Oleh : Thibbiatul Mirza Amalya
Secarik kertas menguras kering air mata
Deretan huruf mencoba angkat bicara
Pertanda janjimu memudar tak berwarna
Kesekian kali aku membuka luka lama
Harusnya hari itu aku tak meminta air
Jika akhirnya kau datangkan banjir
Harusnya aku meminta pesulap
Hingga mampu aku dapatkan gemerlap
Aku masih terus menunggu untuk merdeka
Merdeka dari bayang-bayang cintamu belaka
Aku juga menunggu para penjajah pergi
Pergi dari jajahan rindu yang tak pasti
Terimakasih atas derita yang kau berikan
Denganmu aku mengerti makna pertemuan
Denganmu aku mengerti bahaya kepemilikan
Tanpa tahu setiap makna yang salah artian
Kali ini tak akan mudah kubuka pintu
Sekalipun itu yang mengetuk kamu
Ini benar-benar janjiku kesekian
Dan ini adalah akhir dari sajak-sajak kerinduan yang pernah kutuliskan
Malang, 19 Oktober 2020
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar