Tiga kebutuhan primer yang dibutuhkan manusia adalah sandang,
pangan, dan papan. Ketiganya merupakan kebutuhan pokok untuk dapat menunjang
kualitas hidup dan ilmu pengetahuan. Sandang adalah pakaian yang
dikenakan oleh manusia, awalnya sandang terbuat dari kulit hewan ataupun
dedaunan, namun sekarang terbuat dari bahan serat katun. Pangan adalah
makanan yang dibutuhkan dalam penghidupan manusia, baik segi kuantitas dan
kualitas. Sedangkan papan adalah tempat berlindung manusia dari teriknya
matahari dan dinginnya udara malam, dan kini papan sebagai salah satu
tempat utama untuk mendirikan sebuah keluarga yang sesuai dengan prinsip keislaman.
Indonesia merupakan sebuah negara
di mana penduduknya mayoritas beragama Islam. Indonesia bukan sekedar negara,
namun Indonesia adalah rumah bagi para penghuninya. Menurut hasil sensus terakhir
pada tahun 2010, populasi Islam di Indonesia mencapai 87,18 %. Hal ini
menandakan bahwa umat Islam sedang menanamkan prinsip keluarga islami yang sakinah,
mawaddah, wa al-rahmah di dalam tempat tinggal.
Pedoman umat Islam yang utama dalam
kehidupan sehari-hari ialah mengacu pada al-Qur’an dan hadits. Sebuah tempat
tinggal merupakan sumber untuk melakukan segala aktivitas duniawi maupun
akhirat, secara tidak langsung pasti penghuninya menerapkan amalan-amalan
al-Qur’an dan hadits. Dengan hal itu, tempat tinggal sebagai acuan untuk
meningkatkan rasa semangat dalam beribadah dan berakhlak mulia sesuai dengan
ketentuan agama Islam yang berlaku.[1]
Baity jannaty, satu kalimat
yang cocok yaitu “Rumahku, Surgaku”. Sebuah keluarga seharusnya membangun
prinsip sosial yang tinggi, bagaimana cara bersikap dengan orang-orang sekitar.
Tidak cukup hablu min al-nas dan hablu min al-‘alamin saja yang
harus dilakukan, tetapi yang terpenting adalah bentuk hablu min Allah.
Menanamkan rasa cinta terhadap Sang Maha pengatur detak jantung di dalam membina
keluarga. Membentuk generasi yang penuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan.
Jika ketiga prinsip tersebut dapat ditanamkan dalam sebuah keluarga, maka rumah
tersebut sudah pantas disebut hunian islami.
Konsep hunian islami yang merangkap tiga prinsip yaitu : 1) hablu
min Allah yang memuat ketauhidan, peribadatan, keagungan akhlak, syariah,
dan muamalah. Membangun lagi puing-puing keimanan yang mulai terkikis oleh
zaman. Menerapkan nilai-nilai rukun Islam dan rukun iman dalam keseharian.
Mendirikan nilai-nilai wajib serta ditambah dengan kesunnahan lainnya agar
memperoleh ketenangan secara dhahir maupun bathin. 2) hablu
min al-nas yang memuat hubungan sosial masyarakat, gotong royong, saling
berbagi, dan tasamuh. Yang paling penting dalam bersosial ialah sikap toleran
dan saling menghargai suatu perbedaan antara satu dengan lainnya. 3) hablu
min al-‘alamin memuat hubungan terhadap alam sekitar yang memiliki timbal
balik antara kedua makhluk, yaitu simbiosis mutualisme, keuntungan yang
didapat oleh keduanya. Mengingat salah satu hadits dari kitab Mukhtaarul
Ahaadits an-Nabawi nomor 1068 “Tiada seorangpun menanam suatu tanaman
melainkan Allah menuliskan pahalanya sesuai dengan kadar buah-buahan yang
dihasilkan dari tanamannya”. Bercocok tanam bukan hanya bermanfaat bagi si penanam,
tapi juga untuk yang mengambil manfaat dari tanaman itu. Jikalau dimakan hewan
berkaki empat dicatat sebagai shadaqah, kalaupun tidak maka ia akan
menciptakan CO2 yang
menciptakan kemaslahatan. Di antara manfaat bercocok tanam ialah :
1.
Mempercantik keindahan lingkungan.
2.
Meningkatkan level kesehatan dan kebahagiaan.
3.
Memperbaiki kualitas udara.
4.
Mengurangi peredaran timbal dan gas beracun.
Dalam era modern seperti saat ini, banyak ditemukan di Indonesia
sebuah konsep bangunan yang
beratasnamakan hunian islami. Konsep ini tidak lain untuk menunjukkan bagaimana
tempat tinggal yang sesuai dengan konsep Islam, terutama dalam hal tata ruang
bangunan. Banyak di antara hunian islami yang bertanda islami pula, namun masih
belum mengamalkan sebuah konsep keislaman.
Tata ruang bangunan Islam ialah suatu gagasan dan karya arsitektur
yang sesuai dengan pandangan dan kaidah Islam. Seni arsitektur Islam tidak
hanya terpaku pada bangunan masjid, tapi juga bisa diterapkan dalam bangunan
rumah. Sehingga dapat dikatakan arsitektur islami yaitu yang memiliki
pendekatan konsep islami. Konsep ini merujuk pada ayat qur’aniyah dan kauniyah,
the law of God and the law of nature. Arsitektur islami ialah hasil yang
mempunyai sifat tidak merusak alam dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.[2]
Elemen yang dapat membentuk hunian islami adalah :
1.
Pola denah bangunan, zona pribadi dan publik harus terpisah.
Bahkan, untuk zona khusus mahram sebaiknya ditata sedemikian rupa agar terjadi
kenyamanan dalam sebuah tempat tinggal.
2.
Terdapat dua pintu masuk, pintu utama dan pintu samping. Pintu samping bertujuan untuk memudahkan penghuni rumah jika terdapat hal-hal darurat.
3.
Ruang tamu lebih baik terpisah dengan ruang pribadi, sehingga jika
penghuni lain masuk ke area dalam rumah akan tetap merasakan kenyamanan.
4.
Setiap ruangan menghadap ke taman, atau membuat sebuah ventilasi
agar memudahkan keluar masuknya udara.[3]
Sedangkan beberapa penelitian
menunjukkan bahwa rumah yang berkarakter islami ialah : 1) Segala kegiatan di
dalam rumah bertujuan untuk mengharap ridha Allah semata. 2) memiliki
konsep yang paham terhadap batasan mahram
dalam sistem keluarga Islam. 3) Tata ruang yang bertujuan menanamkan akhlak
mulia terhadap masing-masing individu. 4) Menghias tata ruang dengan seni
islami untuk taqarrub ila Allah. 5) Berfungsi bagi diri sendiri,
keluarga, dan sekitarnya.[4]
Hunian yang dapat menunjang ridha
Allah di antaranya, memberi sebagian ruangan tersendiri untuk shalat ataupun
mengaji yang menghadap ke arah kiblat. Jikalau tidak mampu, maka bisa di
ruangan mana pun asalkan tempat yang digunakan untuk beribadah bersih dari kotoran
maupun najis. Sesuai dalam Kitab Mabaadi al-Fiqhiyyah jilid tiga, bahwa
syarat sahnya shalat di antaranya adalah menghadap kiblat dan suci badan,
pakaian, maupun tempat dari kotoran dan najis. Juga kamar mandi dan tempat
wudhu yang tidak terlalu jauh dari tempat shalat. Perlu diperhatikan pula,
bahwa bak mandi sebaiknya yang dapat menapung air lebih dari hitungan dua qullah.
Membuat wc yang tidak menghadap atau membelakangi kiblat. Membuat tempat di
dalam kamar mandi atau wc lebih rendah dari lantai luar, agar menjaga air agar
najis tidak sampai membasahi daerah luar.
Selanjutnya, konsep desain
arsitektur islami yang dapat membantu untuk memudahkan segala aktivitas di
dalam rumah. Dalam hal ini terbagi menjadi empat zona, zona publik, semi
privat, privat, dan servis.[5] Minimal di dalam rumah terdapat tiga ruangan
untuk kamar orang tua, anak perempuan, dan anak laki-laki. Ruang tengah atau
keluarga tidak terlihat langsung dari ruang tamu. Sehingga jika ada orang yang
berkunjung, minimal ada batas-batasan privasi antara tamu dan penghuni rumah.
Yang perlu diperhatikan juga ialah tembok antara rumah tetangga, harus
diperhitungkan seberapa dengar pembicaraan di dalam rumah sehingga tetangga
tidak merasa terganggu.
Tata ruang yang menanamkan akhlak
bisa berupa desain ruang tidur. Menata posisi tempat tidur sesuai dengan sunnah
Rasulullah, sehingga orang yang tidur dapat memposisikan dirinya menghadap
kiblat, dengan kepala di sebelah utara. Meletakkan meja makan dan kursi, jika
tidak ada kursi maka bisa memakai alas atau karpet yang digelar di lantai,
karena Rasulullah pun mengajarkan makan sambil duduk tidak dengan berdiri.
Menciptakan suasana belajar yang kondusif, terutama untuk belajar al-Qur’an dan
ilmu-ilmu agama.
Hiasan interior yang awalnya hanya menjadi
hiasan menyejukkan mata, dan sebagai aksesoris kebutuhan rumah juga bisa
menjadi pengingat para penghuni rumah untuk senantiasa mendekatkan diri kepada
Allah. Lebih dari itu, jika yang terpajang di dalam rumah berupa ayat-ayat
al-Qur’an atau doa sehari-hari, maka secara tidak langsung orang tua
mengajarkan kepada anaknya untuk menghafal dan mengamalkannya dalam keseharian.
Mewujudkan desain tata ruang yang bertujuan untuk mengamalkan nilai-nilai islami serta kesunnahan yang telah dianjurkan oleh Rasulullah. Jika keseluruhan komponen telah menyatu, serta menanamkan konsep-konsep islami sesuai tuntunan syariat, maka kehidupan di dalam rumah akan lebih harmonis dan nyaman untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Serta konsep hablu min al-nas, hablu min al-‘alamin dan hablu min Allah yang diterapkan pada suatu rumah hingga tercipta nuansa islam yang rahmatan lil al-‘alamin, maka inilah yang disebut hunian islami yang sebenarnya.
[1] Sri Puji Astuti, Organisasi Ruang Rumah Tinggal Islami :
Konsepsi Perancangan Organisasi Ruang Rumah Tinggal Keluarga Muslim,
Universits Trisakti, hal 40
[2] Utami, Integrasi Konsep Islami dan Konsep Arsitektur Modern pada
Perancangan Arsitektur Masjid (Studi Kasus pada Karya Arsitektur Masjid Achmad
Noe’man, Institut Teknologi Nasional
[3] Mohammad Benny
Hermawan, Explorasi “Rumah Tinggal Islami” di Kota Pekanbaru,
Universitas Lancang Kuning, hlm 6
[4] Widyastuti Nurjayanti, Abdullah Aly, Arya Ronald, Karakteristik
Rumah Tinggal Dengan Pendekatan Nilai Islami, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, hlm A-92
[5] Ibid, hlm A-93
0 komentar:
Posting Komentar