Oleh: Krisna Aditya Putra S
Indonesia
bukan lah negara yang kecil, dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia dan
menjadi negara kepulauan terbesar didunia serta kelebihan-kelebihan lainnya.
Dengan banyaknya kelebihan itu tidak sedikit pula permasalahan yang dimiliki
negara ini, sebagai negara yang heterogen pendidikan menjadi tolak ukur
kesuksesan negara ini untuk mencipatakan sumber daya manusia yang unggul dan
dapat berguna bagi bangsa dan negara.
Kita
mungkin mengetahui sebagai kaum terlepelajar sudah berapa kali negara ini
mengganti sistem kurikulumnya yang katanya untuk meningkatkan dan memperbaiki
sistem pendidikan negara berkembang ini. Namun apakah itu memperbaiki atau
malah hanya sebagai ajang unjuk prestasi yang justru mendistrupsi pendidikan. Indonesia negara besar dengan masalah
pendidikan yang besar juga, sistem akreditasi, sistem zonasi, dan segala sistem
yang mengelilingi pendidikan negara kita mungkin bertujuan untuk meningkatkan
pendidikan di negara ini. Namun apakah kita sadar negara ini tidak di huni oleh
suku di pulau Jawa saja, suku di tanah Sumatra saja dan di pulau lainnya,
negara ini adalah negara heterogen yang di huni oleh berbagai macam manusia di
dalamnya dengan adat istiadat yang berbeda pula. Apakah semua perubahan sistem ini
memperhatikan semua aspek tersebut atau hanya sebagai bukti kinerja saja.
Seperti
yang kita ketahui saat ini menteri pendidikan Indonesia nadim makarim akan
mengodok sistem kurikulum yang terbaru yang nantinya akan menyesuaikan dengan
negara dan perkembangan zaman. Mungkinkah ini hanya akan kembali menjadi ajang
pembuktian kinerja semata? Harapannya tidak, pendidikan kita bukanlah
pendidikan diskriminasi dimana sebuah sistem hanya menguntungkan daerah
tertentu saja tetapi harus mampu memperhatikan dan menyesuaikan dengan kondisi
negara nusantara ini. Apakah kurikulum kita sudah berbasis nusantara dimana
setiap daerah dapat menikmati pendidikan dengan nyaman sesuai dengan kondisi
masing-masing daerahnya atau justru malah terpaksa karena ketidaksesuaian yang
harus berusaha menyesuaikan. Permasalahan-permasalahan seperti ini bukanlah
masalah yang mudah yang dapat dipecahkan sehari semalam atau mungkin 1000 candi
dalam semalam seperti kisah roro jongrang? Ini agak terdengar lucu tapi ini
adalah bukti nyata bahwa pendidikan kita belum menemukan pola dan tempat yang
sesuai.
Kurikulum
nusantara mungkin terdengar aneh namun ini merupakan nuansa baru yang dapat
memberikan gambaran bahwa negara ini satu namun di isi oleh berbagai budaya
yang memiliki caranya dan kebiasaannya sendiri, kita harus mengerti perbedaan
ini adalah anugrah kepada negeri ini, kenapa kita memaksakan budaya mengikuti
sistem ini? kenapa tidak kita saja yang menyesuaikan dengan budaya tanpa harus
mendistrupsinya dengan sistem pendidikan kita. Biarkan nusantara tetap pada
tempatnya tanpa ada KTSP ataupun K13 apalagi K13revisi ntah sampaikan
perubahan-perubahan ini akan selesai, dan semoga kurikulum nusantara dapat
menjawab tragedi pendidikan yang tiada berhenti dalam berubah ubah.
0 komentar:
Posting Komentar