Oleh Ilman Mahbubillah
Puisi ini datang dari mata yang basah
Setelah hujan menyelesaikan sabda sabdanya
Kenapa kita; mempertuhankan rindu,
Yang hasiahnya hanyalah luka dan pilu
Puisi ini lahir dari kaki yang renta
Setelah lelah berjalan kemari dan kesana
Kenapa kita; menabikan sepi,
Yang syarahnya adalah memar memar perih
Puisi ini terbit dari ufuk yang gelap
Setelah hati menjadi keras sebab tak dianggap
Kenapa kita; mengimani ketidakpastian,
Yang maknanya hanya malang yang tak berkesudahan
Puisi ini merekah dari pancaran sinar ilahi;
Setelah terpedaya nafsu yg harusnya kau sudahi
Kenapa kita; menganut aliran kasih dan sayang
Yang nyata terlihat putih namun kepayang
Puisi ini dibesarkan oleh ibu yg bernama asa
Setelah tapak kaki menjarah setiap sudut dari
luka-luka
Kenapa kita; mengkiblati rasa gelisah
Yang hadir mengakhiri segala rasa, dasar bedebah!
Puisi ini hilang kemudian tak pernah ditemukan;
Setelah sekian lama menjadi hamba dalam pelukan
Kenapa kita; mengkafirkan kebersamaan
Yang terpendam sebab hati tak pernah bisa
mengungkapkan
Malang, 30
September 2020
0 komentar:
Posting Komentar