Oleh Ahmad Zahrowii Danyal Abu Barzah
Langkahku terpatri pada jejak kisah legenda
Menggambarkan dimensi ruang yang mengeja buana
Padahal serpihannya menyakiti alam yang menempa angkasa
Dengan menganggap luka dalam lubuk sang nirwana
Ragaku bergetar memandang untaian ruas roda
Menyongsong sembilu dahulu yang tak dapat kuterka
Bahkan rima bebatuannya pun tak dapat kubaca
Dengan menghitung rasa dalam relung yang mengkasta
Kalbuku menghitam sebab kisah yang pelan kueja
Mengalir turun hingga gulitanya merata pada raga
Amboi tuan insan malang pun berakhir meronta
Dengan mengharap cindai rindu yang tak mau bersua
Separuh jiwa terbang melayang ke cakrawala
Siluet senja menghilang di ufuk khatulistiwa
Sedang iba yang tak dapat lagi menjiwa
Sikah pun usang tak jua berharga
Pada rintihan
Kalap menderu dibalik sungging sinda
Ringsek bagai gugur sajak tulip Belanda
Sampai nadi pun kian membiru riuh tiada sirna
Pada sayatan
Yang membungkam cara pada kepedihan canda
Rata menerpa dongeng Cinderella
Mengiris sampai getih tak lagi berupa
Aku bukan Gatotkaca
Yang tangguh dengan raganya
Aku bukan Bidadara
Yang punya beribu nyawa
Aku penyeka lara
Yang butuh tuk mencinta
Aku seutas tanda
Yang memiliki andromeda
Duhai yang manis dibalik senyuman
Duhai yang rindang pada sang hujan
Duhai yang lembut bagai anyaman
Duhai yang cendayam dari setiap lapisan
Adakala kisah legenda telah usai
Kuakui jua tiada kuat tuk mendiksi
Agar harap penghuni kahyangan disisi
Bermaksud jiwa semoga terobati dini
0 komentar:
Posting Komentar