Oleh : Siti
Khoirun Niswah
Dalam sebuah renungan anak muda,
mungkin perkara ini ada yang sudah merasakan, ada yang belum merasakan, bahkan
mungkin ada yang tidak merasakan. Beberapa hari yang lalu sempat berbincang
dengan teman-teman mahasiswi di kampus yang latar belakang mereka berasal dari
desa. Di pedesaan, wanita mungkin menikah pada usia 20-21 tahun. Ketika ada
seorang wanita berusia 25 belum menikah, sudah dikatakan perawan tua.
Kami pun berasal dari desa, yang notabennya masyarakat selalu mengatakan
bahwa wanita yang berkarir dan berpendidikan tinggi akan susah menemukan jodoh.
Sebab lelaki pasti merasa minder hendak melamar karena merasa wanita
sudah berpendidikan tinggi, bagaimana cara mengatur yang sudah berkarir dan
berpendidikan tinggi, mereka sudah menghasilkan nafkah sendiri, mereka bisa
menyelesaiakan perkara sendiri.
Wahai para
wanita muda, wanita yang berkarir dan berpendidikan tinggi itu bagus. Tidak ada
masalah untuk mencapai target tinggi sesuai yang kita impikan. Mengapa
demikian? Karena wanita kelak akan menjadi seorang ibu. Dimana seorang ibu
adalah sosok pertama dalam pendidikan anak sebelum seorang ayah, benar bukan?
Faktanya semua itu benar. Seorang ayah memiliki kewajiaban untuk menafkahi
keluarga, sedangkan setelah melahirkan seorang anak, ibulah yang lebih dekat
dengan anak. Menurut pendapat para psikolog yang pernah dipaparkan
ketika mengikuti seminar perenting, kecerdasan seorang anak turun dari seorang
ibu. Sementara karakter dan kepribadian
seorang anak turun dari seorang ayah. Disini peran ibu untuk mendidik anak
mencapai kecerdasan sangat besar, dari sini bisa disimpulkan bahwa seorang ibu
harus cerdas, harus berpendidikan.
Wanita ingin
mencapai tujuan dan cita-cita yang tinggi merupakan hak diri seorang wanita.
Wanita berhak memperoleh hasil dari yang mereka usahakan, wanita juga berhak untuk
berkarir. Namun yang menjadi kendala ialah keinginan yang “terlalu” atau
berlebihan. Sesuatu yang berlebihan
hasilnya tidak baik bukan? Sebagai
wanita memang memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban kita ketika menjadi seorang
anak adalah patuh terhadap orang tua, ketika sudah berkeluarga, maka kewajiban
adalah kepada suami. Masih single belum ada kewajiban kepada keluarga
memang harus menggali ilmu dan pendidikan setinggi mungkin. Jadi semisal kita
berkarir, berpendidikan tinggi S1, S2, S3 atau bahkan profesor sekalipun boleh.
Namun jangan sampai berlebihan, berkarir/bekerja pagi hingga malam, kuliah
banyak tugas sampai-sampai meninggalkan kegiatan-kegiatan yang seharusnya
penting untuk dikerjakan.
Ketahuilah yang bisa mengatur diri kita,
adalah kita sendiri. Sebenarnya hal yang kita lakukan adalah wujud kita
berkompetisi pada usia dan diri sendiri. Kita sebagai wanita harus punya planning
dan target. Kapan kita harus lulus kuliah, dan usia berapa kita ingin menikah.
Ketika seorang wanita sudah punya planning, maka akan berusaha dengan
sungguh-sungguh. Misalnya Ketika masih belum lulus kuliah, maka belajar dengan
sungguh-sungguh, meraih prestasi-prestasi, namun tetap berteguh pendirian
terhadap tujuan-tujuan yang sudah di targetkan. Ketika sudah menjadi target
usia sekian untuk menikah, berarti kita harus berusaha belajar menjadi yang
pantas. Artinya wanita akan melakukan sesuai dengan apa yang diharapkan. Yaaah,
mengikuti seminar pra nikah, mengikuti seminar parenting, sowan ke ustadz-ustadz
dan melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.
Pernah tidak,
kita merasakan ketika pulang ke desa sudah tidak punya teman untuk jalan-jalan?
Bahkan banyak yang mengatakan “eh, kamu kok belum menikah nunggu apa?” atau
“kuliah tinggi-tinggi ujung-ujungnya juga di dapur”. Wahai para wanita, sabar dan santai saja. Istilah-istilah
seperti itu sudah tidak asing lagi ditelinga. Kalau seseorang belum menikah, ya
berarti masih belum ada kesiapan dan masih berjuang dibidang yang lain. Ya
jelas beda lah orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Hehe..
Orang lain tidak akan pernah tau apa yang
terpenting dalam diri kita. Jadi, ketika kita sudah memprioritaskan untuk
melangkan ke jalan A, B atau C maka lakukan dan perjuangkan dengan
sungguh-sugguh. Namun ingat, jangan berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan
tidak akan baik hasilnya. Sekarang hilangkan perasaan apabila berkarir dan
berpendidikan tinggi akan sulit menemukan jodoh. Mungkin dari setiap wanita
masih ada yang diprioritaska, dan orang lain tidak akan tahu tentang hal itu.
Hanya Allah Maha mengetahui setiap keingian manusia.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar