Siti Fathimatuz Zahro'
Suatu
ketika aku kehilangan arah
Mata
angin mana yang ku tuju? Aku tak tahu
Seperti
pendaki yang kehilangan kompasnya
atau
bahkan layaknya pendaki yang hilang ditengah pendakian
Aku
istirahat dari Tuhan yang puluhan tahun aku sembah
Sajadah
tempat ku bersujud tetap tergantung tak terjamah
Mukenah
hijau yang biasa ku pakai, kala itu sangat tidak menarik
Panjatan-panjatan
do'a yang selalu dirapal kala itu hanyalah gumaman semata
Seolah
menjadi manusia angkuh yang sanggup berdiri dan bertahan karena usahanya
sendiri
Fardhu-fardhu
ku abaikan, sunnah-sunnah semakin samar
Ongkang-ongkang
kaki sembari menyapu layar handphone
Mata
lelah ingin terpejam, lengan dingin menuntut selimut
Bergelung
nikmat didalam selimut wol hijau serta memeluk guling kumal
Seruan
adzan bagaikan timang-timang penghantar mimpi dan aku terlelap
Satu fardhu berlalu... Dua fardhu berlalu...
Tidur
siang ku berlalu syahdu...
Tak
ada beban yang ditinggalkan dan semua berjalan seperti biasa
Mega
merah mulai tersirat cantik
Matahari
menuju peraduan dan langit semakin gulita
Namun
ada yang sedang gulana, hati
Ada
yang hilang namun tak berwujud
Qolbun
serasa hampa dan kosong
Gersang
terterpa angin kering menerbangkan pasir-pasir memedihkan mata
Apa
ini?
Ku
rasa Tuhan sedang memanggil ku
Masuk
perlahan dihati-hati yang kosong tanpa arahan
Tuhan
yang aku kenal dari agama turunan ku
Bukan
Tuhan dari teman-teman ku
Dari
aku yang pernah pada masa layaknya kapal tak bernahkoda dengan terpaan angin syahdu
mengayun lembut memanjakan.
Membuat
jiwa seolah tetap pada jalan yang tepat menuju peraduan surgawi tanpa tahu jika
ia sedang tak berarah.
0 komentar:
Posting Komentar