Oleh: Hilmi Gholi Hibatulloh
Sekitar 2 bulan kami hidup
tenang tidak ada gangguan sama sekali, tak terasa waktu berlalu dengan cepat
ujian tengah semester pun sebentar lagi akan dimulai. Kami mulai fokus dengan
belajar dan berusaha melupakan hal tersebut. Akan tetapi bagaimanapun aku berusaha
melupakannya hal tersebut masih terngiang-ngiang di kepalaku, seakan-akan
kejadian tersebut hanyalah pembuka dari suatu rangkaian acara.
Satu minngu sebelum ujian
dimulai, tiba-tiba ada peraturan baru untuk para santri. Dilarangnya tidur
diluar kamar apapun alasanya. “Deg…” aku sangat terkejut setelah mendengar
kabar tersebut. Bagaiman tidak terkejut, apa yang aku pikirkan saat itu
sepertinya akan terjadi. Aku terdiam sejenak memikirkanya karena jika tidak ada
yang tidur diluar maka akan ada salah satu dari kami yang tidur di depan tempat
tersebeut dan pastinya yang tidur di tempat itu akan di ganggu. “Ghol!
Ghol!...” teriakan wahyu membangunkanku dari lamunan. “Owh… nyapo yu?”
jawabku dengan kaget karena teriakanya yang sangat keras “Nglamun opo ghol?,
diceluk kaet maeng lagi nyaut” tanya wahyu sambil berjalan mendekat. “Iku
loh aku mikirne peraturan enyar soko ustadz, kan lek ngunu ono seng kudu turu
nang nggon iku maneh” jawabku. “Lha ape piye maneh, wong aku maeng wes
kondo nang ustadz jarene rapopo paling-paling meh awalan diganggune mergo
gedung enyar” kata wahyu dengan santai. “Weslah rausah dipikerke ayo
mangan” ajaknya sambil berjalan di depanku.
Malam pun tiba dengan
cepat, tepatnya sekarang pukul 09:00, para santri mulai berangkat ke masjid dan
ada sebagian yang menuju kelas untuk belajar malam. Aku bersama Jaka dan Wahyu
memilih pergi kelas, karena di kelas pasti tidak ada ustadz yang menjaga jadi
bisa tidur dan santai-santai. Setelah sampai di kelas ternyata banyak juga
teman-temanku yang lain pergi kesini. Kami bertiga pun langsung ikut nimbrung
dan ngobrol panajang lebar. Aku yang sedari tidak tidak banyak bicara mulai
mengantuk mendengarkan omongan teman-temanku. “Jak ngko gugahen aku dek mburi
lek pe mbalek yo!” kataku pada Jaka sambil berjalan ke belakang kelas. “Ya…”
jawab Jaka tanpa melihatku dan masih asyik ngobrol. Waktu belajar pun habis dan
para santri mulai kembali ke asramanya masing-masing. “Eh yu tadi si gholi
ngomong apaan?” Tanya Jaka pada wahyu ketika hendak keluar kelas. “Lah gak tau
gua, kan lu yang diajak ngomong tadi” jawab Wahyu. “Eh… gua tadi asal jawab aja
kan gua gak ngerti bahasa Jawa, gua kira lu denger makanya gua tanya ke lu”
kata Jaka. “Orang lu gak ngerti ngapain gak tanya dari tadi” Kata Wahyu. Jaka
hanya tersenyum mendengar perkataan Wahyu. “Palingan dia tadi bilang mau balik
duluan, noh udah gak ada tuh orang” Kata Wahyu dengan yakin. “Owh… iya
kayaknya, yaudah ayo balik yu” jawab Jaka sambil berjalan keluar kelas.
Aku terbangun dan sedikit
linglung melihat sekeliling kelas. “Kok sepi sekali bukanya tadi rame” Pikirku
dalam hati. Langsung saja aku lihat jam yang terletak di depan kelas. “Deg…”
aku terkejut melihat jam yang sudah menunjukan pukul 11:50 malam. “Sialan Jaka
bukanya tadi sudah kusuruh bangunin kalo mau balik” umpatku dalam hati sambil
berlari keluar kelas. Sepanjang jalan kembali ke asrama jalanan sangat gelap
dan suasana terasa mencekam karena lampu-lampu teras telah dimatikan.
Tidak lama aku sampai di
depan kamar. Kulihat teman-temanku telah tidur dengan nyenyak, dan hanya satu
tempat tersisa untuk tidur. Yap, tempat yang sengaja dihindari oleh penghuni
kamar ini. Aku termenung sejenak melihat tempat tersebut, “Biarlah yang terjadi
pasti terjadi” pikirku dalam hati. Aku langsung berjalan mendekati tempat
tersebut, semakin dekat perasaanku semakin tidak enak. Kamar yang sudah gelap
dan sunyi menambah suasana menjadi lebih mencekam. Tak butuh waktu lama ku
sampai dan langsung membaringkan badanku untuk tidur. Setelah beberapa waktu
aku tidak merasakan atau mengalami kejanggalan, justru terasa sangat nyaman
tidur di tempat tersebut. Tak butuh waktu lama aku tertidur.
Tak lama aku tertidur,
terasa ada seseorang yang membangunkanku. Aku langsung terjaga dan melihat
sekeliling. “Aneh” pikirku dalam hati, tak seorangpun kulihat di sekelilingku.
Kucoba untuk menggerakan badanku, namun badanku terasa kaku dan tak bisa
bergerak. Tak lama setelah itu dadaku terasa sesak dan susah sekali bernafas
seakan-akan ada seseorang yang menindih badanku. “Sial… aku ketindihan”
pikirku sambil berusaha mencari cara untuk melawan. Semakin lama semakin sulit
nafasku dan serasa mau mati jika aku mengendorkan sedikit perlawanan, badanku
bertambah kaku dan tak bisa bergerak sedikitpun. Aku mencoba melawan dengan hal
yang masih bisa kulakukan. Aku mulai berusaha mengatur pernafasan ku dengan
baik. Aku berusaha menghirup udara sebanyak mungkin dan langsung mengeluarkanya
dengan keras, seakan menghentakan udara keluar dari hidungku. Aku mengulangi
hal tersebut dan alhasil tak lama setelah itu badanku mulai dapat digerakan
sedikit dimulai dari jari tangan. Dan berlanjut sampai seluruh anggota badanku
dapat bergerak. Langsung saja ku hentakan badanku untuk bangun. Dan usahaku tak
membuahkan hasil yang sia-sia aku terbangun dengan nafas tersengal. Kulihat
sekeliling kembali normal, dan tidak sepi seperti sebelumnya. “Alhamdulillah”
kataku sambil melihat jam yang telah menunjukan pukul 03:00 pagi. Dan kulihat
beberapa temanku sudah terbangun. Tadi itu benar-benar menakutkan, karena serasa
jika aku lengah sedikit dalam melawan aku tak akan bangun lagi.
Paginya ketika di dalam
kelas beberapa teman yang sekamar dnganku menanyakan apakah aku mendaat
gangguan. “Gak papa kok ri, cuman ketidndihan doang tadi malam, toh aku
juga dah bisa ngelawan” jawabku sambil tertawa berusaha menenangkan
kekhawatiranya. “Temenan ra popo Ghol” tanya fikri berusaha meyakinkan.
“Iyo, ora popo santuy wae” jawabku. “Yowes lek gak popo, tapi lek
kenopo-nopo kandani arek-arek” kata fikri. “Siap boss” jawabku pada fikri.
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat malam pun telah tiba kembali dengan
kegelapanya yang mencekam dalam pikiranku. Inilah awal kehidupan malamku yang
tidak pernah tenang dan awal aku membenci malam hari yang sebenarnya sangat
indah dengan segala keindahanya yang tak pernah kurasakan.
0 komentar:
Posting Komentar