![]() |
Sumber : https://1.bp.blogspot.com/-PI0ke3L3q2A/X7W6-Os5WhI/AAAAAAAAIUU/HBP1dUjO7fA7bjH1knuBImMXotyjXb1TwCLcBGAsYHQ/s1280/2020-06-26%2B07.53.49%2B1.jpg |
Oleh : Mutiara Rizqy Amalia
Rerumputan saling bersimpuh tunduk bersahutan menyungkum tanah.
Melambai dan berdansa bersama angin. Sesekali memutar, menyamping ke kanan dan
ke kiri. Dan lihatlah pohon yang berdiri tegak menjulang ke langit. Akarnya
mencengkram kuat menerobos masuk bentala. Rambut akarnya beranak pinak dan
tumbuh bersama. Lalu mengirimkan air kepada tunas daun. Reranting mengulur ke
segala arah sambil dihias dedaunan hijau menyegarkan mata.
Kembang mawar duduk rapih berjejer sembari menikmati angin sepoi di
bawah rindangnya pohon sambil mendengar dendangan kicau burung yang bersahutan.
Mawarnya indah bewarna warni memperelok sekitar dengan keanggunannya. Sembari
gerombolan lebah saling menyilangkan benang sari dan putik ditemani gemericik
air mengalir menghantam bebatuan. Suara aliran itu begitu menenangkan hati bagi
yang merasa.
Jika dilihat, mengapa deretan gedung-gedung pencakar langit
berbaris di pinggir jalan? Untuk apa mereka berbaris rapi? Untuk menyambut
kedatangan gundah ataukah melambai jauh untuk kepergian sabar. Jika gundah
datang apakah hawa panas yang dirasakan ataukah pergi berlari ke puncak agar di
peluk pepohon yang rindang. Jika sabar telah hilang, akankah kuat juga ikut
pergi menjemput.
Sabar telah hilang bermandikan hujan bergegas lari dan menggandeng
kuat. Ia begitu riang gembira. Berdansa indah meninggalkan para pencakar langit
dan hati gundah telah luluh lantah berbaris bersama dengan gedung-gedung.
Saat hujan reda ia menuju pepohon dan rerumputan hijau membersamai
mawar yang indah. Tak lama bunga tidur mulai menghampiri, dan rerumputan
menyelimuti keduanya. Istirahat dengan tenang dari kebisingan gundah yang
selalu saja mengacaukan jalan.
Tetiba doa datang menghampiri,
"Hey, bangun dan sambutlah dunia dengan segala keindahan yang
menjadi penyempurna kehidupan. Lihatlah bagaimana angin berhembus dengan tenang
lalu kau hirup hingga nafasmu tetap utuh. Lihatlah air yang bening masuk ke
dalam raga yang menjadi penguat. Gravitasi membuatmu kokoh berdiri menemani
beratnya Ihwal yang kau tempa."
"Jika ingin menangis, menangislah sepuasnya. Jika
sudah, bangkitlah dan usap air mata yang menghiasi, lalu ganti dengan senyum
manis yang menggurat di wajah cantikmu. Tenangkan hati dan bahagiakan diri sendiri.
Lepaskan beban yang seenaknya duduk di atas bahumu!"
"Berhenti bertanya mengapa kuningnya daun saling berjatuhan
saat musim gugur datang menjemput, mengapa daunnya hijau selalu membersamai
bunga-bunga yang tumbuh begitu cantiknya yang membuat segerombol lebah datang
bertamu saat musim semi berkunjung."
"Cukupkan semua dan kemarilah, peluk aku sekuat-kuatnya. Mari
menengadahkan tangan bersamaku lalu sandarkan pada bahuku saja, aku akan
menenangkanmu. Sebab kesedihan telah membuatmu jatuh tersungkur, sedang aku
akan memapahmu dan menjagamu dari ulah kesedihan. Mari bersama meninggalkan
sesak yang kau pikul. Jika kelabu badai selalu menghalangi jalanmu, bersabarlah
seperti namamu. Langit akan segera membiru menemani. Mari memabukkan diri
dengan kebahagiaan. Segera datang kelembutan kasih yang merengkuhmu."
0 komentar:
Posting Komentar