliau juga terkenal dengan sifat kewarakannya. Di malam hari, Imam Syafi’i membagi waktunya menjadi tiga bagian: sepertiga pertama untuk menulis, sepertiga kedua untuk shalat, dan sepertiga sisanya untuk tidur. Semasa hidup, jiwanya selalu diliputi dengan sifat keikhlasan dan ketulusan untuk mencapai kebenaran. Meskipun pernah di suatu masa harus berseberangan pendapat dengan gurunya sendiri yakni Imam Malik.
Zahid
Imam Syafi’i juga seorang yang zahid. Beliau tidak rakus terhadap
dunia dan bersikap qona’ah dengan ketetapan Allah SWT. Rabi’ ibn Sulaiman
berkata,”Aku mendengar Syafi’i berkata, “Kebaikan dunia dan akhirat tersimpan
dalam lima perkara: jiwa yang kaya, diri yang terjaga dari berbuat zalim,
mencari yang halal, ketakwaan, dan percaya sepenuhnya kepada Allah dalam segala
keadaan.” Di dalam syairnya, Imam Syafi’i juga mengingatkan bahwa orang yang
bijak yaitu orang yang mau menyucikan dirinya untuk akhirat dan tidak pernah
bergantung pada kehidupan dunia.
Kemuliaan sifat Imam Syafi’i selalu terpancar dalam kehidupannya. Dengan segala kemurahan hatinya, setiap mendapatkan sedikit rezeki beliau langsung menyedekahkannya. Tak peduli meskipun hidupnya diliputi kemiskinan, bahkan sampai tidak mempunyai bekal untuk satu hari. Inilah sebenarnya puncak dari kemuliaan dan kemurahan hati beliau, bahkan Imam Syafi’I meminta maaf kepada orang yang meminta kepada beliau jika ia tidak memiliki hal lain lagi untuk diberikan.
Dermawan
Selain itu, kedermawanan Imam Syafi’i patut pula dijadikan teladan. Sekalipun beliau mengalami kemiskinan dan berada pada kondisi yang membutuhkan, hal itu tidak menghentikannya untuk bersedekah setiap hari, sehingga beliau disebut sebagai orang yang paling dermawan.
Toleran
Keluhuran akhlak yang dimiliki Imam Syafi’i juga terlihat ketika
beliau berkomunikasi dengan seseorang. Beliau sangat toleransi dengan sesama.
Meskipun ada seseorang yang menghinanya, beliau tetap bersabar dan malah
memaafkan orang yang bertindak seperti itu kepadanya. Di dalam berdebat pun
beliau selalu menjaga sikap sopan santun ketika menghadapi lawannya,
karena beliau ingin agar seseorang itu
mendapatkan bimbingan. Etika yang disertai kecerdasan dan dengan argumentasi
yang kuat inilah menjadi ciri khas sang Imam Syafi’I dalam berdebat. Di sisi
lain, tujuan berdebat itu bukan untuk saling mengalahkan ataupun mencari
kemenangan, tetapi kembali ke tujuan utamanya yakni mencari kebenaran.
Di dalam berfatwa, beliau selalu berpijak pada sumber hukum dari
Al-qur’an maupun hadits. Imam Syafi’i
tidak pernah merasa bahwa telah menguasai seluruh sunnah dan hadits Rasulullah
SAW. Beliau selalu menganjurkan para sahabatnya untuk mencari hadits yang lain
sebagai penguat ucapannya. Sang Imam Syafi’i yang juga sebagai manusia
menyadari jika tidak luput dari salah. Jika ada fatwa yang diucapkan
bertentangan dengan sabda Rasulullah SAW, maka yang benar itu terdapat pada
sabda Rasulullah SAW.
Begitulah sedikit gambaran sifat-sifat keteladanan Imam Syafi’i yang
dapat diceritakan. Buku ini menarik dengan disertai gambar-gambar pendukung
cerita di dalamnya. Bagi pembaca yang penasaran dengan sosok sang Imam Syafi’I,
buku ini bisa dijadikan alternatif bacaan karena bahasanya yang komunikatif dan
mudah difahami. Selain itu, buku ini juga dilengkapi syair-syair sang Imam
Syafi’i yang disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Di sela-sela sub
bab juga dilengkapi intisari bacaan yang lebih memudahkan pembaca untuk
memahami apa yang dimaksud sebelumnya.
Namun, kekurangan dari buku ini tidak diberi footnote, sehingga pembaca berasumsi jika kemungkinan isi bacaan ini didominasi oleh opini penulis. Selain itu, ilustrasi gambar yang ada akan lebih menarik jika diberi warna (tidak hitam-putih). Akan tetapi hal ini tidak mengurangi isi cerita dan alur yang telah dibuat. Buku ini bahkan menjadi inspirasi bagi pembaca untuk bisa meniru sifat keteladanan sang Imam Syafi’i. Waallahu a’lamu bisshowab.
Sumber : Dinukil dari buku Biografi Imam
Syafi’I, Dr. Tariq Suwaidan
0 komentar:
Posting Komentar