Oleh : Thibbiatul Mirza Amalya
Rasanya baru kemarin kau datang ke rumah
Kau bawa kumpulan sajak sebagai hadiah
Kau sapa semua keluarga dengan senyum ramah
Menjawab segala pertanyaan dengan pasrah
Rasanya baru kemarin kau mengucap selamat pagi
Sembari berbisik menyuruhku menjaga hati
Tak lupa juga kau selipkan kata indah berbentuk puisi
Itulah sikapmu yang tak dapat kujumpai hingga kini
Rasanya baru kemarin kau ingin menjadi orang bisu
Tak perlu bersusah payah mengucap rindu
Mampu menahan amarah saat diserang api cemburu
Sehingga hanya mengilusikan senyumku yang kau mampu
Rasanya juga baru kemarin kau ingin menjadi orang buta
Sehingga tak harus merasakan siksanya rasa
Tak akan dianggap menjadi budaknya cinta
Karena kau yakin tak ada yang lebih indah dari saling bertegur doa
Nyatanya secangkir kopi hitam tak lagi berasa
Semangkuk mie kuah sudah mendingin saja
Kali ini aku duduk disudut dengan berbagai cara
Bagaimana tidak, seluruh kenangan kita membekas disini semua
Semua terasa seperti kemarin tanpa nyata
Hanya syair perpisahan yang mampu bercerita
Mungkin inilah sebatas kata tanpa jumpa
Yang sengaja aku tulis sebagai akhir dari menetesnya air mata
Malang, 29 September 2020
Pondok Pesantren Darun Nun
Kok mirip ceritakuuuu
BalasHapus