Oleh: Kholidatun Nur Wahidiyah
Berangkat
dari rasa lelah mengerjakan tugas-tugas kuliah yang selalu mengguyur setiap
hari ditambah kejar tayang deadline yang selalu menghantui. Aku dan
delapan teman yang lain memutuskan pergi ke pantai untuk menghilangkan penat
sejenak. Iya, kami sadar pergi disaat banyaknya tugas tidak akan mengurangi
tuga-tugas itu. Setidaknya ada apresiasi diri untuk melihat luasnya alam dan
memberi kesempatan untuk si otak bekerja.
Kami putuskan
pergi ke pantai CMC (clungup mangrove convervation) Tiga Warna, pantai
konvervasi yang sangat peduli terhadap kelestarian dan penyelamatan lingkungan.
Tidak aneh jika syarat untuk berwisata kesana sangat banyak aturan.
Dengan empat
motor matic kami menggerus jalan lika-liku dalam hutan. Perjalanan yang
sangat membuat senam jantung dari jalan yang mulus, berlubang, sampai bebatuan,
belum lagi belakangan ini Malang sering diguyur hujan. Ah, itu sangat
menyebalkan. Tapi harus disyukuri kami tiba dengan selamat.
Sebelum
lanjut jalan menuju pantai kami disambut oleh pegawai di pos 1 untuk mengisi
ketentuan data. Kemudian, kami diarahkan menuju pos 2 untuk pemeriksaan barang
apa saja yang kami bawa. Peraturannya, bila membawa makanan dan minuman atau
barang-barang yang sekali pakai harap dibawa kembali sampahnya. Jika tidak,
terkena denda satu barang nya seratus ribu atau kembali lagi ke kawasan pantai.
Kami tak ambil resiko, hanya membawa plastik dan cadangan masker yang sekali
pakai. Dari pos 2 ini kami diantar oleh tour guide menuju kawasan
pantai.
"pak,
berapa menit kita jalan ke pantainya?"
"sekitar
1 jam mbak"
"Hah?
beneran pak?"
"Iya
mbak"
Selama
perjalanan menuju pantai jalannya tidak semulus apa yang kami bayangkan. pantas
saja tour guide disini tidak memakai sendal. Lima menit perjalanan masih
biasa saja, seperti jalan-jalan di perumahan yang di paving block. Lima belas
menit kemudian jalannya membuat kami geleng-geleng kepala, penuh bebatuan dan
terumbu karang dilengkapi tanah basah usai hujan. ya, mau gimana lagi ini jalan
satu-satunya menuju pantai. Banyak protes, tapi tetap menikmati proses menuju
pantai. Faham kan bagaimana perempuan?
Di tengah
perjalanan, kami banyak melewati pohon kelapa yang membuat kami tergiung.
"Pak,
boleh ga kalo kita ambil kelapanya?"
"Boleh
aja, tapi bisa manjatnya ga?"
"Bapak
yang manjat, kan bapak cowo sendiri disini" guyon anak-anak tanpa
menyaring diksi.
"Yee..enak
aja kalian. coba nanti di depan kalo itu rezeki kalian ada kelapa muda yang
sudah jatuh"
Tak lama
setelah jalan kembali, ternyata benar. Itu rezeki kami. Ada buah kelapa hijau
terlihat menyegarkan.
"Ini
kalian yang bawa sendiri ya" ujar tour guide singkat.
Walaupun
banyak mengeluh karena disuruh membawa buah kelapa sendiri, kami tetap
membawanya. Aneh.
Sekitar
setelah dua puluh menit setelah itu kami tiba di kawasan pantai. Suara ombak
serta ayunan daun pohon kelapa menyapa kami dengan sedikit terik matahari yang
tidak terlalu mendukung suasan pantai biasanya. Tidak apa, kami merasa
bersyukur karena tidak hujan.
Tidak pikir
panjang, kami langsung eksekusi kenikmatan alam pantai ini. Diawali foto-foto
kemudian main ombak. Sebenarnya, ada satu hal yang membuat kurang sempurna
yaitu naik banana boat. Iya itu tujuan awal kami datang ke pantai CMC
Tiga Warna ini. Karena ada sedikit kendala penyewaan banana boat ini
vakum.
Tidak lebih
dari tiga jam kami mengakhiri cerita di kawasan pantai sebab adanya peraturan
pengunjung yang datang dibatasi hanya dua jam saja. Sudah alhamdulillah, kami
dilebihkan sedikit waktu oleh tour guide nya, hehe.
Kami langsung
menempuh perjalanan pulang melewati jalan yang tadi berangkat.
Sambil jalan tour
guide itu kami bisingkan dengan keluhan-keluhan kami,
"Pak,
emangnya gak ada jalan alternatif lain selain jalan yang ini pak?"
"Ada,
pakai perahu tapi butuh biaya lagi"
"Berapa
pak?"
"Dua
ratus ribu"
Daripada uang
kami melayang hanya untuk itu. Lebih baik memilih melewati jalan yang tadi
walaupun penuh lumpur dan diguyur hujan.
1. Sedikit ada kontradiktif pada kalimat senam jantung dijalan mulus, berlubang ?
BalasHapusEndingnya ngakak dan memberi pesan bahwa, setiap jalan butuh tenaga dan setidaknya bermodal lah..