Oleh : Daiyatul Choirot
Malam itu dipondok kecil saat bulan purnama, angin meniup pohon
kelapa seakan melambai memanggil memberi isyarat, tanpa ada rasa canggung dia
pun mulai membisik perlahan.
"Ah cuma bisikan
angin" kataku. Seakan tak ada kata percaya sedikit pun. Entah kenapa hari
itu memang aneh menurutku. Dia si sahabat kecilku seakan ada ikatan batin
terhadapku, mungkin ada saluran kabel di tubuh kami.
Hingga bertepatan hari kamis
malam jumat, kami sepondok melakukan
ritual baca yasin dan tahlil. Sebut saja dia "Naufal" (si sahabat
kecilku). Singkat cerita dia sahabat kecilku semenjak kami menduduki bangku MI,
kita bersama dalam bangku sekolah dan diniyah, sampai kami terpisahkan saat
duduk dibangku MTs, ya dia dipondok jombang dan aku nya di Tuban. Sampai pada
akhirnya kami miskom untuk beberapa tahun, karna landasan dia anak kyai saya
dulu pas dipondok diniyah, dan jiwanya yang mewakili mayoritas dari abahnya
yang bikin disegani banyak orang, sampai menanyakan kabar pun tak sempat (bagi
saya).
Sampai pada saat kami beranjak kelas 1 Aliyah, sekitar 1 bulan
sebelum kepergiannya, aku merasa ada yang harus aku sampaikan meski sekedar
bertanya keadaan, tapi apalah daya, aku yang hanya menyandang gelar santri (diharamkan
membawa hp), hingga ibuk lah yang dikit-dikit mengirim pesan singkat meskipun
hanya sekedar memberi kabar keadaan si Naufal ke nomor telepon pondok.
"Da si Naufal sakit"
"Da si Naufal pulang dari jombang dan opname"
"Da si Naufal belum balik ke jombang padahal udah hampir
sebulan, gara-gara sakitnya yang
parah"
"Da si Naufal udah balik jombang Alhamdulillah"
"Da si Naufal dibawa pulang lagi ke Tuban"
Itu mungkin sedikit cuplikan sms dari ibuk ke nomor telepon pondok,
dan itu gak semua langsung di sent, sesekali ibuk melihat perkembangan si
Naufal baru ibuk sent sms ke pondok.
Sampai-sampai aku pun yang penasaran malah dibuat double-double
penasaran. Singkat cerita waktu itu aku mengikuti latihan ekskul drumband dan
salah satu dari temanku ada yang bawa hp karna dia anak luar (gak anak pondok)
dan musim nya fb kala itu, mulai aku buka akun ku dan ku buka mesenger. Sampai
jemariku mengetikkan tulisan "Assalamu'alaikum". Itu semua karnaku sudah rindu padanya.
Tanpa tahu dibalas atau tidaknya, aku menjalani aktifitasku dipondok layaknya
santri lainnya, hingga hari kamis kala itu pas di masjid pondok, dalam keadaan
baca yasin dan tahlil, tak sengaja mata ini melihat ke lapangan dan kemudian ke
dalam masjid. Dan apa yang aku lihat serasa ada pertanyaan langsung terselip
" kok bisa ya" aku melihat sosok Naufal di lapangan dan ketika di
masjid aku melihatnya duduk membaca yasin dengan gaya peci khas nya, yang
sedikit diangkat keatas kelihatan sedikit rambut nya.
Sontak kaget ku langsung berkecambuh, sampai aku mengucek mataku
dan hilang. Berubah jadi teman angkatanku. Dan pertanyaan di kepalaku kian
bertambah "ini apa maksudnya kok tiba-tiba aku rindu yang sangat sampai
tidak ketulungan".
Sampai keesokan hari nya pas
hari sabtu, aku melaksanakan UAS ku untuk hari pertama nya, dan aku sudah
dikejutkan dengan berita yang sangat tidak enak didengar dan sulit dipercaya.
Pas aku baru saja mencari tempat nomor duduk ujianku dan hampir saja mau duduk,
aku dipanggil teman dekatku dan dia sudah dekat juga sama kedua orang tuaku,
sebut saja dia "putri".
"Da udah tahu kabar kalau si Naufal meninggal..?"
"Naufal siapa..?" tanyaku. "jangan seenaknya ngomong ya bilang si
Naufal meninggal enak aja" tegasku. "Heh da aku cuma ngasih tahu
kamu, akupun gak tau si Naufal itu siapa, ini sms dari ibukmu, jangan langsung
marah ke aku" lanjut si putri. Dan tanpa aba-aba air mataku pun langsung
dengan derasnya mengalir, serasa mimpi. Dan ketika kutanya putri kapan
meninggalnya ternyata hari kamis, tepat dimana aku merasa rindu yang tidak
ketulungan.
Ustadzah masuk ruang ujian
dan menyodorkan soal ujian ke aku, berasa sudah tak ada kekuatan sama sekali
mengerjakan, dan teman sebangku ujian ku lah yang mengerjakan semua. Dan apa
yang aku lakukan ?, aku hanya nangis sepanjang waktu ujian berlangsung, berasa
pingin pulang dan langsung takziyah ke makam si Naufal. Berarti hari kamis
waktu itu yang seakan aku melihatnya dan merasa rindu dia seakan dia berpamitan
kepadaku. Dia anak yatim piatu, abah dan umiknya sudah lama dipanggil Allah,
dan jabatan abah umiknya diambil alih oleh keluarga ndalem, dan anehnya dia
meninggal tepat di 1000 hari abahnya, dan abahnya meninggal tepat di 1000 hari
umik nya (istri abah). Umik berasal dari kota Kediri, menikah dengan abah asli
Tuban, dan dikaruniai 4 putra, salah satunya Naufal anak pertamanya, ketika
kelas 4 MI, umik lebih dulu di panggil Allah, sebelum kepergian abah menyusul
umik, abah menikah lagi dengan orang Malang, tapi tak lama selang berapa bulan
abah di panggil Allah, dan kedudukan abah diganti oleh adek dari abah dan
menikah dengan umik Malang tersebut.
Sesekali mata ini meneteskan airmata ketika tiba-tiba mengingatnya,
mimpi tentangnya pun sering aku alami meskipun itu setahun sekali, tapi setiap
dari mimpi tersebut seakan memberi arti tersendiri bagiku, dan aku baru
menyadari dia membalas mesenger yang kukirim sehari sebelum kepergiannya, si
neneknya pun cerita bahwa sehari sebelum kepergiannya dia sehat jasmani nya,
dia ketawa-ketawa riang seperti tanpa ada beban sakit, dia juga mampu duduk dan
melakukan aktifitas lainnya sendiri hingga main hp, tapi ada kejanggalan
sesudah itu dia melihat keluarga ndalem yang sudah meninggal berdiri di
samping-samping nya, seakan menjemput sang gus Tuban tersebut.
Meskipun sesekali rasa tidak
ikhlas sering muncul dipikiran, tapi apalah daya jika Allah lebih
menyayanginya, dan aku pun sudah tidak sedih melihat nya sakit, tidak apalah
rasa sakitmu hilang diganti kepergianmu “Naufal” , hanya doa habis sholat yang
bisa kulakukan, semoga tenang di alam sana kawan, syurga Insya allah bagimu.
0 komentar:
Posting Komentar