Oleh: Muhammad Naufal Hanafiah
Dalam dinamika kehidupan,kita ketahui terdapat berbagai macam
golongan orang, ada golongan pintar dan kurang pintar,golongan kaya dan miskin,golongan
maksiat dan agamis,dll, Dan itu memang sudah kehendak Allah. Memang di dunia itu
pasti ada baik ada buruk, ada ahli maksiat dan ahli ibadah dan dalam kehidupan
ini,antar golongan-golongan tadi sering terjadi sikap mencaci, menghina dan
merendahkan bahkan memustahilkan lawan golongannnya. Yang pintar meremehkan dan
mengunggulkan diri mereka daripada yang kurang pintar, yang agamis sering
merendahkan dan mengunggulkan diri mereka daripada yang ahli maksiat.
Dalam kenyataan bermasyarakat sajalah, sering terjadi ada warga yang miskin dan selalu jadi bahan untuk
diremehkan oleh tetangganya ataupun temannya, selalu direndahkan dan bahkan
tidak ditetanggai. Tak ada yang tahu utaran roda kehidupan ini, ternyata
setelah sekian tahun kedepan, anak-anak mereka ada yang jadi pengusaha sukses
dan memiliki cabang usaha dimana-dimana dan anak-anak yang lain sekolah di
sekolah ternama dan menjadi lulusan terbaik dan menjadi orang besar, mengangkat
keluarga mereka melampauin tetangga mereka yang selalu menghina dan meremehkan
mereka. Ketika kita melihat ada seorang mabuk-mabukkan di pinggir jalan, preman,
atau pengguna narkoba pasti terkadang kita berpikiran “astaghfirullah,ni
anak kok nggak takut dosa ya, apa nggak tau agama sih”, pikiran itu wajar, namun
pada akhirnya timbul sikap meremehkan mereka bahkan membenci mereka, bahkan yang
parah terkadang kita “memusathilkan” mereka untuk menjadi lebih baik, seakan
mereka itu nggak mungkin tobat, tobat juga ngapain wong dosanya saja sudah
banyak sekali, begitu kan?. Dan kita sering miris atau istighfar melihat
mereka, tapi tidak mengajak atau minimal mendoakan mereka supaya bisa tobat,
tapi justru menjelekkan dan seakan membenci dan memustahilkan mereka, kasaranya
kita jadi sok suci dibanding mereka, Gus Baha’ pernah dawuh yang intinya itu
kita tidak bisa langsung menyalahkan dan menghina ahlu maksiat sebelum kita
tahu seberapa peran dakwah dan ajakan kebaikan sampai kepada mereka, siapa tahu
memang mereka belum terlalu mendapat pengetahuan dan dakwah Islam atau bahkan
belum sama sekali.
Pernah di sebuah Masjid, ada seorang anak punk ingin sholat tapi
justru diusir tidak boleh sholat, juga sering dalam sebuah jama’ah sholat,
pengajian dan sholawat ketika dihadiri orang bertato dan bertindik, terkadang
orang-orang langsung memandang aneh bahkan sinis dan seperti gimana
gitu,seperti “wah ngapain nih anak,nyasar? Nggak inget apa dia udah ngapain
aja?,iya yah sok-sokan tobat paling entar balik lagi”,bahkan begitu saking
parahnya,tidak didukung dan bersyukur karena mau bertobat, malah digitukan dan
merasa lebih suci dibanding mereka padahal bisa jadi orang-orang
kriminal ataupun ahli maksiat ketika mereka tobat, ibadahnya bahkan salehnya
bisa mengalahkan kita. Ada teman saya itu pengguna narkoba dan setelah lama
direhabilitasi, dia sekarang selalu sholat di masjid, bahkan sering hadir ke
majelis-majelis sholawat, yahh meskipun dia pikirannya juga sudah rada sakit,
karena memang dia sudah lama mengkonsumsi narkoba, tapi sekarang sembahyangnya
rajin sekali. Temen saya banyak yang dulu tukang mabuk dan setelah tobat MasyaAllah
rajin sholat berjamaah, sering hadir ke majelis-majelis sholawat. Saya pernah
dengar cerita dari Kyai Ali Shodiqin, pendiri Majelis Mafia Sholawat yang mana
majelis beliau sering dihadiri anak-anak nakal, preman dan tukang mabuk. Beliau
bercerita ada salah satu jama’ahnya sowan ke ndalem beliau dan dia bercerita
begini “ Bah, kulo niki preman pasar bah, senengane nggeh mendem lan ngantemi
wong, tapi kulo tertarik nderek majelis e njenengan lan kulo sering hadir teng
majelise panjenengan. Pertama kulo mboten niat nopo-nopo namung iseng, tapi
setelah beberapa kali nderek kulo rasane ayem lan trenyuh,dan akhirnya kulo
mulai ngirangi mendem kulo lan niat nderek majelise njenengan lan sering kulo
niku nangis saben tumut majelis e njenengan. Pernah suatu malam kulo niku mimpi
kulo niku di antara tiyang-tiyang dan dumadakan wonten sing mbengok “Rosulullah
hadirr..rosulullah hadir”, kulo pengen sanget kepanggeh Rosulullah, nanging
mergi saking katahe wong kulo mboten saget, kulo nangis bah, lah dumadakan
tiyang-tiyang niku podo mbukak jalan, lan wonten tiyang niku sing bercahaya
sanget lan tiyang niku ngampiri kulo lan nepuk kulo, lan tiyang-tiyang podo
mbengok nek niku Rosulullah, lah nopo niku Rosulullah Bah”. Yang artinya, “Abah,
saya ini reman pasar Bah, suka mabuk lan melempari orang, tapi saya tertarik
mengikuti majelis Abah dan saya sering hadir di majelis Abah. Pertama saya
tidak unya niat apa-apa, hanya iseng saja, tapi setelah beberapa kali
mengikutik majelis Abah, hati saya menjadi nyaman dan tentram, dan akhirnya
saya mulai mengurangi mabuk dan saya niat ikut majelis Abah dan sering saya
menangis setiap kali ikut majelis Abah.
Pernah suatu malam saya bermimpi saya berada di antara orang-orang dan tiba-tiba ada yang berseru “Rosulullah
hadir..Rosulullah hadir”, saya ingin sekali bertemu Rasulullah, tapi karena
banyaknya orang saya tidak bisa, saya menangis Bah, dan tiba-tiba orang-orang
membuka jalan da nada orang itu bercahaya terang dan seseorang itu menghampiri
saya dan menepuk saya, dan orang-orang saling berteriak bahwa orang itu adalah
Rasulullah Bah.”. Lalu Kyai Ali njawab “Demi Allah itu Rosulullah”,dan
ujar beliau orang itu sekarang rajinnn sekali ibadah dan hadir di majelis
majelis ta’lim.
Nah, oleh karena itu kita jangan mudah menghina dan merendahkan
orang lain,siapa tahu kedepan mereka akan lebih sukses,sholeh dan alim daripada
kita. Kita yang Alhamdulillah sering beribadah ikhlaskan niat lillah dan jangan
memandang rendah orang lain dan menganggap kita lebih sholeh,suci,dan mulia
dibandingkan mereka,cukup bersyukur dan ikhlas kita bisa dalam kondisi
tau,bisa,dan sering beribadah serta mencoba untuk berdakwah dan mendoakan
mereka-mereka yang terjerumus dalam maksiat dan mendukung serta membantu mereka
yang ingin bertobat dan juga sering membantu orang-orang yang kekurangan. Saya
ingat pepatah Jawa, “lamun siro sakti ojo mateni,lamun siro banter ojo
mbanteri,lamun siro pinter ojo minteri”.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar