Oleh:
Fitriatul wilianti
Mbojo Dana ma mbari
merupakan sebuah slogan yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Bima,
istilah tersebut hampir dipahami bagi seluruh masyarakat Bima, baik yang tua
maupun yang muda, tapi bagi orang-orang di luar Bima kalimat tersebut adalah
sesuatu istilah-istilah asing yang bahkan tidak penting, akan tetapi jika
ditelusuri lebih lanjut kalimat ini memiliki makna yang cukup dalam bagi
masyarakat Bima, yang walaupun masih banyak kaum muda yang belum sepenuhnya
tahu bagaimana makna mendalam dari kata Ma mbari itu sendiri.
Mbojo dana ma mbari
adalah sebuah kalimat pendek yang menggambarkan kondisi atau slogan dari tanah
Bima. Mbojo dana ma mbari dalam
bahasa Indonesia berarti "Bima tanah yang beracun", dilihat dari
peralihan makna tersebut mungkin banyak orang bertanya-tanya maksud dari slogan
tersebut. Definisi dari kalimat "tanah yang beracun" atau dana ma
mbari disini diartikan sebagai tanah yang kapanpun bisa saja mengeluarkan
air, api ataupun angin apabila di kotori.
Mengenai slogan diatas, terkadang masih banyak juga
masyarakat Bima, terlebih kalangan muda yang belum tahu atau hanya sekedar tahu
mengenai penjelasan dari slogan tersebut dan bagaimana fenomena dan sejarah
penggunaannya. Dari beberapa cerita yang saya dengarkan, dan juga
kejadian-kejadian yang saya alami secara langsung di tempat tinggal saya, yaitu
di kecamatan Donggo, Kab.Bima, Masyarakat Donggo sendiri percaya bahwa apabila
di kecamatan Donggo pada awal tahun atau pada musim hujan, musim di mana
masyarakat Bima bertani, beberapa hari tidak turun hujan sama sekali, hingga
tanaman-tanaman pertanian rusak maka hal itu terjadi karena telah terjadi sesuatu
yang berbau maksiat di lingkungan masyarakat tersebut sehingga Allah tidak
menurunkan hujan untuk masyarakat dan para petaninya. Untuk itu masyarakat yang
percaya akan slogan Mbojo dana ma mbari akan melakukan Nggalo Moti/
Pe'e Loko.
Nggalo Moti/ Pe'e
Loko yaitu sebuah istilah yang dilakukan masyarakat untuk
mencari gadis-gadis yang telah melakukan perbuatan maksiat atau hamil di luar
nikah, karena degradasi moral yang sudah terjangkit pada kalangan pemuda masa
sekarang. Jadi masyarakat akan mengumpulkan semua gadis-gadis atau bahkan janda
yang tinggal di desa untuk di periksa satu-persatu apakah mereka masih perawan
atau tidak.
Dan hal tersebut tidak jarang ada yang gagal. Karena
kebanyakan setiap selesai diperiksa akan langsung ada yang ditemukan hamil atau
tidak perawan lagi, kemudian setelah ditemukan atau diamankan maka akan
langsung dinikahkan dengan laki-laki yang menghamilinya. Dan yang paling
menakjubkan, yaitu pada saat pemuda-pemudi itu selesai atau sedang diaqad maka akan langsung turun hujan yang
akan membasahi seluruh hamparan tanah petani tempat mereka bercocok tanam.
Dan contoh lain apabila di musim bercocok tanam
terjadi angin topang atau fenomena alam lain yang dapat merusak semua
tanaman-tanaman petani maka otomatis ada pemuda-pemuda yang telah melakukan
maksiat sehingga tanah bima sulit menerima itu dan Allah Pun menjadi murka, sehingga
kejadian tersebut dikaitkanlah dengan semboyan
Bima Dana ma mbari atau tanah yang beracun. Walaupun kejadian
atau contoh-contoh tersebut sulit dipercaya dan di kaitkan dengan slogan
Mbojo ma mbari atau bima yang beracun akan tetapi masyarakat bima percaya
akan hal itu, karena masyarakat Bima masih kental dengan tradisi-tradisi nenek
moyang dan kepercayaan masa lalu.
Dan praktik-praktik tersebut tidak jarang dikerjakan
oleh kalangan masyarakat Bima yang lain, karena hal itu bisa langsung berhasil sebelum
masyarakat melakukan sholat istisqo’ untuk meminta hujan. Dan mengenai
kelanjutan dari tulisan ini, karena penulis hanya mengambil contoh dari cerita-cerita
yang diperoleh dari daerah kelahiran sendiri, atau hanya sebagian kecil dari
tanah Bima sehingga tidak bisa untuk menafsirkan fenomena Bima secara umum,
sehingga mungkin pemahaman mengenai slogan "Bima dana ma Mbari"
tersebut sulit diterima oleh para peneliti atau ilmuan bahkan pembaca sendiri.
Oleh karena itu, mengenai fakta atau kebenaran yang terjadi dan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai tanah Bima, dapat diperoleh dan
dibuktikan melalui wawancara atau observasi langsung ke daerah-daerah tanah
Bima yang dipercaya mengalami fenomena-fenomena tersebut, atau mereka-mereka
pelaku sejarahnya langsung.
Sekian, Bima 4 Oktober 2020.
Ulasan yg bermanfaat. Semangat admin
BalasHapus