Oleh : Siti
Khoirun Niswah
Zaman digital seperti sekarang ini baik
mahasiswa ataupun masyarakat mudah
sekali mengupdate dan mengupload informasi, terlebih segala
informasi tersebut begitu cepat tersebar secara luas. Masyarakat hanya perlu
memiliki kuota data di ponsel mereka, maka segala informasi mudah untuk
diakses. Berita tentang apapun satu menit langsung dapat tersebar ke seluruh
dunia, karena masyarakat mudah untuk menyebar luaskan segala informasi. Apalagi
mereka yang masuk pada komunitas atau grup-grup whatsapp, mereka sangat
mudah mendapat menyebar informasi. Namun walaupun begitu cepatnya informasi
tersebar, kita sebagai kaum pelajar harus mampu mengambil informasi mana yang
perlu dijadikan sebagi pelajaran, berita mana yang hanya dijadikan sebagai
hiburan, dan berita mana yang dianggap tidak perlu dijadikan sebagai hujjah
atau biasa disebut berita hoax.
Walaupun media sosial seperti whatsapp, instagram,
line, facebook dianggap sebagai media yang banyak menguntungkan masyaraka,
namun disisi lain media sosial tersebut juga memiliki dampak negatif. Dengan
mudahnya penyebaran informasi, sebagian masyarakat malah menjadikan media
tersebut sebagai ambisi untuk menyebar berita-berita hoax. Berita hoax banyak ditemui pada media
sosial, terkadang juga pembaca bertanya darimana asal-usulnya berita tersebut
jabawabnya dari grup sebelah, grup sebelah dari grup sebelah juga, jadi tidak
tahu kebenaran dari informasi tersebut. Maka dari itu pendidikan (belajar)
mengenai literasi sangat penting bagi masyarakat khususnya kita para pelajar.
Belajar literasi artinya belajar segala ilmu, sebab dengan belajar literasi
juga proses belajar membaca, menulis, mengamati, dan akhirnya membuahkan suatu
karya.
Literasi merupakan kemampuan membaca
dan menulis, menambah keterampilan, berfikir kritis, mencegah masalah, serta
kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu belajar literasi ini sangat penting
untuk memberantas berita-berita hoax. Membaca sebagai proses belajar
karena dengan membaca artinya mengamati dan memahami makna dari apa yang dibaca tersebut. Membaca
dengan cermat sebuah informasi, menjadikan masyarakat mampu memahami berita
tersebut hoax ataukah nyata.
Maraknya berita hoax sekarang ini tidak ditanggulangi oleh
masyarakat dalam belajar mengenai literasi. Masyarakat mudah terpengaruh dengan berita-berita atau
informasi yang mengandung seni religius. Artinya ketika berita itu beasas
islami, masyarakat langsung percaya tanpa menelusuri kebenarannya. Contohnya
berita corona yang dideskripsikan dalam buku iqro’ yang bertuliskan (qorona,
kholaqo, zamana, kadzaba,), masyarakat dengan cepat mengambil asumsi bahwa
berita itu benar.
Belajar literasi mempunyai tujuan
yang pastinya sangat membantu masyarakat dalam menyerap pengetahuan dan
wawasan. Dengan belajar literasi akan meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja
otak masyarakat. Sebab otak akan sering disibukkan dengan kinerja memahami
bacaan dan menulis. Selain itu juga membantu menambah kemampuan analis
seseorang dalam berfikir. Semisal adanya
berita hasil share dari grup sebelah, akan ditelusuri terlebih dahulu
apakah berita itu benar dan apakah layak untuk disebar luaskan. Mirisnya zaman
sekarang ini masyarakat lebih suka memanfaatkan handphone mereka untuk upload
foto dan selfi saja (kebanyakan namun tidak semua). Sebagai pelajar,
tugas kita yang harus melek dalam dunia literasi. Selain membaca,
literasi komposisi dalam literasi adalah menulis. Ketika kemampuan membaca
masyarakat ini ternilai bagus yang maksimal, maka tidak menutup kenyataan
kemampuan seseorang dalam merangkai kalimat yang bermakna dan menuangkannya dan
sebuah tulisan ternilai bagus. Hal ini lah yang dapat mereplay berita-berita
yang bersifat hoax.
Lalu bagaimana caranya kita sebagai
masyarakat memahami dan mengetahui berita yang kita terima merupakan berita hoax.?
Menurut pengalaman penulis, berita hoax dapat dideteksi dengan
pengamatan dan kecerdasan. Pertama, melihat siapa yang pertama kali ngeshare
tulisan (berita) tersebut. Dengan mengetahui dan mengenal pelaku yang
mengirimkan share tersebut, ternyata seorang kyai besar dan sudah sudah jelas
hal itu tulisan seorang kyai itu sendiri. Kedua, istilah katanya “sering kepo” dengan fenomena. Akhirnya dengan kekepoan
itulah timbul dalam pikiran seseorang untuk membaca ulang, menelaah, dan
mencari referensi. Ketiga, dapat menanyakan kepada ahli dalam bidangnya.
Maksudnya dapat berdiskusi dengan para ahli, ataukan seseorang yang ilmunya
lebih tinggi dari ilmu yang kita miliki. Hal tersebut juga dapat menjadikan
tambah wawasan bagi penanya dan yang ditanya, begitulah seharusnya.
Belajar literasi tidak hanya bisa
kita lakukan dibangku sekolah atau kuliah saja, literasi dapat dipelajari
dimanapun, asalkan rajin membaca, rajin melatih otak untuk berfikir,
menyempatkan untuk menulis mesti hanya quotes,
dan mengembangkan setiap tulisan yang dihasilkan dari bacaan-bacaan yang
sudah dibaca dan dipahami. Namun karena kita sebagai pelajar, rasanya tidak
pantas semisal kita membiarkan masyarakat tenggelam dalam dunia informasi hoax.
Bagaimana generasi kita kedepannya jika berita
hoax semakin merajalela?. Maka mari mulai dari diri kita untuk melek
dalam dunia literasi agar generasi penerus kita pun akan mengembangkannya
menjadi pengetahuan dan wawasan yang baik sehingga menjadikan pribadi yang
berpengetahuan yang baik pula. Membacalah sebanyak mungkin, menulislah
sekreatif mungkin hingga tulisan itu mempu bersaingi dan menghilangkan setiap
berita hoax.
1 maret
2020,
PP Darun
Nun, Malang.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar