Mutiara Rizqy Amalia
Dengan apa aku
harus memulai
Mengirim rindu
dengan sepatah kata, secarik surat
Ataukah dengan
hati yang penuh dengan damba
Aku bukan
siapa-siapa jika disandingkan dengan yang lain
Aku hanya
sebatas gundukan batu di hamparan rerumputan hijau membentang
Atau hanya
seekor domba di barisan unta
Bahkan kuanggap
diri ini sebatas tulisan yang terkucur air yang tak terbaca
Dengan apa aku
harus memulai
Menahan rindu
namun hati terus dihujam belati rindu yang mematikan
Atau haruskah
aku melepas belati yang menancap dalam hati ini?
Namun yang
kuinginkan adalah menjadi pecandu rindu
Pecandu cinta,
dan pecandu dirinya
Rinduku
tidaklah istimewa
Ada banyak
perindu yang mabuk dalam cintanya yang melebihiku
Wahai rindu
yang terus menghantui
Siapkah dirimu
bertemu dengannya?
Memandang
matanya
Memandang
wajahnya
Memandang
seluruh tubuhnya
Sudikah kau
bertemu dengannya wahai rindu?
Ntah apa
jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu
Aku merasa tak
pantas jika harus bertemu dengannya
Banyak bercak
noda yang ada di dalam hati
Namun hati
terus memaksa untuk bertemu
Apakah salamku
yang terbatas akan terbalas olehnya?
Wahai kekasih
nan mulia
Yang namanya
bersanding dengan Tuhan pencipta alam
Sholawat dan
salam akan tetap tercurahkan kepadamu Baginda
Dan kumohon,
Jawablah salam
rindu dari seorang pemabuk cinta yang hilang arah.
Malang, 31
Oktober 2020
0 komentar:
Posting Komentar