![]() |
sumber : pwmu.co |
Muhammad Hadiyan el Ihkam
Muhammad
bin Idris as Syafi’i atau lebih dikenal dengan Imam Syafi’i merupakan seorang
ulama yang terkenal. Beliau memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
khazanah keilmuan, khususnya bidang fiqih. Imam Syafi’imerumuskan
beberapa konsep fikih yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan suatu
hukum. Kemudian konsep fikih Imam Syafi’i digunakan oleh generasi selanjutnya
serta disempurnakan lagi oleh murid-murid beliau.
Imam
Syafi’i merupakan keturunan Arab Quraisy yang mana suku tersebut terkenal
dengan keaslian bahasa arabnya yang muni tidak tercampur dengan bahasa dari
luar. Imam Syafi’i terkenal dengan kefasihannya dalam berbahasa. Tidak
sekalipun ucapan yang beliau katakan sulit dimengerti oleh orang awam.
Ungkapan-ungkapan yang beliau sampaikan sering kali menjadi primadona
tersendiri bagi orang-orang disekitarnya. Terlebih lagi banyak ahli hadist dan
ahli fikih yang lain sengaja mendengarkan Imam Syafi’i dimajlesnya dari
kejauhan. Banyak orang juga yang terpukau serta ingin membuktikan sendiri bahwa
Imam Syafi’i mempunyai kefasihan berbahasa.
Ibnu
Rahawiyah memberikan gelar “juru bicara para ulama” kepada Imam Syafi’i. hal
ini tentu bukan sembarang orang mendapat gelar tersebut. Alasan Ibnu Rahawiyah
memberikan gelar juru bicara para ulama adalah Imam Syafi’i sangat piawai dalam
berorasi. Kemampuan beliau dalam berorasi dinilai banyak orang sebagai orang
yang tegas dan berwibawa. Oleh karena itu Imam Malik menyuruh Imam Syafi’i
untuk membacakan kitab “Al-Muwattha’”.
Imam
Syafi’i juga merupakan seorang penyair terkemuka. Beliau banyak mengarang
syair-syair yang digunakan untuk berbalasa pantun dengan penyair lain. Mush’ab
al Zubairi berkata, “Bapakku dan Imam Syafi’i berbalas syair. Syafi’i
melantunkan syair kaum Hudzail yang telah ia hafal. Imam Syafi’i berkata
’jangan kau beri tau seorang ahli hadist pun tentang hal ini karena mereka
tidak akan sanggup mendengarnya’”.
Para
tokoh sastra arab banyak yang memberikan kesaksian terhadap kepiawaian Imam
Syafi’i dalam berbahasa. Al Ashmu’i, seorang tokoh sastra arab dan pengarang
syairyang terkenal, membacakan syair Syanfari dihadapan Imam Syafi’i. Al
Ashmu’i suatu ketika men-tashih syair kaum Hudzail dengan meminta
bantuan kepada Imam Syafi’i. Alasan Ashmu’i meminta bantuan Imam Syafi’i adalah
karena Imam Syafi’i menghafal banyak syair serta mempunyai kemampuan bahasa
yang tidak dimiliki sembarang orang.
Imam
Syafi’i menggunakan kemampuan bahasanya untuk mempelajari Al-Qur’an dan hadist.
Beliau menggunakan gaya syairnya yang sederhana untuk menjelasakan maksud
kandungan dari Al-Qur’an dan hadist. Banyak para tokoh sepakah bahwa Imam
Syafi’i mempunyai kedudukan tertinggi dalam bidang bahasa dan fikih. Syair yang
indah, ungkapan kata yang mudah dimengerti, dan gaya bahasa yang menarik semua
terdapat dalam diri Imam Syafi’i. Hal ini yang membuat Imam Syafi’i disegani
serta diakui oleh banyak orang, baik pendukung maupun penentangnya. Al-Jahizh
berkata “Aku menelaah karya orang-orang hebat di bidang ilmu. Aku tidak
menemukan karya yang lebih baik daripada karya al-Muththolibi (asy-Syafi’i),
seakan ia adalah mulut yang memuntahkan mutiara demi mutiara”.
Imam Syafi’i dalam mengarang syair beliau memfokuskan pada akhlak dan budaya. Tidak seperti syair pada umumya yang bertemakan perempuan, keindahan, sanjung-menyanjung melainkan Imam Syafi’i lebih memfokuskan syairnya dengan tema akhlak, keimanan, dan hubungan sosial. Imam Syafi’i tidak berlebihan dalam mensifati sesuatu serta tidak ada dusta dalam karangan syairnya. Meski begitu beliau menolak dikatakan sebagai penyair. Beliau bermaksud syair yang dikarangnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
0 komentar:
Posting Komentar