Oleh: Savinatul Jannah
Pengabdian
kepada masyarakat merupakan salah satu komponen kegiatan akademik yang
merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, disamping bidang pendidikan
dan penelitian. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang memiliki peran penting dalam pengabdian dan
pemberdayaan masyarakat untuk menunjang akselerasi pembangunan bangsa di
berbagai bidang.
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang melalui Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat melaksanakan Program Pengabdian kepada
Masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa bersama Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL) dikemas dalam kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM).
KKM UIN
Mengabdi 2020, begitulah judulnya. Berawal dari kegupuhan kami –mahasiswa
semester tanggung-- sewaktu mendaftar di SIPEMAS, yang tentunya tak luput dari
lika-liku macetnya pendaftar yang kala itu masih diberi kuota terbatas. Pada
akhirnya pada tanggal 27 Desember 2019, kami resmi dilepas oleh pihak UIN untuk
megabdi ke wilayah KKM masing-masing.
Berbekal banner hijau tua berukuran 1x2,5m
bertuliskan “Posko Kelompok 28 KKM UIN MENGABDI TAHUN 2020”, kami sekelompok
berangkat dari UIN menuju Desa Urek-urek Kecamatan Gondanglegi dengan perasaan
yang harap-harap cemas. Mau ngapain aja kita sebulan disana? Gimana ya,
berkumpul dengan orang-orang yang sebelumnya tidak dikenal? Bagaimana kalau
proker kami nanti tidak terlaksana?, adalah beberapa dari sekian banyak pikiran yang
berkecamuk kala itu.
Terletak di dusun paling ujung di Desa Urek-urek, “Rumah bapak
modin” begitulah orang-orang menyebut posko kami. Tepat di samping kanan posko terhampar
sawah yang luas yang menjadi jalanan menuju Sumber Buntung. Tidak seperti di
Kota, penerangan di posko kami ketika awal-awal bermukim masih belum memadai.
Ketika malam hari depan rumah sangat gelap, hal itu menambah suasana mencekam
yang memupuk spekulasi-spekulasi negatif dari kami.
Tinggal dengan 15 kepala tentu bukan hal yang mudah, apalagi
menyangkut pendapat dan prinsip. Minggu pertama kami di posko, adalah masa-masa
adaptasi dan pengenalan. Tentu kurun waktu sebulan tidak akan cukup untuk
mengenal pribadi masing-masing individu. Sehingga, perbedaan pendapat, rasan-rasan,
ghibah, konflik-konflik kecil sangat mustahil untuk tidak ada.
Seiring berjalannya waktu, kenyamanan itu mulai ada. Apalagi
ditambah dengan banyaknya jadwal dan program kerja yang harus kami jalani
setiap harinya, termasuk piket masak; mengajar TPQ; jaga balai desa; ro’an
masjid; dll. Tidak dapat dipungkiri bahwa dari program kerja yang kami
jalankan, itulah salah satu sarana supaya kita saling mengenal satu sama lain
dan akhirnya menemukan kenyamanan.
Ketika kami mulai saling menganggap bahwa kami ber-15 adalah
keluarga, disitulah saatnya kami harus benar-benar pergi dari Kampung
Urek-urek. Pada tanggal 27 Januari 2020, dengan berat hati kami pamit. Waktu
memang tidak bisa diulang, tapi kenangan itu akan tetap ada. Semua tangis,
tawa, dan rasa yang campur aduk kami tinggalkan disana. Kini sudah tidak ada
lagi tulisan “Laki2 yg masuk wajib ketok pintu!!!”, tidak ada lagi CO konsumsi
yang menggupuhi masak di pagi hari, termasuk spam di hp kalian selepas subuh,
tidak ada lagi cerita horror, tidak ada lagi suara anak-anak kecil yang ramai
ketika main, tidak ada lagi terdengar “rek aku mau ke indomaret, siapa mau
nitip” dan masih banyak lagi tidak ada lagi lain yang tak akan cukup
ditulis disini.
Terakhir, teruntuk teman-teman seperjuangan, selamat menata dan
meniti kehidupan kampus kembali. Pasti akan ada saatnya kita berkumpul dan
cerita tentang KKM kita.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar