![]() |
https://phinemo.com/buraq-hewan-mitologi-timur-tengah-yang-menjadi-tunggangan-nabi/ |
وقبل
هجرة النبي بالإسرا
من مكة ليلا لقدس يدرى
وبعد
إسراء عروج للسّما
حتى رأى النبي ربّا كلما
من
غير كيف وانحصار وافترض
عليه خمسا بعد خمسين فرض
Potongan
nadzom di atas merupakan bait ke-46 hingga ke-48 dalam kitab Aqidatul
Awam atau sering disebut dengan kitab nadzom “abda ubismillah”. Kitab
ini termasuk kitab yang tipis namun mempunyai isi kandungan yang banyak. Setiap
santri yang pernah merasakan mondok bisa dipastikan pernah mengaji kitab ini.
Sekalipun tidak pernah ngaji minimal pernah mendengar nadzoman tersebut.
Kitab
Aqidatul Awamini di-syarah-i (diberikan penjelasan) oleh Syeikh
Nawawi al Bantani, sang ulama nusantara yang kiprahnya tidak diragukan lagi
dalam dunia kitab-kitab turost.Karya beliau yang dimaksud adalah kitab nurudz
dzolam (نور الظلام).
Di dalam kitab tersebut, Syeikh Nawawi menjelaskan setiap nadzomnya beserta
cara meng’irobnya. Selain itu, kitab beliau banyak memuat cerita-cerita unik,
banyak akan pesan makna yang tersirat. Salah satu cerita unik yang terdapat
dalam kitab tersebut adalah cerita tentang buroq dalam peristiwa isro’
mi’roj.
Nadzom-anyang
ditulis di awal artikel ini, menjelaskan bahwa setiap orang mukallaf (orang
yang telah dibebani hukum syari’ah) wajib meyakini bahwa Allah telah memuliakan
Rasulullah Saw dengan isro’ mi’roj. Sebagaimana yang telah sering
didengar bahwa peristiwa isro’ adalah perjalanan Rasulullah mengendarai buroq
dari Mekkah ke Baitul Maqdis. Sedangkan mi’roj adalah perjalanan
Rasul dari Baitul Maqdis menuju sidrotul muntaha. Peristiwa isro’
mi’roj dijadikan bahan ejekan oleh kaum kafir Quraisy kepada Rasulullah.
Hal ini dikarenakan mereka, para kaum kafir Quraisy tidak percaya dengan cerita
Rasul yang menyebutkan bahwa beliau melakukan perjalanan dari Mekkah ke Baitul
Maqdis dalam satu malam. Meski demikian, Sayyidina Abu Bakar merupakan sahabat
nabi yang membenarkan peristiwa isro’ mi’roj ini.
Para
ulama berbeda pendapat terhadap waktu terjadinya peristiwa isro’ mi’roj.
Ada yang mengatakan terjadi pada bulan Ramadhan, Syawal, Rojab, Dzulhijjah,
Robi’ul Awal, dan Robi’ul Akhir. Ada yang berpendapat Rasulullah melakukan perjalanan isro’
mi’rojpada tahun sekitar 5 tahun, 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun setelah
kenabian. Dari sekian banyak pendapat para ulama, yang paling masyhur adalah
peristiwa isro’ mi’rojterjadi pada malam Senin tanggal 27 Rojab sebelum
Rasul hijrah ke Madinah kurang 1 tahun.
Rasulullah
melakukan perjalanan isro’ mi’rojmenaiki kendaraan yang disebut buroq.
Menurut penjelasan Syeikh Nawawi dalam kitabnya, buroq merupakan
binatang berkaki empat, ukuran badannya lebih pendek dari bighol (peranakan
kuda dengan keledai) tetapi lebih tinggi dari keledai, dan tidak berjenis
kelamin jantan ataupun betina. Ketika buroq berjalan, kaki bagian
depannya melangkah sejauh mata memandang kemudian diikuti dengan kakinya bagian
belakang. Kebiasaan yang sering dilakukan buroq adalah
mengibas-ngibaskan telinganya. Cara berjalan buroq ini cukup unik.
Ketika berjalan di atas gunung, kedua kakinya bisa memanjang dan ketika ia
menuruni jurang yang dalam, kakinya bisa memanjang sediki demi sedikit. Cara
berjalan buroqseperti ini hanya dialami oleh Rasulullah Saw.
Kata
“buroq” berasal dari kata “barqun” (البرق) karena berjalannya kencang. Ada juga yang berpendapat “buroq”berasal
dari kata “bariq” (البريق),
yang berwarna putih. Allah Swt memerintah malaikat Jibril untuk menjadikan buroq
sebagai kendaraan Rasalullah dengan tujuan untuk memuliakan. Sebagaimana
pada umumnya, jika seorang penguasa mengundang datang tamu mulia maka pasti
akan mengirimkan kendaraan yang istimewa untuk menjemputnya.
Rasulullah
mengikat Buroq dengan tali pada batu besar yang pernah diduduki Nabi
Daud dan Nabi Sulaiman untuk menunggu nantinya ketika Rasulullah kembali ke
Mekah, setelah peristiwa mi’roj.
Wallahu a’lam bish showab.
Dinukil dari buku Cahaya Kegelapan (terjemah kitab nurudz
dzolam-Syeikh Nawawi al Bantani) karya Muhammad Ihsan bin Nuruddin Zuhri
0 komentar:
Posting Komentar