Oleh: Kamila Maryam Kotta
شبّان اليوم رجال الغد
“Artinya : pemuda hari ini adalah pemimpin masa
depan”.
Indonesia
adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau, dengan jumlah penduduk yang
cukup banyak yakni 266,91 juta jiwa. Yang mana sebagain besarnya didominasi
oleh kaum pemuda dengan jumlah 62 juta lebih jiwa, jadi bisa dikatakan 25%
penduduk Indonesia berasal dari kalangan pemuda. Itu berarti pemuda adalah ujung
tombak harapan bangsa. Namun kenyataan tak selalu seuai dengan ekspetasi.
Belakangan ini banyak media yang
menampilkan informasi tentang kasus kejahatan yang terjadi baik dalam ruang
lingkup pemerintahan maupun masyarakat, baik yang ada kaitannya dengan negara
ataupun agama. Seperti koupsi, kriminal, radikalisme, liberarisme dan masih
banyak lagi. Yang lebih merisaukan lagi, kasus tersebut tidak hanya berkutat
dikalangan orang dewasa saja, tidak menutup kemungkinan ada remaja yang
terjerat kasus narkoba, sudah menjadi hal yang lumrah bila anak muda terjerumus
dalam guam kriminalitas, sedangkan untuk masalah agama, kalangan pemuda yang
menjadi sasaran empuk penyebaran faham-faham asing yang tak jelas asal usulnya.
Dewasa ini, jika kita amati dengan
cermat telah terjadi pemerosotan moral dikalangan anak bangsa, baik itu di
lingkungan keluarga, sekolahan ataupun masyarakat. Hal yang paling mudah kita
dapati dalam lingkungan keluarga adalah mulai hilangnya tradisi bersalaman
dengan orang tua sebelum atau setelah pulang sekolah, entah itu disebabkan
karena rasa gengsi ataupun tidak terbiasa. Sedangkan dalam lingkungan sekolah,
banyak murid yang berjumpa dengan
gurunya namun tak ada dentuman sapaan diantara mereka. Dua contoh diatas merupakan
hal yang sederhana, namun bila dibiarkan teru-menerus, akan ada kekeroposan sedikit-demi sedikit dalam
moralitas anak bangsa.
Terlepas
dari itu, apakah pemuda Indonesia sudah dibekali dengan pemahaman yang matang
tentang apa itu jiwa nasionalisme, yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa
dimasa depan, apakah pemuda Indonesia sudah dibekali dengan hal-hal yang berbau
religi karena nanti ialah yang akan menggantikan ulama-ulama terdahulu dalam
membela agamanya. Tentu yang tau dan paham akan hal tersebut tak lain adalah
diri mereka sendiri, tinggal bagaiamana memberi dukungan baik berupa materi
maupun non materi kepada mereka. Salah satunya berupa pengenalan serta
penanaman pendidikan moral terhadap para pemuda Indonesia.
Pertanyaannya, mengapa pendidikan
moral terlebih dahulu yang harus dibina?
Mengapa bukan ilmu pengetahuan secara umum, pun nantinya ketika dewasa yang ia
butuhkan untuk menjadi pemimpin bangsa adalah pembendaharaan ilmu penegtahuan
yang banyak. Memang benar jika kesuksesan tak akan pernah lepas dari ilmu
pengetahuan, bisa dikatakan ilmu adalah gerbang utama untuk mencetak
kesuskesan. Namun yang perlu diketahui bahwa ilmu bisa mensukseskan seseorang
tapi moralitas tak akan pernah menjatuhkannya.
Imam darul Hijrah, Imam Malik
Rahimahullah berkata pada salah satu pemuda Quraisy
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“ Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu”
Simple namun bermakna. Orang yang
beradab bisa dikatakan orang berilmu tap tidak sebaliknya. Banyak orang berilmu, namun
tak bermoral dan itu sangat berdampak terhadap kehidupannya. Buktinya adalah
pejabat negara kita sendiri, kata siapa mereka tidak berilmu, kata siapa mereka
tidak pintar? Namun siapa yang berani menjamin mereka adalah orang yang
memiliki morals yang sesuai dengan ajaran agama?. Jika kita bisa menemukan adanya keseimbangan
antara ilmu dan moral pada diri seseorang, maka ialah penerus bangsa yang harus
dipertahankan.
Bisa
dikatakan moral adalah dasar utama yang harus dimiliki oleh pemuda, dengan
moral yang baik bisa menggiring pemuda memuju kesuksesannya, tak ada yang
mengetahui lika liku kehidupan ini, jika hanya berbekal ilmu pengetahuan tidak
menutup kemungkinan adanya penyimpangan yang akan terjadi.
Logikanya seperti ini, pemuda adalah masa
dimana seseorang sedang berusaha mencari jati dirinya, jika ilmu pengetahuan
tak mampu ia peroleh dengan maksimal pada masa itu, bukan menjadi hal yang besar,
karena seperti yang dikatakan dalam mahfudzot
اطلب العلم من المهد الى اللهدى
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang
lahat”.
Tidak ada kata telat untuk menuntut
ilmu, namun jika seseorang terlambat dalam memahami apa itu adab atau moralitas
bisa dipastikan akan berakibat buruk terhadap kehidupannya. Selain agama, moral
juga bisa dikataan sebagai tiang kehidupan, yang mana jika terjadi kerapuhan
didalamnya maka hidup orang tersebut perlahan-lahan akan rapuh dengan
sendirinya. Jadi boleh saja menyekolahkan anak bangsa sejauh dan setinggi
mungkin, tapi jangan lupa untuk membekalinya dengan nilai-nilai moralitas yang
akan mengiringinya memahami nilai kehidupan.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar