Oleh Mutiara Rizqy Amalia
هُوَ
النُّوْرُ يَهْدِي الْحَائِرِيْنَ ضِيَاؤُهُ
Dialah Nabi saw Pelita cahaya yang memberi petunjuk orang-orang
yang bimbang
وَ
فِي الْحَشْرِ ظِلُّ الْمُرْسَلِيْنَ لِوَاؤُهُ
Di padang mahsyar panjinya sebagai pemberi naungan
تَلَقَّى
مِنَ الْغَيْبِ الْمُجَرَّدِ حِكْمَةً
Sampailah kepadanya hikmah tanpa perantara apapun
بِهَا
أَمْطَرَتْ فِي الْخَافِقَيْنِ سَمَاؤُهُ
Dengan hikmah itu hujanlah langit (dengan rahmat) di segala penjuru
barat dan timur
Beberapa
bait di atas adalah gubahan syair tradisional Arab yang berjudul Huwa
an-Nur, salah satu syair karya Habib Ali al-Habsyi yang digubah pada hari Sabtu
bulan Jumadil Akhir tahun 1319 H. Syair ini berisi tentang pujian, kecintaan,
dan kerinduan Habib Ali al-Habsyi kepada nabi Muhammad SAW. Beberapa syair
dibuat oleh Habib Ali al-Habsyi sebelum beliau mengarang kitab maulid Simthu
ad-Durar pada bulan Shafar 1327 H, yang kemudian disempurnakan kembali
pada hari Kamis, 10 Rabiul Awwal 1327 H.
Sebab
kecintaan dan kerinduan sangat mendalam, Habib Ali al-Habsyi menciptakan sebuah
karya yang tak biasa, dalam setiap karya beliau terselip dengan rasa dan
penyaksian yang sangat mendalam kepada Rasulullah. Bagaimana beliau sangat
cinta dan rindu kepada manusia yang namanya bersanding dengan Rabb
al-‘Aalamiiin. Padahal beliau hanya bertemu Rasulullah melalui mimpi, bukan
bertemu secara jasad.
Berbeda
dengan cerita saat kelahiran Rasulullah, dimana orang-orang sekelilingnya
tertawa bahagia menyambut kehadiran Baginda di dunia. Setelah lahirnya Rasulullah
banyak yang terjadi, cahaya yang ada di Makkah terlihat sangat kuat sekali,
sampai para pendeta yahudi yang mengetahui tanda-tanda kelahiran nabi dari
kitab-kitab mereka berkeliling untuk mencarinya, mereka sangat berharap bahwa
nabi yang akan lahir dari golongan mereka.
Mereka
mencari dari rumah ke rumah seorang yahudi, tapi mereka kecewa karna tidak
dapat menemukan bayi yang lahir dari golongan mereka. Dan mereka berkata
"celakalah kita, bahwa nabi akhir zaman tidak lahir dari golongan
kita". Tentu yang lahir adalah seorang keturunan arab, seorang makhluk
yang tiada tandingan atas kesempurnaannya, Nabi Muhammad SAW. di saat itulah
padamlah api yang tidak pernah padam selama 1000 tahun yang selalu di sembah
oleh orang majusi.
Setelah
kelahiran Rasul, seorang kakak Abdillah (ayah Rasulullah) yg bernama Abu Lahab
mencari tau tentang keponakannya yang baru saja lahir. Hingga seorang budaknya
yang bernama Tsuwaibah datang menghampiri Abu Lahab dan membawa kabar gembira
sambil mengatakan "wahai tuanku, berbahagialah engkau bahwa sudah lahir
keponakanmu dari Abdillah, seorang anak bayi yang sangat indah dengan wajah
yang sangat tampan, dan ia seorang laki".
Dengan
sangat bahagia Abu Lahab sampai memerdekakan Tsuwaibah, sebab kebahagiaan karena
lahirnya keponakan. Perlu digaris bawahi bahwa kebahagiaan Abu Lahab tersebut
adalah kebahagiaan seorang paman atas keponakan, bukan kebahagiaan seorang umat
kepada nabi dan rasulnya.
Seorang
Abu Lahab yang sudah dicap Allah sebagai ahli neraka tapi ia merasa bangga atas
kelahiran Rasulullah. Hingga ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
dari Abdullah bin Abbas bahwa beliau pernah bermimpi. Suatu ketika Abdullah bin
Abbas bertanya kepada Abu Lahab, "apa yang dilakukan oleh Allah kepadamu
di neraka?". Kemuadian ia menjawab, "sebab kebahagiaanku atas
kelahiran Muhammad di hari senin, maka setiap hari tersebut aku diberi
kelapangan untuk meminum air yang keluar dari jari-jariku".
Kalaulah
Abu Lahab yang diberikann kelapangan sebab kebahagiaan atas kelahiran sang
keponakan, lantas bagaimana kita yang rindu dan cinta nabi muhammad sebagai
rasul, nabi, dan kekasih Allah? Semoga kelak kita akan berkumpul bersama beliau
di surgaNya, berkumpul dengan sebaik-baiknya manusia, yang namanya berdampingan
dengan Rabbul 'alamin.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar