Siapa Aku ?
من عرف نفسه فقد عرف ربه
“ Barang siapa telah mengenali dirinya sendiri, maka sungguh telah
mengenali Tuhannya “
Aku
ini siapa ?
Aku
di ciptakan untuk apa ?
Tujuan
hidupku apa ?
Oleh
: Bagus Isnu H
Sudah dari dulu kita mendengar beberapa
pertanyaan seperti itu, atau sebuah maqolah dari 'Ulama tersebut.
Mari sejenak kita berfilsafat agar mindset kita bisa berkembang dengan
pengetahuan yang luas, tapi berfilsafat yang positif saja, jangan yang neko-neko.
Meski beberapa pertanyaan di atas itu receh / biasa tapi mampukah kita
menjawabnya secara logis? Yaa tentu bisa. Maka dengan itu perlunya kita andir
(analisa diri) atau dalam bahasa lain melakukan renungan dengan cara 'uzlah
(menyendiri). Apa perlu yaa melakukan meditasi tersebut? Perlu, sangat perlu,
cukup perlu, dan tidak perlu. Jawabannya tergantung diri kita masing-masing,
karena seberapa pedulinya kita terhadap diri kita sendiri. Dan hanya kita yang
bisa menjawab. Mengapa sedemikian hal? Karena itu akan menyinggung daripada kehidupan
sosial kita, ya sebagai contoh adalah idealis diri. Karena setiap insan
tercipta bermacam-macam yang dipastikan punya karakter yang khas.
Dalam
web (id.m.wikihow.com) ada beberapa cara yang asyik yang menuntun diri kita
untuk mengenal dan memahami tentang diri sendiri yang sistematis. Yang pertama
Yang pertama jujur pada diri sendiri
yang pada dasarnya akan melatih dalam bentuk tahap awal dengan
menerima berbagai gejolak
(rintangan), bertujuan untuk membentuk identitas, karakter dan eksistensi diri.
Yang kedua bertanya-tanya kepada diri sendiri, ini adalah tahap yang merupakan
renungan (introspeksi diri) dengan ber 'uzlah (menyendiri). Mengapa
demikian? Karena akan lebih konsentrasi dan terasa lebih syahdu. Yang ketiga
mendengarkan suara hati, hal ini merupakan tahap yang dimana antara mindset dan
hati harus selaras, tidak boleh dikucilkan salahsatunya. Sebagaimana ada petuah
(quote) “ Nalar menjawab tanpa hati, tapi hati akan menjawab dengan
nalarnya sendiri “. Justru disini yang lebih utama adalah hati. Dan tidak lain
pula bahwa “Tuhan memijak hambanya lewat hati”. Yang keempat rajin
menulis, bahwa disini dengan rajinnya menulis kita akan lebih mudah untuk
menemukan sebuah motivasi, emosi dan keyakinan diri. Dan menulis di buku diare tentang
berbagai pengalaman diri, yang bermaksud untuk menjadi catatan pertanyaan yang
memperlukan jawaban. Yang kelima memusatkan perhatian terhadap diri
sendiri, yang dimana kita harus melakukan suatu hal yang membawa kemanfaatan dengan
berbagai pertimbangan sebelum melangkah kedepan. Karena siapa lagi yang akan
perhatian terhadap diri sendiri kalo bukan kita sendiri (bagi yang jomblo).
Yang keenam mendeskripsikan pola / penampilan, coba kita menulis satu
sifat dari dalam diri kita, lalu kita analisis apakah isi tulisan tadi
mengandung stigma positif atau negatif. Apabila hasil deskripsi lebih ke
negatif, maka kita pikirkan cara menghargai tubuh. Karena kalau sudah terbiasa menghargai
di kehidupan sosial akan lebih mudah lagi untuk menghargainya.
Begitulah sebuah tahap untuk bisa mengenali
diri sendiri. Sebagaimana Qoul 'Ulama yang tertera di atas, adalah
sebuah ajakan untuk mengenali diri sendiri terlebih awal karena itu akan
menuntun ke ranah ketauhidan. Dengan sudahnya mengenali diri sendiri akan lebih
PD (percaya diri) nya kita akan melakukan suatu hal di publik, tanpa
memperdulikan bincangan orang. Dan apabila benar-benar sudah terbentuk,
komitmen kita akan lebih kokoh segi idealisme dan karakter dalam menjalani
kehidupan sosial dengan tanpa keraguan.
Semoga
bermanfaat, dan terimakasih.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar