Oleh: Muhammad Anis Fuadi
Di tengah gegap gempita peringatan hari guru yang sakral ini,
sebagai santri barangkali ada satu bahan yang bisa kita renungkan kembali
secara bersama yaitu sudah sejauh mana peranan santri dalam membumikan
ajaran-ajaran para guru dan ulama yang dituangkan di dalam berbagai literatur
klasik. Mengingat hari ini, pendidikan pesantren agaknya harus bersaing ketat
dengan pendidikan formal yang mengusung pemikiran-pemikiran tokoh Barat sebagai
fondasi nalar kritis di dalam kurikulum pembelajaran mereka.
Contoh yang paling dekat dan kentara adalah implementasi konsep
pembelajaran Bloom di dalam kurikulum sekolah-sekolah di Indonesia. Keberadaan
tokoh-tokoh pemikir Barat ini, sesungguhnya bukanlah suatu problem, sebab
peranan konsep pemikiran mereka ternyata berdampak besar terhadap tingkat
kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun, apakah hal yang sama juga dapat kita
lakukan yaitu menghadirkan konsep pembelajaran yang digagas oleh para ulama
klasik ke tengah-tengah kurikulum sekolah-sekolah di Indonesia?
Mengingat kondisi generasi penerus bangsa yang hari ini banyak
belajar dengan hanya mengandalkan pemahaman belajar yang terkesan leterlek,
maka belajar dengan literatur klasik, terlebih metode arab pegon akan memiliki
andil besar di era ini. Metode ini cenderung lebih dalam ketika meneliti kata
demi kata, sehingga proses mentarkib dalam mengkaji berbagai literatur bisa
dibilang sangat teliti.
Berkaca pada sejarah, surat-surat kerajaan, tulisan batu nisan, dan
juga lembaran bersejarah lainnya yang digunakan para ulama dan pemerintah RI
terdahulu juga masih kental dengan Arab Pegon. Hal ini, sedikit banyak
menunjukkan betapa bahasa Arab pegon masih mendominasi dan melekat di hati
bangsa kita. Namun lama kelamaan, eksistensi bahasa Arab mulai dikesampingkan.
Para penerbit lebih tertarik dengan bahasa Indonesia daripada tulisan Arab
Pegon. Bahkan, dunia pesantren pun kini juga telah banyak yang terlepas dari tradisi
penulisan dan pembelajaran dengan memakai aksara Arab Pegon. Tidak menutup
kemungkinan, pada beberapa tahun yang akan datang Literatur Arab akan berada di
ambang kepunahan.
Di samping itu, untuk mengimplementasikan pembelajaran ala pesantren
dengan literatur arab klasik tetap saja harus memperhatikan berbagai hal. Cara
mengemas metode pengajaran yang lebih menarik adalah kunci awal kesuksesan
untuk merepresentasikan eksistensi literatur arab klasik dalam pendidikan
agama. Dengan melakukan langkah seperti ini, semangat peserta didik akan
terpancing untuk selalu haus dengan ilmu yang bersumber dari berbagai literatur
terlebih literatur arab klasik.
Mengindahkan ulasan di atas, maka untuk menumpas generasi yang
leterlek dan menghambat kepunahan Bahasa Arab di Indonesia, kita sebagai santri
Darun Nun yang dicap sebagai pegiat bahasa seyogyanya mendukung metode klasik
dari para ulama terdahulu ini dalam rangka merepresentasikan eksistensi
literatur klasik arab dalam pendidikan agama yang mulai pudar ini.
Sumber
https://www.taufiq.net/2010/10/bahasa-arab-di-ambang-kepunahan.html?m=1
0 komentar:
Posting Komentar