Oleh.
Charirotut Tohiroh
Kaum
terdahulu (kaum sebelum adanya
Islam)
memandang wanita sebagai orang yang hina, cela, buruk, dan keji. Mereka
dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai hak, kebebasan, dan kehormatan. Mereka
juga meyakini
bahwa wanita adalah sumber dari segala musibah dan bencana.
Pada zaman Romawi, seorang wanita harus
dibakar di atas minyak panas dan tubuh mereka diikat dengan tali sampai ia meninggal,
dan sesekali ada beberapa wanita yang tubuhnya diikat dengan kuda lalu kuda
tersebut lari dengan sekencang-kencangnya sampai wanita tersebut meninggal.
Pada
zaman Yunani, wanita dianggap sebagai orang yang hina dan
juga hasil dari perbuatan-perbuatan setan. Mereka disamakan dengan barang dagangan
dan mereka tidak akan mendapatkan hak waris dari keluarganya, bahkan mereka
tidak boleh menggunakan harta keluarganya walau hanya sedikit.
Orang-orang Yahudi pada zaman dahulu
menganggap wanita itu sebagai kotoran sehingga mereka dijadikan budak dan
pembantu mereka. Seorang ayah boleh menjual anak perempuannya. Mereka juga
menganggap perempuan itu laknat, karena perempuanlah yang telah berhasil
mengelabuhi Nabi Adam A.S. Demikian juga orang-orang Nasrani, mereka menganggap
wanita sama seperti orang-orang Yahudi. Mereka juga menganggap wanita sebagai
orang yang najis, terutama ketika haid.
Orang
arab jahiliyah juga menganggap wanita sebagai orang yang hina, aib keluarga
sehingga mereka tidak berhak untuk mendapatkan warisan. Lebih kejamnya adalah
perlakuan seorang lelaki apabila mengetahui istrinya melahirkan seorang
perempuan, ia menggali lubang lalu memendam anaknya ke dalam lubang tersebut
tanpa peduli tangisan keras dari darah dagingnya sendiri.
Namun setelah Islam datang, Islam sangat
menghormati dan memuliakan seorang wanita dengan setinggi-tingginya kemuliaan. Islam
juga menghargai wanita dengan harga dan kedudukan yang sangat tinggi dan
mengangkat mereka dari julukan hina dan sumber dari segala bencana musibah.
Islam datang dengan membawa rahmat untuk
semesta alam, untuk semua makhluk. Terutama untuk wanita karena wanita adalah makhluk
yang mempunyai kemuliaan tinggi. Seorang ibu, ia adalah surga bagi anaknya;
seorang istri, ia adalah orang yang lembut, selalu mengasihi dan menyayangi
suaminya; anak perempuan harus mendapatkan pendidikan yang baik dan benar dan
dibimbing juga dibesarkan sampai ia menikah. Dan juga seorang ayah yang mampu
membimbing dua atau tiga anak perempuannya dengan baik dan benar maka ia akan
mendapatkan jaminan surga. Rosullullah S.A.W bersabda dalam hadits Aisyah R.A
yang artinya “Barang siapa diberi cobaan dengan anak perempuan, kemudian ia
berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari
api neraka.” (HR. Al-Bukhori no. 1418 dan Muslim no. 2629).
Wanita yang mempunyai harga dan kedudukan
tinggi adalah wanita yang mampu menjaga dirinya dan tidak menghalalkan semua
cara demi mencukupi semua kebutuhannya. Jika ia menjadi muslimah yang sholihah
maka ia akan menjadi mulia. Segala sesuatu ia serahkan kepada Allah S.W.T, jika
ia sedih, hatinya gelisah, dan sedang tertimpa musibah Allah akan menjaganya. Kedudukan
wanita sholihah adalah lebih mulia daripada bidadari di Surga.
Agar seorang wanita mendapat kedudukan yang
tinggi, ia harus menjadikan rumahnya sebagai istana yang penuh cinta. Ia juga
menjadikan dirinya sebagai wanita paling cantik dengan hijabnya, menjaga
pandangan, dan menjaga pergaulan dengan lelaki yang bukan mahromnya.
Sebaik-baik wanita adalah wanita sholihah, dan sebaik-baik lelaki adalah yang
memuliakan wanita.
0 komentar:
Posting Komentar