Oleh: Ainu Habibi
Dalam syariah, ada pahala yang besar dan
ganjaran yang agung. Sedangkan syariat menurut KBBI adalah hukum agama yang
menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah Swt. Hubungan
manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Al qur’an dan hadist.
Namun, semua ini terangkum dalam “sepuluh penebus dosa”, misalnya tauhid dan
dosa-dosa yang dihapuskan karena tauhid, perbuatan-perbuatan baik yang
menghapuskan kesalahan, seperti; shalat jum’at dari satu ke jum’at berikutnya,
dari umrah satu ke umrah berikutnya, puasa, haji dan lain sebagainya.
Syariat juga bisa menggandakan amal
shalih, seperti contoh amal kebaikan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat,
serratus kali lipat, hingga tujuh ratus kali lipat, hingga kelipatan yang tak
terhingga. Termasuk di antaranya, bahwa taubat itu akan memangkas dosa-dosa dan
kesalahan-kesalahan yang sebelumnya.”apabila
telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong
masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji tuhanmu dan mohonlah ampunan
kepada-Nya. Sungguh, Dia maha penerima taubat.”
Belajar dari sikap dermawan itu bisa
dari siapa saja, salah satunya Sayyidah Aisyah. Seorang istri nabi yang merupakan
putri dari pasangan ternama, yaitu Abu Bakar dan Ummi Ruman. Kedermawanan
Sayyidah Aisyah patut ditiru oleh umat Islam. Beliau pernah memberikan makanan
satu-satunya yang beliau miliki, hanya untuk seseorang yang datang ke rumahnya
untuk meminta makanan. Beliau tidak mengatakan”maaf’ layaknya kita yang
menjawab “maaf’ ketika seseorang meminta sumbangan saat kita makan di warung.
Beliau lebih mengutamakan orang lain daripada untuk dirinya sendiri. Potret
kedermawanan beliau dikisahkan dalam hadis riwayat Bukhari:
دَخَلَتْ امْرَأَةٌ مَعَهَا ابْنَتَانِ
لَهَا تَسْأَلُ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا
إِيَّاهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا ثُمَّ
قَامَتْ فَخَرَجَتْ فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَيْنَا فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ
كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّار
“Ada seorang wanita datang kerumahku
dengan membawa dua putri nya lalu dia meminta makan kepadaku, sedangkan aku
tidak memiliki sesuatu kecuali kurma, dan aku berikan kepadanya, maka wanita
itu membagi kurma untuk kedua putrinya, kemudian dia pulang. Lalu Nabi masuk ke
dalam rumah dan aku bercerita, lalu beliau bersabda, Barang siapa yang diserahi
anak perempuan, lalu ia mendidiknya dengan baik, anak-anak mereka itu menjadi
penghalang dirinya dari api neraka.’” (HR. Bukhari)
Selain
itu, ada doa-doa yang senantiasa kita haturkan kepada Allah Swt dari kaum
muslimin ditempat dan waktu manapun. Belum lagi beban yang diterima pada
waktu-waktu tertentu ketika mendapat musibah rahmatnya seperti, ketika kita
sudah menerima surat kabar akan kematian yang menanti. Ada syafaat senantiasa
untuk kaum muslimin pada waktu bershalawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw,
syafaat dari Nabi Muhammad Saw, dan rahmat dari Allah Swt.
عن أبي عبد الله جابربن عبدالله الأنصار ي رضي الله عنهما: أن رجلا سأل رسو ل الله فقال: أرأيت إذا صليت المكتوبات، وصمت رمضان، وأحللت الحلال، وحرمت الحرام
، ولم أزد على ذلك شيئا ؟ أأدخل الجنة ؟ قال: نعم. رواه مسلم
Abu Abdillah Jarir Al-Anshari RA menerangkan, ada seorang
lelaki yang bertanya kepada
Rasullah SAW, ''Bagaimana pendapatmu jika aku telah
mengerjakan sholat maktubah (sholat fardhu lima waktu), berpuasa
Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, dan aku tidak
menambahnya dengan suatu apapun. Apakah aku bisa masuk surga?'' Rasul menjawab,
''Ya.'' (HR Muslim).
0 komentar:
Posting Komentar