Mak Nap, begitulah orang sering memanggilnya. Beliau bernama
lengkap mak Napsiyah. Bukan karna apa-apa, atau keistimewaan yang ada pada
dirinya. Beliau seorang nenek-nenek renta yang hidup sendirian di rumahnya. Mempunyai
1 keturunan, itu pun sudah ikut suaminya di desa sebelah. Dari anaknya
tersebut, beliau mempunyai 2 cucu yang hidupnya sudah tak bergantung lagi
kepada orang tua. Sosok Mak Nap sangat disegani dan dihormati dilingkungannya,
dari anak-anak hingga sesama orang tua. Oleh karena itu, nama beliau terkenal
di daerahnya.
Di usianya yang senja, semangat Mak Nap masih membara layaknya
pemuda. Bahkan di usianya yang kini sekitar 60 an keatas, ingatan beliau masih
kuat dan tetap nyambung diajak komunikasi segala bidang. Pernah kami (mahasiswa
KKM) bertanya kepada beliau tentang riwayat pendidikan cucunya, beliau pun sempat menjawab kalau
cucunya lulusan UNBRAW (Universitas Brawijaya). Walau sebenarnya beliau tinggal
sendiri di rumah, biasanya ada orang yang menemaninya ketika malam hari, yaitu
mbak Lisa (teman dari cucu beliau). Sehingga beliau tak merasa sendiri di
rumah.
Melihat fisiknya yang harus jalan dengan membungkuk, tak menjadi
alasan untuk berdiam diri pasrah meratapi keadaan. Beliau masih giat bersih-bersih,
dan berdagang di Pasar. Dari pagi buta sekitar pukul 05.00 WIB beliau selalu
menargetkan untuk pergi ke pasar. Sedangkan untuk pulangya sekitar pukul 08.30
an. Beliau menjual keripik singkong mentah , sayuran, dan layah. Dengan sabar
dan telaten beliau membuat keripik singkong sendiri. Terkadang beliau juga
menjual sayuran kalau cucunya mengantarkan sayur ke rumah. Kalau tidak, maka
beliau menjual dagangan seadanya. Semua itu tak lain hasilnya bisa untuk menambah
kebutuhan sehari-hari Mak Nap di rumah.
Begitulah Mak Nap, bukan tipe orang yang pasrah dan
bersantai-santai menikmati masa tuanya, tetapi beliau memanfaatkan kesempatan
sehatnya untuk tetap beraktivitas layaknya orang-orang. Berdagang bagi mak Nap
sudah menjadi hobi, sehingga beliau menikmati pekerjaannya kini meskipun
sebenarnya sudah dilarang oleh anaknya untuk istirahat.
Dari cuplikan gambaran tentang mak Nap, mengajarkan bagi kita
generasi muda untuk memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya. Tidak mudah
mengeluh apalagi putus asa menjalani lika-liku kehidupan. Seorang Mak Nap saja
yang sebenarnya harus banyak istirahat, tetapi beliau masih aktif beraktivitas
dan mengikuti pengajian dimana-mana. Apa kabar dengan kita generasi muda?
Maukah kita kalah dengan semangat seorang seperti mak Nap, atau bangkit untuk
bisa lebih seperti beliau? Jawabannya,, coba tanyakan pada dirimu sendiri
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar