Oleh : Neng Sumiyati
Bukan kejutan lagi jika minggu pertama di bulan Desember menjadi
lembar hati cerah dan ceria khususnya dikalangan para mahasiswa yang sudah
menyelesaikan UAS.Sebuah momentum yang dinanti selama enam bulan lamanya,
bahkan untuk menyambut hari kemenangan itu, mereka sering kali hanya fokus
dengan tiga kewajiban yaitu kewajiban sebagai mahasiswa, kewajiban sebagai
santri dan kewajiban sebagai anak.Postingan ‘ welcome holiday’ kerap kali
menghiasi laman media sosial kita pada minggu-minggu ini.
Mengapa para mahasiswa begitu peduli dengan sesuatu yang bernama
Liburan? Jawaban yang akan kita dapatkan tentunya sangat beragam, namun secara
sederhana kita dapat mendeskripsikannya sebagai sesuatu yang berharga, bahkan
ada dari sebagian teman-teman yang mengaktifkan sebuah kalender setiap satu
semester sekali, sehingga ketika liburan akan tiba untuk beberapa hari lagi,
mereka akan senantiasa menyunggingkan senyuman walaupun dilanda ribuan
penelitian.
Memusafirkan diri menjadi salah satu kegiatan yang dinanti,
tagar-tagar mengenai lokasi dari tempat destinasi tujuan wisata akan memenuhi
laman media sosial kita sebentar lagi, tapi hal ini berbeda dengan perantau,
yang mana mereka akan mengerahkan segala usaha yang ada hanya untuk selembar
kertas yang berfungsi sebagai tiket perjalanan mereka untuk pulang, ya itulah
dari beragam potret penyambutan di hari libur yang sebentar lagi akan
tiba.Namun pertanyaannya apakah semua orang bersuka cita di hari datangnya liburan
ini?
Tidak semua orang menikmati dengan suka cita atas hari libur yang
akan segera tiba.Minggu lalu saya bersama teman tiba-tiba ingin menikmati
makanan khas kota Bandung yang sudah sekian lama tidak kami cicipi, tepatnya
hari Sabtu minggu lalu kami melajukan motor dan mencoba mencari makanan yang
ingin sekali kami cicipi itu, Alhamdulillah kami mendapatkannya tidak jauh dari
wilayah tempat kami belajar.
Saat kami tiba disebuah kios dengan berlatar jalanan lumayan ramai
oleh kendaraan yang akan menikmati akhir pekan di minggu tersebut.Tiba-tiba
bapak pedagang makanan khas Bandung yang bernama “Seblak” melontarkan sebuah
pertanyaan setelah kami memesan makanan yang ingin kami cicipi.Beliau bilang
begini “ nduk mahasiswa itu liburnya berapa hari sih” beliau mengajukan
pertanyaan sambil mengaduk makanan berbahan dasar kerupuk itu dengan perlahan,
lalu kami menjawab “ bermacam-macam pak, kalo tidak salah kurang dari dua
bulan.Tapi itu kembali lagi kepada masing-masing mahasiswa, apalagi kalo
mahasiswa sekaligus santri biasanya tanggal liburan lebih dikurangi dari
ketentuan yang ada”.
Lalu beliau memandang kami dengan wajah yang tidak seceria ketika
pertama kali menyambut kami di warungnya, tiba-tiba beliau mengungkapkan begitu
saja kebingunganya, beliau bilang begini “ lama betul toh liburannya, saya
harus bagaimana ya” sontak saya merasa ada kesedihan ketika mendengar ungkapan
tersebut dari beliau, karena keadaan tersebut juga menjadikan saya untuk lebih
ingin bertanya lagi kepada beliau.
“ ada apa pak? Memangnya betul bapak berasal dari Bandung? Rumah
bapak dimana ?” tiba-tiba saja pertanyaan-pertanyaan itu mengalir saja.
Singkat cerita beliau menjawab begini “kalian liburan senang, tapi
bagi kami khususnya saya itu merupakan sebuah penderitaan “.Ketika saya mendengar
jawaban itu sontak dalam bayangan saya tentang perjuangan seorang ayah yang
tiada hentinya untuk memberikan hal yang terbaik bagi keluarga khususnya.Tak
ada kata libur untuk siapapun yang sedang berjuang untuk mensejahterakan
kehidupan orang-orang yang dicintai, definisi bahagia masing-masing orang
memang berbeda, namun tujuan akhirnya sebenarnya sama.
Ada duka dan senang dua rasa yang tidak bisa dihindari, siapapun
kita pasti pernah mengalaminya, dalam menghadapi atau mensyukuri atas dua rasa
itu hanya diri kita yang mampu untuk menentukannya, memilih akan tetap pada
poros duka atau akan tetap pada poros senang walaupun dalam kenyataannya
tidak.Belajar dari sosok bapak ini yang terus memacu diri, agar mata
pencahariannya tidak tumbang walaupun dikekang masa, sebuah semangat yang harus
kita teladani.
Semoga kita bisa menjadi manusia yang sesuai dengan porsinya,
peranannya terhadap orang lain, mudah-mudahan juga bisa menjadi manusia
bermanfaat bukan hanya untuk pribadi namun untuk khalayak umum.Sebelum liburan
datang aka nada ujian, selamat bermesraan dengan segala deadline, jangan lupa
semangat dan yang terpenting tidak lupa perintah Tuhan, mentaati perintahnya,
menjauhi larangannya, dan jangan lupa rencanakan akan kemana teman-teman
liburan?
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Cerita asli mbk Ning?
BalasHapusBetul sekali.m
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus