Fitriatul
wilianti
Seperti biasa, aku duduk diatas
kasur sambil bersandar di tembok kamar dilengkapi headset di telinga dan layar
hape yang seakan tidak pernah kotor karena gesekan jari yang tak pernah
berhenti. Mataku sampai berair karena terlalu lama menatap cerahnya layar, ku
coba untuk sedikit berbaring dengan headset masih ditelinga, berusaha tenangkan
pikiran agar mulai mengantuk. Akan tetapi pikiranku seakan tak teralihkan dari
hape ditangan. Kembali ku menatap hapeku dengan jari tangan yang sepertinya
sudah hafal tujuanku dan bekerja sama dengan pikiran, hampir semua hal sudah
aku tonton baik di Instagram maupun di YouTube, tapi tak sedikitpun mengalihkan
ku untuk berpindah ke objek yang lain, pikiranku tidak teralih dengan apapun
selain hape. Pikiranku kosong, sampai aku tidak tahu lagi harus melihat apa,
hanya sekedar membuka tutup Instagram dengan tontonan lama dan bergantian
dengan YouTube WhatsApp dan lainnya, hingga pikiranku teralih oleh suara yang
sudah tidak asing lagi bagiku.
Nayaaa nayaa nay? Namaku dipanggil berkali-kali, yaa tentu saja itu suara ibuku.
Iyaa buuuuk?, sahutku dengan nada lesu dan rasa malas. Sini bantuin ibu
mindahin barang-barang ke gudang, ucapnya. Mendengar itu aku sedikitpun
tidak bersuara, hanya menarik napas panjang dan kembali ke layar hape. untuk
sekarang entah kenapa moodku tidak pernah berubah, selalu sama "bad
mood". semua orang ku abaikan, entah itu ibuku, teman-temanku, dan
yang lainnya, yang seharusnya tak kuabaikan.
Suara ibuku tidak sedikitpun menggeserkan posisi dudukku. Sampai beberapa
kalipun ibu memanggil tetapi tidak sekalipun kujawab. Entah apa yang merubahku,
entah dimana Naya yang dulu? anak rajin yang bahkan tidak berani sedikitpun
melawan perkataan ibunya.
Hari-hariku selalu seperti itu,
berdiam diri di Kamar dengan hape dan headset di Telinga, dan hanya keluar untuk
beberapa kepentingan pribadi dan perut yang lapar saja. Pekerjaan rumah yang
dilakukan ibuku setiap pagi, sore, bahkan malam hari sedikitpun tidak
menggerakkan hatiku pada rasa peduli. Kata-kata yang dilontarkan ibu untuk
kebaikanku ku anggap ocehan belaka saja, sedikitpun tidak tersimpan di hati.
Sepertinya hatiku sudah mati, tidak berperasaan. Seberapa lamapun aku merenung,
hatiku tidak pernah berubah, sama sekali. Sampai aku tersadar, semua terjadi
sebab Ayahku yang pergi untuk meninggalkanku selama-lamanya, iyaa ayahku
meninggal, telah meninggal dunia. Aku tidak ingin curhat, hanya saja sedikit
bercerita tentang bagaimana perasaan dan keadaanku agar kalian tidak hanya menyalahkan
ku dan sikapku.
Sebelum hari-hari membosankan yang
ku jalani sekarang, sebelumnya aku adalah anak paling bahagia di seluruh dunia
menurutku. Aku anak tunggal yang berkecukupan, tidak pernah kekurangan dan
dicintai semua orang, ku kira diriku termasuk anak baik, karena dikelilingi
oleh banyak teman dan orang lain di sekitarku. Sampai suatu hari di hari ulang
tahunku yang seharusnya hari paling bahagia bagiku terganti dengan berita duka
karena kematian ayahku. Ayahku meninggal karena kecelakaan mobil karena
mengejar ibuku yang marah dan pergi dari rumah. Dihari-hari sebelumnya aku
sudah beberapa kali mendengar pertengkaran ayah dan ibuku tetapi aku tidak
mengetahui permasalahannya dan ku abaikan. Aku tidak ingin terlalu ikut campur,
karena menurutku itu urusan orang dewasa saja, aku sibuk bersama teman-temanku
berpergian mengisi masa muda dan menambah daftar kebahagiaan dalam hidup. Dan
sampai sekarang tentang masalah pertengkaran ayah dan ibuku, dan apa alasan
ibuku ingin meninggalkan rumah, aku tidak tahu.
Yang aku tahu, ayah yang aku cintai
meninggalkanku selamanya karena mengejar ibu yang ingin pergi dari rumah dan
meninggalkanku. Hanya itu yang aku pikirkan, dan sepertinya pikiranku tidak
akan pernah berubah sampai kapanpun. Aku sudah berusaha, mendengarkan dan
berbahagia kembali dengan ibuku, tetapi tidak bisa, hatiku semakin sakit sampai
tidak tertarik dengan apapun lagi. Semua teman-temanku ku jauhi, kesenangan
dunia dan semuanya kutinggalkan, dan aku tidak menyesal dan tetap kujalani
kehidupanku seperti hari-hari ku sekarang. Dan untuk kalian yang membaca
tulisan ini, semoga bisa memahami perasaanku, jangan menyalahkan, aku sudah
berusaha berubah tetapi hasilnya tetap sama. Hatiku terlanjur Mati.
SELESAI.
0 komentar:
Posting Komentar