Oleh: Astri Liyana Kumalasari
Tulisan ini merupakan ringkasan dari artikel
yang berjudul Pedagogi Feminisme dalam Perspektif Islam karangan Musdah Mulia. Mungkin
muncul pertanyaan di benak pembaca, apa sih yang dimaksud dengan pedagogi?
Pedagogi menurut KBBI adalah ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Namun, ilmu
pendidikan yang dimaksud ialah diibaratkan seperti pendidikan di sekolah dasar,
kita dibimbing dan hanya menerima informasi dari yang apa yang disampaikan oleh
guru.
Dalam artikel ini kita dibimbing untuk mengetahui
lebih jauh mengenai feminisme dalam perspektif islam. Feminisme merupakan upaya
perempuan dalam mewujudkan sistem dan pranata sosial yang lebih adil. Lalu,
bagaimana menurut pandangan Islam? secara normatif (menurut norma yang
berlaku), laki-laki dan perempuan itu setara, karena keduanya merupakan ciptaan
Allah SWT. Sebagai manusia, juga memiliki hak dan kewajiban yang sama, yaitu
meningkatkan kualitas dirinya sebagai hamba serta melakukan amar ma’ruf nahi
munkar. Maka dari itu, sangat mungkin sekali jika perempuan dapat menjadi
pemimpin dalam berbagai bidang.
Beberapa alasan yang menguatkan pernyataan di
atas ialah: pertama, dari perspekif penciptaan. Keduanya diciptakan dari
saripati tanah sebagaimana yang telah disebutkan dalam Alquran surah al-Mukminun
ayat 12-16 “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. (QS.
23:12) Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). (QS. 23:13) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. 23:14) Kemudian sesudah itu,
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (QS. 23:15) Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat.
(QS. 23:16)” (al-Mu’minuun:
12-16). Selain itu masih banyak lagi ayat-ayat yang
menerangkan mengenai penciptaan manusia, seperti QS. al-Hajj ayat 5, dan
Shad ayat 71.
Kedua, dari perspektif amal dan perbuatan.
Allah swt menjanjikan bagi hambanya yang menerima catatan amal dengan tangan
kanan, dalam artian amal perbuatannya bagus maka akan mandapatkan surga.
Sedangkan, bagi yang menerimanya dengan tangan kiri dalam artian amal
perbuatannya buruk maka akan mendapat neraka. Dengan kata lain, manusia mendapatkan
balasan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, bukan berdasarkan jenis
kelaminnya. Sebagaimana dijelaskan Alquran surah an-Nahl ayat 97 “Barangsiapa
mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan kami berikan kehidupan yang baik dan pasti akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Ketiga, dari perpektif kepemimpinan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Alquran surat at-Taubah ayat 71 “Dan
orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf
dan mencegah yang mungkar , melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan taat
kepada Allah da Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah swt. Sungguh,
Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Dari ayat tersebut, dapat diketahui
bahwa laki-laki atau pun perempuan dapat menjadi penolong bagi orang lain, juga
dapat menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Kesimpulan dari penjelasan di atas, dapat dinyatakan
bahwa laki-laki dan perempuan ialah setara, tidak adanya diskriminasi yang
melandasinya. pertanyaanya, mengapa ketidakadilan gender terus terjadi
di lingkungan kita? Ada dua faktor yang melandasi hal tersebut, secara normatif
maupun secara empiris. Pertama, kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat,
khususnya perempuan, mengenai nilai-nilai agama yang menjelaskan peranan atau
posisi perempuan dalam masyarakat. Kedua,
pengaruh budaya patriarki dan adat tradisi yang biasa akan nilai-nilai gender
mengakibatkan banyaknya penafsiran ajaran agama yang merugikan kedudukan dan
peranan perempuan.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar