Oleh Ilman Mahbubillah
Pada Akhirnya;
Kita hanya melahirkan banyaknya ketakutan akan luka
Mengendap dalam hati, dan menenggelamkan kita pada danau elegi
Ada kalanya sebuah aurora bisa kita nikmati bukan pada tempatnya
Tapi dengan bagaimana cara kita mengartikannya
Kita manusia; paling suka berteka-teki
Membuat pertanyaan, kemudian berusaha kita jawab sendiri
Kita manusia; selalu penuh dengan tanda tanya
Sejatinya, untuk apa kita ada
Pada akhirnya;
Semua dari kita adalah segembur tanah
Menjadi homos dan hilang digantikan kehidupan selanjutnya
Kini, yang paling menakutkan adalah saat kusirmu memanggil nanti
Hingar bingar nikmatnya nasi akan kalah dengan panggilan tuannya, petani
Seperti bel sekolah yang tergiang bersamaan dengan sirine polisi
Tolong ini sudah saatnya, mati!
Namun aku; masih terpaku dalam ihwal melupakan Tuhan yang berbalut pada; hamba
selalu mencintai
Kamu bukan satu satunya pion yang kalah sebab salah peraduannya
Yang seharusnya berjalan pada kotak putih, tapi kau hitamkan dengan caramu
berkehidupan
Pada akhirnya;
Sabda dan risalah hanyalah kertas tua
Sumpah, janji, dan persaksian hanyalah permainan kata-kata
Arjuna dan Shinta hanyalah dhohirnya
Sedang kopi hitam senantiasa dalam relungnya, Percuma!
Aku takut; akhirnya akan demikian
Dicipta untuk menghamba bermakna tujuan
Namun pulang dengan hampir naas tanpa satu pun pencapaian
Malang kan?
Malang. 17 Oktober 2020
0 komentar:
Posting Komentar