Oleh: Fitriatul wilianti
Namaku Ultiyati, Siswa yg dikenal pintar di kelas, ini bukan aku
memuji diri tapi seperti itulah aku dikenal. Dulu di masa SMA ibuku memutuskan
agar aku merantau ke Kota, yang walaupun jaraknya tidak terlalu jauh dari
desaku, tapi aku masih bisa disebut perantau karna saat itu aku hidup
dikos-kossan dan pulang hanya sebulan sekali. Awal-awal masa SMA aku adalah
siswa yang antusias dalam pelajaran, semua kegiatan dalam kelas aku patuhi,
ekskul-ekskul dalam sekolahpun hampir semua aku ikuti. Aku siswa yang rajin
karna itu, aku ditempatkan di kelas unggulan. Dulu SMAku adalah SMA yang cukup
terkenal, Nomor 2 paling di minati di kotaku, karna itu aku memilih sekolah
disana. Kemudian Setelah beberapa tahun akhirnya antusisku mulai hilang.
Di kelas 12 SMA aku mulai penasaran dan mulai mengenal laki-laki.
Itu hal yang wajar bagiku karna saat itu aku sudah 18 tahun, dan mulai banyak
goda'an-goda'an yang menghampiriku ditambah lagi hampir semua teman-temanku
memiliki teman dekat masing-masing. Dan kebetulan saat itu aku diluluhkan oleh
seorang laki-laki yang katanya laki-laki baik yang bisa berkomitmen bersamaku,
padahal saat itu kami tidak dekat, aku membencinya, tidak menyukainya, saat itu
aku juga adalah seorang gadis yang di kenal egois, tapi keegoisanku akhirnya
kalah dengan kelembutannya. Ditambah lagi dia benar-benar ingin berkomitmen
bersamaku. Akhirnya kami memutuskan untuk dekat dan mulai berkomunikasi
kemudian akhirnya mulai mencintai (katanya).
Waktu terus berjalan, hubungan kami mulai serius, dan aku
dikenalkan pada keluarganya. keluarganya juga menerimaku dengan baik, aku juga
mengenalkannya pada keluargaku. Ibuku juga terlihat biasa saja tidak terlalu
menentangku dan kami mulai menjalin silaturahmi yang baik. Tapi saat itu yang
kami selali adalah hubungan kami tidak seperti orang yang berpacaran pada
umumnya. kami hanya berkomitmen saja dan saling percaya karena memang ada hal
yang lebih penting dari hal itu yaitu kuliah, sebelum komitmen-komitmen itu
kembali ditegaskan kami akhirnya saling membatasi, bahkan saling mengancam satu
sama lain, aku tidak tau karna apa, yang jelas masalah terus bermunculan saat
itu. waktu berjalan sangat panjang rintangan pun bukan hal asing dalam hubungan
mulai dari saling tidak percaya sampai hal2 yang tidak dibayangkan sebelumnya
terjadi.
Rasanya menjadi aku itu berat, Ingin menyerah saja tapi disekitar
menguatkan untuk bertahan, karna saat itu hubungan kami sudah begitu lama,
orang tua kamipun sudah tau hubungan kami, ibuku menyukainya dan orangtuanya
juga menyukaiku. Merekalah yang tidak ingin aku kecewakan, tapi kembali pada
karakter awalku aku adalah orang yang egois, ditambah dengan masalah yang
sering bermunculan dan dari waktu ke waktu, sampai tahun kelima hubungan kami akhirnya
terjadi sesuatu yang membuat kami mengakhiri segalanya. Aku dan dia akhirnya
berakhir, kami memutuskan untuk tidak mencampuri urusan masing-masing lagi.
Komitmen yang kami buat sejak lima tahun yang lalu tidak mampu untuk
menyelesaikannya. Dan sekarang aku memutuskan untuk tidak lagi menceritakan
tentangnya. Akan kuhapus semua apapun yang berkaitan dengannya dan sepertinya
dia juga akan begitu, semoga apa yang kami putuskan sekarang adalah hal yang
baik bagi kami. Pelajaran bagi kami sekarang adalah jangan memberi harapan atau
menyimpan harapan yang belum tentu kita miliki, karna harapan-harapan itu
sewaktu-waktu dapat menyakiti dirimu sendiri.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar