![]() |
https://1.bp.blogspot.com/-DpSJ3z3kQOM/YCWwtSGQ-nI/AAAAAAAAI7k/dGGxb0GXwjE2JYrOxfodL8UhmoxsfnUmwCLcBGAsYHQ/s606/hay.jpg |
Oleh : Hany Zahrah
Memperbincangkan orang lain alias gibah ikut
mengalami revolusi seiring berjalannya dan berkembangnya dunia digital saat
ini. Kemajuan teknologi di era millenial ini
begitu beragam dan banyak media untuk menyalurkan proses komunikasi
melalui media sosial seperti whattsapp, instagram, twitter, facebook, dan media
sosial lainnya. Manusia lebih banyak berkomunikasi secara non verbal melalui
media sosial yang tidak terhalang dalam menyampaikan pesan.
Sebelum era millenial, manusia lebih banyak
berkomunikasi secara verbal, ibu-ibungerumpi sambil belanja di warungsayuran,
bentuk kedekatan relasi dengan saling bercerita segala macam termasuk menggibah.Eittss..tidaksemuanyasepertiitukok.
Masih banyakdiluaransanakomunitasyang positifsepertimembuatkumpulanpengajianbulanan
di masjid, di mushollah, ataudi rumahwarga.
Semua aktivitas dilakukan secara online, mulai
belajar, bekerja, mengajar, hingga mengaji. Miss communication akan
membuat hubungan yang renggang, dengan serba mudahnya mengakses informasi dan
berkomunikasi jarak jauh menjadi sebab akibat timbulnya ghibah virtual.
Su’udzon atau berburuk sangka kepada orang lain dengan tanpa sebab, bisa menjadi
benih-benih permulaan ghibah virtual.
Ghibah termasuk perkara yang diharamkan, Allah
telah melarang ghibah dalam konteks apapun yang sudah tercantum dalam Qs. Al-Hujuratayat 12
َا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ
بَعْضَ الظَّنِّ إِثمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمُ بَعْضًا ۚ
أَيُحِبُّ أَحَدُكُم أَنْ يَأكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۚ
وَاتَّقُوْا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوّابٌ رَحيمٌ
“Wahai orang-orang
yang beriman! Jauhilahbanyakprasangka. Sesungguhnya Sebagian prasangkaitudosa.
Janganlahkamumencarikesalahan orang lain dan jangandiantara kalian menggunjing
Sebagian yang lain. Apakah diantara
kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian akan merasa
jijik. Bertakwalah kalian pada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima taubat
dan maha penyayang”. (QS. Al-Hujurat: 12)
Astaghfirullah...
begitu mengerikan sekali orang yang mengghibah disamakan dengan orang yang memakan
bangkai saudaranya sendiri. Seperti istilah “mulutmu harimau mu”, mengontrol
lisan itu perlu agar tidak menyakiti satu sama lain. Bukan berarti mengontrol
disini membicarakan kejelekan orang di belakang (dengan maksud agar tidak
menyakiti hatinya) tapi alangkah baiknya bertabayyun dulu agar terdapat
kejelasan informasi yang di dapat, seperti dalam tulisan saya di http://www.darunnun.com/2020/09/melemahnya-budaya-tabayyun.html hehe...
Dengan
adanya kejelasan informasi antara beberapa pihak akan menimbulkan hawa atau
suasana yang positif di lingkungan masyarakat, dan tidak akan ada lagi
kesalahpahaman.Suasana harmonis, damai, dan rukun menyebabkan lingkungan yang
sehat.
Untuk
itu ada beberapa cara agar kita selalu terhindar dari perbuatan ghibah virtual
(online) ataupun ghibah offline (langsung), yaitu :
1. Selalu ingat
bahwa semua amalan akan dicatat termasuk ucapan
2. Sadar akan aib
sendiri yang harus lebih diperhatikan
3. anggap diri
kita lebih rendah daripada orang lain.
Bijaklah dalam bersosial media dan ramah terhadap berita
informasi yang hadir disekeliling kita, kita harus mampu menahan diri untuk
tidak ikut andil dalam menyebarkan berita dusta tanpa adanya tabayyun
(klarifikasi) terlebih dahulu, sehingga terwujud ketentraman hidup. Semoga Allah SWT memberikan taufik kepada kita
semua agar kita dijauhkan dari dosa ini (ghibah). Betapa banyak manusia yang
terjerumus ke neraka disebabkan mereka tidak mampu menahan lisan mereka dari
ghibah, terutama ghibah online (virtual) dan ghibah secara offline (langsung).
PP. DARUN NUN
Malang, 12
Februari 2021
0 komentar:
Posting Komentar